Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini 18 tahun lalu, tepatnya 27 November 2005, transplantasi wajah pertama kali di kota Amiens, Prancis sukses dilakukan. Penerimanya adalah seorang wanita Prancis berusia 38 tahun yang dianiaya seekor anjing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para dokter di Prancis mengatakan sudah melakukan transplantasi sebagian wajah pertama di dunia, memasuki batas medis yang berisiko dengan operasi mereka terhadap seorang wanita yang cacat akibat gigitan anjing. Wanita berusia 38 tahun, mendapatkan hidung, bibir, dan dagu yang dicangkokkan ke wajahnya dari donor mati otak, dikutip dari Al Jazeera.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laman sama menyebut operasi itu, yang dilakukan pada Minggu, melibatkan seorang ahli bedah yang telah terkenal dengan terobosan transplantasi, Dr Jean-Michel Dubernard. "Kondisi umum pasien sangat baik dan transplantasi terlihat normal," kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Rabu dari rumah sakit di kota utara Amiens tempat operasi tersebut dilakukan.
Kritikus mengatakan operasi ini terlalu berisiko untuk sesuatu yang bukan merupakan masalah hidup atau mati, seperti halnya transplantasi organ biasa. Adapun kekhawatiran utama baik untuk transplantasi wajah penuh maupun upaya persial ialah penolakan organ, yang menyebabkan kulit terkelupas. Lantas apakah transplantasi wajah itu?
Dilansir dari Mayo Clinic, tranplantasi wajah merupakan operasi kompleks yang membutuhkan perencanaan berbulan-bulan dan banyak tim bedah. Prosedur ini hanya dilakukan di beberapa pusat transplantasi di seluruh dunia. Setiap kandidat transplantasi wajah dievaluasi secara cermat untuk membantu memastikan hasil terbaik dalam penampilan dan fungsi.
Transplantasi wajah mungkin adalah pilihan pengobatan bagi sebagian orang yang mengalami kerusakan parah pada wajah atau perbedaan tampilan wajah yang terlihat. Transplantasi wajah menggantikan seluruh atau sebagian wajah dengan jaringan donor dari seseorang yang sudah meninggal.
Transplantasi wajah dilakukan demi mencoba meningkatkan kualitas hidup seseorang yang pernah mengalami trauma parah, luka bakar, penyakit, atau cacat lahir yang mempengaruhi wajahnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan penampilan dan kemampuan fungsional, seperti mengunyah, menelan, berbicara, dan benepas melalui hidung.
Beberapa orang melakukan operasi ini untuk mengurangi isolasi sosial yang mereka alami saat hidup dengan perbedaan yang terlihat di wajah mereka. Transplantasi wajah mungkin bisa meningkatkan kualitas hidup Anda, tapi itu adalah prosedur yang berisiko tinggi.
Transplantasi wajah merupakan prosedur yang menantang. Ini cukup baru dan sangat kompleks. Sejak tranplantasi wajah pertama pada 2005, diketahui lebih dari 40 orang telah menjalani operasi itu, dengan rentang usia antara 19 sampai 60 tahun. Beberapa di antaranya meninggal karena infeksi atau penolakan.
Sementara itu komplikasi bisa terjadi akibat operasi, penolakan tubuh terhadap jaringan transplantasi, dan efek samping obat imunosupresan. Pembedahan lebih lanjut atau kunjungan ke rumah sakit mungkin diperlukan untuk mengatasi komplikasi.
1. Risiko bedah
Transplantasi wajah adalah prosedur yang rumit dan panjang. Anda dapat menjalani operasi selama 10 jam atau lebih. Risiko pembedahan dan pasca bedah bisa mengancam jiwa. Ini termasuk kehilangan darah, pembekuan darah, dan infeksi.
2. Risiko penolakan
Sistem kekebalan tubuh Anda mungkin menolak wajah baru dan jaringan donor lainnya. Anda bisa kehilangan sebagian atau seluruh wajah baru dan beberapa fungsinya. Anda mungkin mengalami lebih dari satu episode penolakan. Untuk mengendalikan respons penolakan, Anda mungkin perlu pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan obat anti-penolakan dosis IV yang intensif.
Praktisi kesehatan Anda mungkin mengganti jenis obat anti penolakan yang Anda pakai. Sementara penolakan jaringan yang memerlukan transplantasi baru jarang terjadi. Dan penolakan yang tidak terkendali dapat menyebabkan kematian. Anda harus mempelajari gejala penolakan agar Anda bisa mengambil tindakan yang benar dan tepat waktu. Adapun gejalanya termasuk pembengkakan dan perubahan warna kulit.
3. Risiko imunosupresan
Obat anti penolakan (imunosupresan) yang perlu Anda konsumsi setiap hari selama sisa hidup Anda akan melemahkan sistem kekebalan Anda. Ini membantu mencegah penolakan jaringan, tetapi juga membuat Anda berisiko terkena berbagai infeksi. Obat imunosupresan juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kerusakan ginjal, kanker, diabetes, dan kondisi serius lainnya.
Anda dan tim transplantasi Anda tidak dapat memprediksi dengan tepat bagaimana penampilan Anda dan bagaimana sistem kekebalan Anda akan merespons wajah baru tersebut. Anda harus mengonsumsi obat khusus (imunosupresan) selama sisa hidup Anda untuk mengurangi risiko tubuh Anda menolak wajah yang ditransplantasikan.