Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pakol merupakan topi yang permukaannya datar, terbuat dari wol, dan saat dipakai sebagiannya digulung. Pakol ini menjadi salah satu penutup kepala tradisional yang khas digunakan lelaki Afganistan.
Mula keberadaan topi pakol di Afganistan ini berasal dari daerah terpencil tepatnya di pegunungan Hindu Kush. Dahulu eksistensi pakol tidaklah seperti saat ini, topi pakol mulai populer sejak diadopsi oleh Ahmad Shah Massud yang merupakan pimpinan kelompok Syura e Nezar, yang kemudian menetapkan Pakol sebagai set standar penampilan mereka.
Kepopuleran pakol sebagai topi ikonik Afganistan menjadi perhatian berbagai pengamat, Dan, hingga kini banyak berbagai versi yang menyebutkan topi pakol dalam sebutan yang berbeda.
Mengutip dari laman afghanistan-analysist.org menjelaskan beberapa sebutan lainnya yaitu "Topi Tajik", "Topi Panjshiri", "Topi Pashtun", "Topu Nuristani", bahkan disebut "Topi Chitrali".
Sebelum melekat sebagai topi yang menjadi ciri yang digunakan lelaki Afganistan, dahulu orang-orang Makedonia telah menggunakan topi pakol di atas kepalanya yang disebut Kausia Beruang, persis dengan pakol modern saat ini. Jadi, ada anggapan bahwa sebelum sampai di lembah Hindu Kush, apa yang disebut pakol masa ini merupakan warisan dari Alexander Agung di abad ke-4 SM saat melakukan perjalanan ke Timur.
Klaim tersebut disampaikan oleh kelompok Nuristani yang tak lain merupakan keturunan pasukan Makedonia Alexander, catatan proto-etnografi pertama, di masa Nuristani pra Islam (1895- 1896), orang-orang belum menggunakan penutup kepala.
Kemudian, di lembah paling timur Kafiristan banyak orang-orang Bashgal, yang menggunakanal topi Chitrali, semacam topi pokal. Topi-topi ini makin berkembang hingga Afganistan karena sosialisasi alur perdagangan.
TIKA AYU
Baca: Mengulik Salwar Kameez Pakaian Tradisional Afghanistan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini