Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Memulihkan Punggung Patah

Teknik Vesselplasty tidak hanya menyambung kembali tulang belakang yang patah, tapi juga memperbaiki anatominya. Sederhana dan cepat.

12 Februari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suatu pagi pada pertengahan 2004, Kie Bo Sang memulai kegiatan rutinnya. Nenek yang saat itu berusia 97 tahun mengelap mukanya dengan handuk yang sudah dicelupkan ke dalam baskom berisi air hangat. Namun, ketika Bo Sang memeras handuk, tiba-tiba dia berteriak keras. Tubuhnya ambruk di lantai. ”Dia bilang punggungnya seper-ti ada yang memukul, rasanya sakit sekali,” kata Henny Darsono, 45 tahun, salah seorang cucunya.

Bo Sang tinggal sendirian di rumahnya di Suryakencana, Bogor. Anaknya, yang tinggal di rumah sebelah, melihat Bo Sang tergeletak—ada pintu penghubung di antara rumah mereka—langsung menelepon memin-ta ambulans. Si nenek dilarikan ke Rumah Sakit Pluit, Jakarta Utara. Menurut dokter, tulang belakangnya patah.

Bo Sang segera ditangani Dr. A. Bambang Darwono, spesialis bedah tulang senior di rumah sakit itu. Bambang lalu menawarkan teknik Vesselplasty untuk memulihkan tulang belakang yang patah. Meski baru pertama kali mendengar teknik ini, pihak keluarga manut. ”Tidak dengan operasi, cuma disuntik di tulang belakang,” kata Henny. Prosesnya pun cuma butuh setengah jam saja.

Ajaib! Bo Sang yang semula hanya bisa berbaring sambil merintih kesakitan, dalam dua jam sudah mampu duduk santai di tepi ranjang rumah sakit. Tidak lama kemudian, si nenek sudah bisa berjalan-jalan berkeliling kamar. Setelah tiga hari dirawat, Bo Sang diperbolehkan pulang. Punggungnya pun kembali tegak.

Setahun kemudian kecelakaan kembali terulang. Gara-garanya, Bo Sang terlalu buru-buru bangun dari tempat tidur. Nenek yang biasa dipanggil A Ma oleh anak-anaknya itu kembali menjalani Vesselplasty. Hasilnya memuaskan.

Hingga Bo Sang merayakan ulang tahun yang ke-100 pada 26 Januari lalu, dia tetap sehat. A Ma masih bisa menjalani kegiatan sehari-hari secara mandiri seperti sebelum patah tulang pertama kali. Nenek yang memang sehat ini—jantung, tekanan darah, dan pencernaannya baik—paling-paling hanya pikun. Ia masih rajin ke gereja setiap minggu.

Kepada Tempo, Dr. Bambang menjelaskan, Vesselplasty merupakan teknik terbaru pengobatan patah tulang belakang, baik akibat kerapuhan (osteoporosis) ataupun kecelakaan. Bambang yakin Vesselplasty nyaman dan aman. ”Tak ada rasa nyeri dan tak sampai berdarah-darah,” katanya. Pasien cukup dibius lokal sebelum dokter memasukkan jarum menembus kulit sampai ke rongga tulang belakang. ”Selama tindakan, pasien masih bisa mengobrol,” katanya.

Menurut Bambang, mengobrol dengan pasien selama proses itu penting. Gunanya, agar pasien bisa bereaksi bila jarum ”nyasar” mengenai saraf tulang belakang. Rasanya seperti kena setrum sehingga dokter bisa mengubah arah jarum ke tempat yang tepat. Begitu jarum menembus tulang, berarti sudah aman.

Vesselplasty adalah pengembangan teknik perbaikan tulang tanpa bedah yang sebelumnya, yaitu Verteboplasty dan Khypoplasty. Semua teknik ini sama-sama menggunakan cairan semen tulang yang dimasukkan ke tulang belakang. Namun, Vesselplasty punya kelebihan, yaitu menambahkan juga kalsium fosfat yang berfungsi sebagai penguat tulang dan memicu regenerasi sel-sel. Alhasil, Vesselplasty tidak hanya mampu menyambung kembali tulang, tapi juga memperbaiki anatominya.

Kamis pekan silam, Dr. Bambang menerapkan Vesselplasty kepada pasien ke-84. Semua penderita patah tulang belakang yang melalui Vesselplasty—80 persen di antaranya berusia lanjut—sembuh dan sehat sentosa.

Vesselplasty ditemukan pada Juli 2003 di Dr. Hansen Yuan’s Laboratory, Syracuse, New York, Amerika Serikat. Namun, di sana, teknik ini baru sampai tahap diujicobakan pada mayat. Bambang kemudian mengembangkannya hingga bisa diterapkan pada manusia sejak 2004. Beberapa bulan belakangan, Vesselplasty diadaptasi negara-negara di Asia, Eropa, dan Amerika. Bambang juga banyak diminta mentransfer pengetahuannya kepada dokter-dokter di luar negeri.

Efek samping dari teknik ini hampir tidak ada, bahkan untuk kasus patah tulang belakang yang sangat parah pun, asalkan cara ini diterapkan sebelum tiga bulan. Kalau lebih dari tiga bulan, kata Bambang, teknik ini tidak ada gunanya, karena secara alami tulang sudah ”nyambung” dan tubuh yang bungkuk sulit dikoreksi. Pasien juga dilarang melakukan aktivitas berlebihan seperti membungkuk dan mengangkat beban berat selama tiga bulan setelah Vesselplasty. ”Sesudah sembuh, tulang bakal lebih kuat,” katanya.

Ahli bedah tulang lain, Dr. Andri Maruli Tua Lubis dari Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan, sepakat teknik ini memang canggih dan aman. Namun, Andri tidak menyarankan setiap pasien patah tulang belakang selalu melakukan Vesselplasty. Menggunakan korset penyangga tulang bisa juga menjadi alternatif penyembuhan, kecuali patah tulangnya parah sekali.

Hanya saja Vesselplasty lumayan mahal. Untuk membeli alatnya saja, yaitu Vessel X, butuh US$ 2.500 atau sekitar Rp 22,75 juta. Itu belum ditambah ongkos operasi, biaya dokter, dan rumah sakit.

Nunuy Nurhayati

Proses Vesselplasty

Sebelum tindakan Vesselplasty, pasien harus menjalani observasi medis, seperti memeriksa kondisi kesehatan paru-paru dan jantung. Setelah semua dalam kondisi baik, pasien dibius lokal. Proses pun dimulai.

  1. Vessel X, alat yang berbentuk silinder seperti pensil, sepanjang sekitar 20 sentimeter. Ujungnya yang terbuat dari titanium menembus dari kulit ke tulang belakang.
  2. Cairan berisi semen tulang (70 persen) dicampur kalsium fosfat khusus untuk pembedahan (30 persen) dimasukkan melalui rongga Vessel X menuju tulang belakang. Cairan tersebut menggelembungkan semacam kontainer yang ada di ujung alat, lalu cairan menembus pori-pori kontainer ke segala arah dengan tekanan sama.
  3. Cairan semen lantas mengisi ruas tulang belakang yang patah, mendongkrak tulang yang bungkuk, menjadi tegak. Cairan semen ini akan mengeras dalam 10 menit setelah dimasukkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus