Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pakar Saraf Jelaskan Penyebab Aneurisma Otak, Bahaya dan Risikonya

Aneurisma otak disebabkan pelebaran atau penonjolan pembuluh darah otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah dan berisiko mengalami pecah.

5 September 2024 | 21.42 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Aneurisma otak adalah kondisi serius dan perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan komplikasi berbahaya, terutama jika pecah. Spesialis saraf di di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Mahar Mahardjono Jakarta, Beny Rilianto, menjelaskan aneurisma otak merupakan penyakit akibat pelebaran atau penonjolan pembuluh darah otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah dan berisiko mengalami ruptur atau pecah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Jadi aneurisma ini analoginya adalah balon yang semakin lama semakin membesar sehingga akan mencapai batas tertentu dan sangat mungkin seiring waktu menjadi ruptur atau pecah," katanya pada gelar wicara daring, Kamis, 24 September 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menjelaskan aneurisma otak berbahaya karena dapat menyebabkan pendarahan subarachnoid, bentuk stroke yang ditandai sakit kepala hebat dan penurunan kesadaran. Faktor risiko aneurisma meliputi genetika, hipertensi, konsumsi alkohol, merokok, dan kondisi sindrom tertentu seperti sindrom Ehlers-Danlos. Wanita lebih berisiko mengalaminya dibanding pria dengan rasio sekitar dua banding satu.

Dua kelompok aneurisma otak
Secara umum, aneurisma otak terbagi dalam dua kelompok utama, yakni aneurisma yang pecah (ruptur) dan yang tidak pecah (nonruptur). Aneurisma yang pecah dapat menyebabkan pendarahan subarachnoid yang sering ditandai sakit kepala hebat yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Gejala lain meliputi gangguan kesadaran dan penurunan fungsi otak yang signifikan, menjadikannya keadaan darurat medis yang perlu penanganan segera.

Sekitar 85 persen kasus pendarahan subarachnoid disebabkan aneurisma pecah sementara sisanya karena faktor lain. Sementara itu, aneurisma yang tidak pecah umumnya tidak menimbulkan gejala sehingga beberapa orang memiliki aneurisma otak tanpa pernah menyadarinya.

"Untuk aneurisma yang tidak pecah ini, beberapa kasus memang tidak ada gejala kalau aneurisma belum pecah. Namun, ada beberapa kondisi jika aneurismanya ini terletak pada area-area tertentu di otak, dia bisa mengakibatkan muncul gejala karena akibat efek desakan dari aneurisma. Walaupun belum tentu pecah, beberapa kasus yang paling sering adalah gangguan pada gerakan bola mata," ungkapnya.

Dalam banyak kasus, aneurisma baru terdeteksi melalui pencitraan medis seperti neuroimaging, yang membantu dokter mengidentifikasi potensi risiko dan menentukan langkah penanganan lebih lanjut.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus