Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketika seseorang mengalami gangguan suasana hati merasa sedih maupun putus asa menandakan keadaan depresi. Seseorang yang depresi biasanya juga mengalami masalah tidur, seperti dikutip dari situs web Sleep Foundation, dalam laporan ilmiah berjudul Depression and Sleep. Saat depresi muncul rasa kantuk yang berlebihan pada siang. Depresi juga mengakibatkan seseorang ingin tidur sangat lama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gejala depresi akan mengubah kondisi fisik. Kondisi suasana hati itu juga mengubah psikis dan pikiran yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Pada saat yang sama, masalah tidur akan memperburuk depresi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip WebMD, peneliti dari Woolcock Institute of Medical Research, Rick Wassing menjelaskan, bahwa tidur yang ditandai dengan gerakan cepat dari mata (rapid eye movement) dialami seseorang yang insomnia. Kondisi itu akan menganggu kemampuan mengatasi tekanan emosional, kecemasan, dan risiko depresi
“Saat rapid eye movement, hormon serotonin, adrenalin, dan dopamin tidak aktif,” kata Wassing.
Kondisi bagus rapid eye movement akan memproses dampak baik emosional dari ingatan. Menurut Wassing, jika tidur bermasalah, maka tekanan rapid eye movement akan terganggu. “Akhirnya memperparah insomnia,” ucapnya.
Mengutip situs web National Institutes of Health, saat tidur ada beberapa fase yang berbeda. Ada tidur ringan, nyenyak, dan rapid eye movement. Siklus ini berulang beberapa kali sepanjang malam. Rapid eye movement ditandai pernapasan dan gerakan mata yang cepat. Masalah tidur dapat mempengaruhi kondisi depresi melalui perubahan fungsi neurotransmitter serotonin.
BALQIS PRIMASARI