Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Masih Banyak Orang Suka Membuang Makanan, Stop dengan Cara Berikut

Kebiasaan membuang makanan dapat menyakiti banyak pihak. Ada jerih payah petani yang tak dihargai, juga melukai warga miskin yang kekurangan makanan.

17 Maret 2023 | 10.13 WIB

Ilustrasi membuang makanan sisa ke dalam tempat sampah. Freepik.com
Perbesar
Ilustrasi membuang makanan sisa ke dalam tempat sampah. Freepik.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Masih banyak orang yang berperilaku membuang makanan. Bagaimana pun, kebiasaan itu dapat menyakiti banyak pihak. Ada jerih payah para petani yang tidak dihargai, juga melukai warga miskin yang kekurangan makanan. Belum lagi bila bicara dalam konteks ketahanan pangan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pemerintah dan segenap jajarannya terus berjuang mewujudkan ketahanan pangan dan mencegah terjadinya krisis maupun kelangkaan bahan pangan. Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi, Badan Pangan Nasional (Bapanas), Nyoto Suwignyo, amat menyayangkan ada makanan yang dibuang dan menurutnya menyakiti petani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Food waste akan sangat menyakiti kerja keras petani selama menghasilkan pangan,” ujarnya.

Hasil penelitian Bapanas menyebut jumlah sampah makanan mencapai 150 kg per kapita/tahun. Menurut Suwignyo, angka itu sangat fantastis ketika dikalikan jumlah total penduduk Indonesia dan lalu dikonversi ke dalam rupiah. Besarnya jumlah sampah makanan berpotensi besar mengganggu ketersediaan pangan nasional. Pendapat senada disampaikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Sampah makanan dapat memperparah ancaman krisis pangan selain perubahan iklim dan perang yang menghambat rantai pasok.

Ada dua istilah dalam bahasan sampah makanan, yakni food loss dan food waste. Food loss adalah hilangnya bahan makanan pada rantai pasok karena rusak sebelum sampai ke konsumen. Kerusakan bisa terjadi dalam perjalanan distribusi atau tanaman rusak akibat gagal panen. Sedangkan food waste mengacu pada perilaku konsumen yang tidak menghabiskan makanan dan berakhir ke tempat sampah.

Syahrul mengutip hasil kajian Badan Pangan Dunia (FAO) yang menunjukkan sepertiga bahan pangan yang diproduksi dunia terbuang dan menjadi sampah. Pada saat bersamaan, kebutuhan bahan pangan terus meningkat seiring bertambahnya penduduk. Padahal, penduduk yang sekarang ada saja belum semuanya mampu mencukupi kebutuhan pangannya. 

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), pada akhir 2022 terdapat 17 juta penduduk Indonesia menderita kelaparan, sekaligus menjadi angka kurang gizi dan gizi buruk. Lantas apakah perilaku membuang-buang makanan seperti itu tidak menyakiti mereka?

Kurangi dosa.
Mengingat banyaknya jumlah penduduk miskin dan tingginya angka kelaparan, tentu berdosa bila masih ada orang yang memboroskan makanan dan membuang yang tersisa. Bapanas bekerja sama dengan pegiat pencegahan food waste telah menggalakkan proses pembudayaan, pemberdayaan, dan sekaligus mengingatkan kembali kepada seluruh masyarakat agar tidak melakukan pemborosan makanan.

Di kalangan industri rumah makan, upaya pencegahan sampah makanan juga dilakukan. Restoran berkonsep makan sepuasnya mengenakan tambahan bayar untuk setiap makanan tersisa atau tidak dihabiskan oleh pengunjung. Cara itu rupanya lumayan membuat tamu restoran berpikir dua kali untuk mengambil makanan berlebihan yang berujung mubazir karena tidak sanggup menghabiskannya.

Sementara dari perorangan atau secara individu, apa saja yang dapat dilakukan untuk mengurangi dosa akibat makan berlebih dan membuang sisanya?

Beli secukupnya
Belanja bahan pangan terencana dan secukupnya. Ketika pergi berbelanja ke pasar tradisional atau modern, siapkan daftar belanjaan dan belilah sesuai rencana dan dalam jumlah cukup. Cukup dalam arti telah menghitung jumlah anggota keluarga atau tamu yang akan makan di rumah. Hindari kalap dengan membeli apa saja yang tampak menggoda namun sesampai di rumah tidak tahu akan dimasak apa atau tidak memiliki cukup waktu untuk memasaknya, kemudian bahan makanan itu menginap berminggu-minggu di dalam lemari pendingin dan ujung-ujungnya dibuang karena sudah tidak layak konsumsi. Begitupun ketika memasak makanan, masaklah dalam jumlah yang sekiranya cukup dan tidak berlebihan.

Sesuaikan porsi
Ketika makan di warung atau restoran, mintalah porsi yang sesuai dengan kemampuan makan atau daya tampung lambung. Pastikan makanan yang terhidang akan dihabiskan. Bila porsi makan sedikit namun tidak diperbolehkan minta separuh porsi, misalnya, bayarlah makanan itu seharga satu porsi namun ambil makanan setengahnya/secukupnya untuk menghindari makanan tersisa.

Sedekah
Tidak ada larangan makan mewah di restoran tapi pikirkan juga masih banyak orang yang mungkin belum makan dan kesulitan untuk memperoleh makanan karena keterbatasan uang. Untuk mengurangi rasa bersalah, sisihkan sekitar 10 persen dari nilai tagihan restoran yang lalu berikan kepada duafa yang dijumpai dalam perjalanan pulang. Bila gerakan cegah sampah makanan bisa dilakukan secara bersama oleh segenap masyarakat, bayangkan nilai kerugian yang Rp 300 triliun lebih itu akan bisa memberi makan 26 juta warga miskin.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus