Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Sleman - Warung Mbah Carik eksis di Kaliurang, lereng Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta, sejak 1950. Kepopuleran nasgitel atau wedang teh kental, jadah, dan tempe di warung sederhana itu tak lekang oleh waktu. Dua menu ini masuk daftar kuliner yang paling dicari wisatawan saat melancong ke sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di tengah hawa sejuk pegunungan, jadah dan tempe Mbah Carik disajikan hangat-hangat. Jadah adalah penganan ringan pendamping minum teh. Jadah ini terbuat dari ketan. Meski berjuluk kudapan, makanan tersebut cukup mengenyangkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jadah dimasak dari ketan dan santan kelapa. Ketan, sebagai bahan utama pembuat jadah, diuleni hingga bertekstur sangat lembut. Sejolinya, yakni tempe bacem, dimasak dengan campuran gula Jawa yang cukup mendominasi. Bacem adalah bumbu masakan khas Jawa Tengah yang mengedepankan cita rasa manis.
Tempe bacem dan jadah dimakan bersamaan. Cara makannya seperti menyantap burger. Jadah berlaku sebagai roti, sedangkan tempe seperti patty. Tempe bacem ditumpuk di antara jadah.
Santapan ini bukan cuma enak dinikmati. Tersirat filosofi hidup yang menarik dari kuliner ini. Jadah, yang berwarna putih, menggambarkan kebajikan. Adapun tempe bacem, dengan warna legamnya, melambangkan kebatilan. Keduanya lantas menjadi simbol keseimbangan hidup manusia.
Supaya lengkap, jadah dan tempe dinikmati dengan wedang nasgitel. Nasgitel merupakan sebutan untuk seduhan teh hangat yang manis. Juga akronim dari panas, legi, dan kental. Manisnya nasgitel berasal dari gula batu yang akan mengikat rasa teh.
Sepiring jadah dan tempe dibanderol mulai Rp 20 ribu dan bisa disantap hingga empat orang. Sedangkan wedang nasgitel, yang disajikan dengan teko tanah liat, harganya Rp 15 ribu.
Untuk bertandang ke warung Mbah Carik yang berlokasi di Kawasan Wisata Telogo Putri Kaliurang, Sleman, Yogyakarta, wisatawan bisa naik kendaraan pribadi. Jarak tempuh dari kota berkisar 30 kilometer dengan waktu tempuh 1 jam.
Sembari mereguk wedang nasgitel, jadah, dan tempe Mbah Carik, hawa sejuk pegunungan juga menyambar. Di depan warung itu, monyet-monyet juga kerap berkeliaran, menandakan alam sekitar masih asri.
Simak artikel lainnya seputar kuliner di Travel Tempo.co.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Artikel Lain: Ini Surga Penggemar Masakan Korea di Jakarta