Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mengenal Flexing, Aksi Pamer yang Banyak Dilakukan Tokoh Terkenal

Banyak figur publik yang melakukan tindakan flexing dengan cara memamerkan kekayaannya melalui lagu atau postingan di media sosial.

7 Februari 2022 | 22.23 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Floyd Mayweather datang ke pestanya dengan menyetir Bugatti. (dailymail.co.uk)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Istilah flexing mungkin sudah familiar di telinga banyak orang. Istilah ini kerap dipakai dalam rap dan hip hop, terutama dalam lagu yang berbahasa Inggris.

Menurut Urban Dictionary, sebagaimana dikutip dari Bustle, istilah flexing memiliki lebih dari satu arti. Arti pertama yakni pamer atau menyombongkan diri. Sementara arti kedua yakni memasang muka palsu, memalsukannya, atau memaksanya.

Definisi kedua biasanya ditujukan pada seseorang yang menyombongkan diri tentang sesuatu yang sebenarnya tidak berhak ia banggakan, berbohong tentang pencapaian, atau melebih-lebihkan kebenaran.

Istilah flexing telah populer sejak lama. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya artis yang senang memamerkan penghasilannya atau jumlah mobil yang mereka miliki di lirik lagu atau video musik.

Tindakan flexing dapat membuat seseorang terlihat luar biasa di mata orang lain. Meski demikian, flexing tidak dapat membantu seseorang untuk mendapatkan teman.

Melansir Insider, studi yang diterbitkan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science menemukan bahwa 66% orang cenderung memilih mobil mewah daripada mobil biasa.

Akan tetapi, dalam hal pertemanan, kebanyakan orang lebih suka menjalin hubungan dengan orang yang memiliki kendaraan biasa.

"Jadi, orang berpikir bahwa simbol status seperti mengendarai mobil mewah akan meningkatkan minat persahabatan, tetapi simbol status seperti itu sebenarnya membuat calon teman kurang tertarik pada persahabatan," kata Stephen Garcia, salah satu peneliti dalam jurnal tersebut.

Selanjutnya : Satu kelompok yang menjadi peserta eksperimen...

Satu kelompok yang menjadi peserta eksperimen berpikir bahwa jam tangan Tag Heuer yang mahal akan membantu mereka mendapatkan teman. Kenyataannya, orang-orang yang berperan sebagai calon teman mengatakan bahwa mereka lebih senang bertemu dengan orang yang memiliki jam tangan lebih murah.

Menurut Gracia, efek ini dapat disebut sebagai perbedaan perspektif dalam perbandingan sosial. Kita cenderung ingin terlihat lebih baik dari orang lain tetapi tidak mempertimbangkan perspektif dari calon teman.

Ilustrasi mata uang dollar. TEMPO/Imam Sukamto

“Mereka juga ingin terlihat baik dan tidak ingin kalah dari orang lain,”kata Gracia.

Contoh tindakan flexing yang dilakukan oleh para figur publik antara lain postingan petinju Floyd Mayweather di Instagram yang memamerkan jet pribadi dan jam tangannya. Youtuber seperti Jake Paul dan RiceGum juga dikenal senang memamerkan uang, pakaian, mobil dan rumah mereka untuk membalas kritikan orang lain.

Tindakan-tindakan semacam itu banyak mendapatkan respon negatif. Beberapa orang berkomentar bahwa tindakan flexing yang dilakukan para publik figur mungkin menunjukkan rasa insecure atau kesepian.

Meskipun tidak berniat mencari teman, para bintang media sosial atau influencer cenderung tidak berhasil menjadi populer dengan cara flexing. "Sementara simbol status seperti mobil mewah, dompet mewah, logo desainer, dan lain sebagainya dikaitkan dengan hak istimewa, menandakan status saat mencoba mencari teman baru bisa menjadi bumerang,"ujar Garcia.

SITI NUR RAHMAWATI
Baca : Kominfo Sebut Influencer Bisa Ikut Terseret Pidana Perdagangan Berjangka Ilegal


Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus