Zikir, doa kaum sufi, sakramen, mantra, juga meditasi punya kekuatan penyembuh yang menakjubkan, tapi hampir selalu tidak disertai penjelasan yang memuaskan. Boleh jadi, kehadiran rohaniwan pemandu doa yang karismatik dan tenang berperan penting dalam menumbuhkan kepercayaan pasien atas kesembuhan. Berikut ini ulasan dua contoh model penyembuhan melalui doa.
Cahaya Penyembuh dari Menteng
Nunung Nurkomariyah, 31 tahun, tergeletak tak berdaya. Kanker rektum (ujung usus besar) stadium tiga menggerogoti hidupnya. Tim dokter di Rumah Sakit Advent, Bandar Lampung, memutuskan melakukan operasi bedah untuk memotong bagian usus yang diterjang sel kanker.
Tapi, usai operasi, kesehatan Nunung malah memburuk. Berat badannya anjlok 10 kilogram. Cahaya wajahnya meredup. ”Maaf, secara medis tak bisa diatasi lagi. Usia pasien tinggal tiga bulan lagi,” kata Nunung menirukan dokter waktu itu.
Kini, enam bulan telah berlalu sejak vonis dokter jatuh, Nunung justru tampak bugar. Alumni Institut Pertanian Bogor ini tidak lagi hanya tergeletak di ranjang. Bahkan dia sanggup berpuasa Ramadan sebulan penuh.
Keberuntungan Nunung berangkat dari perkenalannya dengan Nursyifa, lembaga pengobatan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Nursyifa, yang bermakna “cahaya penyembuh”, adalah lembaga pengobatan yang menggunakan kekuatan doa. Dalam ajaran Islam, salah satu asma’ul husna (99 sifat Allah) adalah As-Syifa, Yang Maha Menyembuhkan.
H.M. Bambang Irawan, 50 tahun, pendiri Nursyifa, menyatakan metode pengobatan yang digunakannya mengacu pada kekuatan ilahiah. Lewat kekuatan doa, pelbagai penyakit direduksi secara bertahap. Di sini, semua pasien hanya diminta melafalkan istigfar, kalimat tauhid, dan surat Al-Fatihah. Tak ada obat-obatan kimiawi seperti lazimnya kedokteran modern.
Metode yang digunakan Nursyifa memang sulit dijelaskan. Seorang pasien baru akan diperiksa kondisinya oleh Retno Dewi, istri H.M. Bambang Irawan. Retno hanya menempelkan tangannya pada tubuh si pasien dan sebentar kemudian semua penyakit langsung terdeteksi.
Selanjutnya, waktu terapi ditetapkan berdasar kondisi setiap pasien. Seorang pasien eksim kulit, misalnya, akan diobati sekitar lima kali. Sedangkan Nunung, pasien kanker rektum tersebut, harus menjalani terapi setiap hari selama setahun penuh.
Teknik terapi Nursyifa terbilang sederhana. Setelah menggenapkan bilangan zikir, pasien diminta duduk menghadap Ka’bah. Bambang Irawan, tenaga penyembuh lainnya, menempelkan telapak tangan ke punggung pasien selama 15 menit. Saat itulah energi penyembuhan Nursyifa ditransfer ke tubuh pasien. Selama terapi tersebut, anggota tubuh pasien biasanya akan bergerak tanpa komando. ”Yang menggerakkan adalah energi ilahiah,” ujar Bambang.
Kini setiap hari Nursyifa dikunjungi puluhan pasien, malah ada yang datang dari Singapura. Keluhan mereka beragam, mulai dari ambeien, diabetes, lumpuh akibat stroke, leukemia, sampai kelainan jantung bawaan. Segala penyakit, Bambang memastikan, dapat ia sembuhkan berkat izin Tuhan.
Kisah Andreas ’Sang Penyembuh’
Suatu pagi di Gereja Kristen Perjanjian Baru Kemuliaan, Jakarta. Pendeta Andreas Nawawi, 45 tahun, tampak khusyuk memimpin doa. Sekitar 50 anggota jemaat melantunkan lagu rohani yang lembut. Suasana terasa hikmat. Lamat-lamat, terdengar suara tangis jemaat mengiris hati.
Di kursi deretan depan, 20 pasien yang menderita pelbagai penyakit duduk terpekur. Mereka sedang menerima siraman doa dari sang Pendeta dan jemaat gereja. Ajaib, seorang lelaki renta yang lumpuh tiba-tiba bisa berjalan. Ia pun lantas menangis histeris.
Penyembuhan lewat doa seperti yang dilakukan Pendeta Andreas Nawawi adalah salah satu kebanggaan umat Nasrani. Andreas menyebut tenaga penyembuh tersebut sebagai “kuasa Tuhan” yang mendatangi diri pasien.
Andreas, yang kini mengasuh acara Solusi di stasiun SCTV, mengaku mendapat kemampuan untuk menyembuhkan setelah perjumpaannya dengan Yesus di tahun 1982. Pasien pertama yang bisa disembuhkan adalah istrinya sendiri, yang mengidap tumor payudara. ”Padahal saat itu dokter sudah memutuskan tindakan operasi,” tutur Andreas mengenang.
Untuk proses penyembuhan, ujar alumni Politeknik ITB ini, pasien tak harus berada di satu tempat yang sama. Dia juga kerap membantu penyembuhan pasien yang menghubungi via telepon. Seorang pasien di Pulau Batam yang tempurung lututnya hancur akibat terjatuh bisa disembuhkan hanya dengan doa yang disampaikan lewat telepon. Rasa nyeri yang mendera tiba-tiba lenyap bak ditelan bumi.
Kunci pengobatan, kata Andreas, terletak pada keimanan seseorang. Itulah sebabnya, sebelum proses penyembuhan dilakukan, pasien diminta berdoa dan bertobat, prosedur menghapus tumpukan dosa yang kerap memicu pelbagai penyakit.
Namun, Andreas juga menekankan, tidak selalu doanya terkabul. ”Yang enggak sembuh juga banyak,” katanya mengakui. Sebab, dia menambahkan, kesembuhan adalah wewenang Tuhan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini