Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Margarin vs Mentega: Alternatif Minyak Goreng Sawit

Menjadikan mentega dan margarin sebagai alternatif minyak goreng sawit untuk menggoreng makanan, sangat penting memahami komposisi dan risikonya.

16 Maret 2025 | 12.34 WIB

Ilustrasi margarin (Pixabay.com)
Perbesar
Ilustrasi margarin (Pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Margarin dan mentega sering digunakan dalam berbagai hidangan kuliner. Namun jika digunakan sebagai alternatif minyak goreng sawit/CPO untuk menggoreng makanan, sangat penting memahami komposisi, serta manfaat dan risikonya. Umumnya, mentega lebih sering digunakan untuk memanggang, misalnya pembuatan kue, biskuit dan lainnya. Sedangkan margarin digunakan untuk menumis, menggoreng, hingga olesan pada roti tawar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meskipun sekilas mirip, mentega dan margarin memiliki kandungan yang berbeda.

Dikutip dari Healthline, mentega terbuat dari produk olahan susu sapi dengan kandungan utamanya adalah lemak jenuh, sedangkan margarin tersusun dari minyak nabati melalui proses hidrogenasi agar memiliki tekstur mirip mentega.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Mentega memiliki komposisi nutrisi yang tidak ditemukan dalam makanan lain, misalnya vitamin K2 yang berfungsi untuk menjaga kesehatan tulang, asam linoleat terkonjugasi (CLA), dan omega-3. Akan tetapi, hampir 50 persen mentega terdiri atas lemak jenuh, sedangkan sisanya berupa air dan lemak tak jenuh. Memilih mentega sebagai alternatif minyak goreng sawit/CPO dapat membawa risiko kesehatan. Kadar lemak jenuh yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, walaupun pembuktiannya masih belum konsisten sebagaimana dilansir dari Healthline.

Meskipun tidak memiliki cukup bukti yang kuat, kenyataannya mentega tinggi akan kolesterol. Menggunakan mentega sebagai minyak goreng dapat memicu risiko penyakit jantung, akibat kadar kolesterol yang dimilikinya. 

Sebaliknya, sebagian besar margarin mengandung kadar lemak tak jenuh ganda yang tinggi, dengan jumlah yang bervariasi tergantung pada jenis minyak nabati yang digunakan dalam proses produksinya. Sebagai contoh, margarin berbahan dasar minyak kedelai diketahui memiliki sekitar 20 persen lemak tak jenuh ganda.

Kandungan lemak tak jenuh ganda dapat menurunkan risiko masalah jantung. Bahkan sebagian margarin menambahkan fitosterol atau stanol. Dikutip dari Healthline, kandungan fitosterol atau stanol berperan dalam menurukan kolesterol HDL.

Namun, meskipun sering digunakan untuk menumis bahkan alternatif minyak goreng sawit/CPO, kandungan lemak margarin memicu perdebatan di dunia kesehatan. Margarin memiliki lemak tak jenuh ganda yaitu omega-3 yang melawan peradangan dan omega-6. Meskipun tinggi lemak tak jenuh ganda, mengonsumsi kandungan omega-6 terlalu berlebihan pada margarin dapat menyebabkan obesitas dan penyakit jantung.

Selain itu, margarin yang melewati proses hidrogenasi selama pengolahannya, mengubah beberapa lemak tak jenuh pada margarin menjadi lemak jenuh. Dikutip dari Healthline, proses hidrogenasi tersebut menciptakan lemak trans, yang meningkatkan risiko penyakit jantung, obesitas, dan inflamasi kronis.

Meskipun banyak produsen beralih ke proses interesterifikasi untuk menghindari lemak trans, beberapa jenis margarin masih mengandung kadar lemak omega-6 tinggi, yang jika berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh. Sebagai alternatif minyak goreng sawit (CPO), menggunakan margarin bebas lemak trans menjadi solusi yang tepat untuk menghindari ancaman kesehatan.

Pilihan editor: 1 Liter Minyak Goreng Tidak Sama dengan 1 Kilogram, Berikut Cara Menghitungnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus