Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti mengidentifikasi tiga perbedaan ekspresi senyuman, yakni penghargaan, afiliasi, dan dominan, serta kombinasi otot wajah yang membentuknya. Masing-masing tipe senyum bergantung pada fitur anatomi yang dikenal dengan nama zigomatikus utama, otot wajah di bawah tulang pipi yang menarik sudut mulut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ada banyak sekali istilah yang digunakan oleh orang-orang untuk menjelaskan tipe senyuman, namun kami mengenalinya sebagai tipe balasan, afiliasi, dan dominan saat bernegosiasi atau dihadapkan dengan situasi seperti diremehkan atau meremehkan orang lain,” jelas Paula Niedenthal, profesor dari Universitas Wisconsin-Madison di Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut peneliti, senyum yang muncul saat membalas senyuman orang lain mungkin paling tulus. “Senyum tersebut merupakan senyum saat melihat bayi, sehingga ia akan membalas senyum Anda dan melakukan hal yang Anda sukai’”, jelas Niedenthal.
Sementara itu, tipe senyum kedua digunakan untuk menyampaikan toleransi, mengakui kebenaran, atau adanya ikatan sekaligus bentuk bahwa Anda bukan sebuah ancaman dan digambarkan sebagai senyuman lebar dan tipis dengan katupan kedua bibir sehingga gigi tidak terlihat.
Ilustrasi anak tersenyum. Pixabay.com
Tipe senyum ketiga digunakan untuk menandakan status. Senyum ketiga digambarkan dengan garis simetris pada bibir, diikuti dengan bagian alis dan pipi yang mengangkat. Hal tersebut mengekspresikan kegembiraan.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan melalui jurnal Psychological Science, para partisipan melihat ribuan ekspresi pada komputer yang merupakan hasil kombinasi acak dari otot-otot wajah yang diaktifkan. Setiap senyuman menggambarkan tindakan dari zigomatiku, atau yang dikenal juga dengan nama otot senyum.
“Ketika membedakan senyuman, baik ilmuwan maupun orang awam cenderung fokus pada senyum tulus atau palsu. Banyak orang percaya bahwa jika seseorang tersenyum namun dirinya tidak merasa senang, maka senyum tersebut palsu,” jelas Niedenthal.
Nyatanya, orang tersenyum dalam berbagai keadaan berbeda dan kondisi emosional yang tidak menentu. Jadi, menyatakan bahwa satu-satunya senyum yang terbentuk saat seseorang merasa bahagia merupakan senyum tulus membatasi pengertian kita mengenai ekspresi wajah,” tambahnya, dikutip dari Indian Express.