Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mobilitas Penduduk Tinggi Bisa Percepat Penularan HMPV

Potensi penularan HMPV perlu terus diwaspadai agar tidak terjadi wabah. Mobilitas tinggi bisa percepat penularan HMPV.

10 Januari 2025 | 20.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi HMPV. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB-IDI Erlina Burhan mengatakan penyakit Human metapneumovirus (HMPV) tidak perlu dikhawatirkan oleh masyarakat Indonesia. Walau begitu, potensi penularannya tetap harus diwaspadai agar tidak terjadi wabah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Memang Indonesia tidak mengalami musim dingin seperti negara lain, namun risiko wabah dengan tren kasus sedang-tinggi tetap saja bisa terjadi. Sebab, infeksi dapat cepat menular pada daerah urban dengan kepadatan populasi yang tinggi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Daerah dengan mobilitas penduduk yang tinggi juga berpotensi mempercepat penularan. “Mobilitas penduduk tinggi yang sering tiap sebentar ke Singapura, Hong Kong, China, bolak-balik Eropa, Amerika, ini terinfeksi di luar dan di bawa kemari,” ujar Erlina pada Jumat 10 Januari 2025.

Erlina mengatakan terdapat beberapa kondisi yang memungkinkan bagi Indonesia berisiko terkena wabah (outbreak) dari penyakit Human metapneumovirus (HMPV). “Apakah ada potensi outbreak HMPV di Indonesia? Saya rasa tidak, tapi kalau outbreat mungkin ada kalau kita tidak peduli atau waspada terhadap virus tersebut,” kata Erlina. 

Menanggapi adanya kenaikan kasus HMPV di China, Erlina mengatakan pada dasarnya penyakit tersebut bukanlah penyakit baru dan sudah pernah ditemukan sejak tahun 2001 di Belanda.

Penularannya mirip seperti COVID-19 dan influenza yakni melalui percikan napas (droplets), dengan gejala umum demam, batuk, pilek atau apabila gejala berat disertai dengan dyspnea atau terjadi apnea pada bayi di bawah usia enam bulan.

Kondisi lain yang ia sebutkan membuat Indonesia mungkin saja menghadapi wabah HMPV yakni adanya keterbatasan fasilitas di beberapa daerah. Salah satu yang ia soroti adalah ventilasi udara yang buruk.

Sebelumnya, Erlina sempat menjelaskan bahwa pertukaran udara yang kurang baik membuat sirkulasi udara di dalam ruangan menjadi buruk. Ia menyoroti hal tersebut telah terjadi di gedung-gedung modern yang berdiri saat ini. Menurutnya, terdapat kemungkinan bahwa virus berkembang dalam ruangan yang tertutup.

“Ada kemungkinan terjadi outbreak, tapi kalau pandemi itu tidak. Jadi perlu upaya-upaya pencegahan dari individu, komunitas dan pemerintah,” ujar Erlina.

Pada masing-masing individu Erlina meminta agar semua pihak mulai kembali menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menghindari kontak erat dengan penderita, membersihkan benda-benda yang berpotensi terkontaminasi virus, menggunakan masker dan menjalankan pola hidup sehat.

Pada orang dengan risiko tinggi terkena virus seperti anak-anak di bawah usia 14 tahun, lansia, penderita komorbid ataupun sistem imun lemah, disarankan untuk menggunakan masker selalu saat di dalam kerumunan.

Sedangkan pada komunitas dan pemerintah, dianjurkan untuk memperkuat surveilans epidemiologi, menerapkan protokol kesehatan yang efektif dan melibatkan komunitas untuk edukasi dan sosialisasi terkait HMPV.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus