Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Pakar Ungkap Penyebab Kram Otot yang Menyerang saat Tidur

Fisioterapis menyebut kram otot disebabkan neuron motorik bawah yang memiliki pelepasan saraf yang hiperaktif, berfrekuensi tinggi dan tak disengaja.

1 November 2024 | 15.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kram otot tak hanya bisa terjadi setelah melakukan aktivitas berat tetapi juga ketika hendak atau ketika tidur, terasa menyentak dengan ketegangan yang menimbulkan nyeri pada betis. Menurut Channel News Asia, hasil studi yang dipublikasikan di PLoS One pada Juni 2017 menunjukkan kram kaki pada malam hari cukup umum terjadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut hasil studi, sekitar 30 persen orang dewasa mengalami kram pada malam hari setidaknya lima kali dalam sebulan dan tak hanya terjadi pada yang habis lari maraton meski orang yang lebih aktif lebih rentan mengalaminya. Menurut Dr. Ang Mu Liang, konsultan bedah ortopedi di Woodlands Health, National Healthcare Group Singapura, penyebab kram otot adalah kontraksi otot yang terjadi tiba-tiba dan tidak disengaja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kram terjadi saat serat otot terlalu tereksitasi, sering kali disebabkan impuls saraf yang tidak terarah atau kadar elektrolit yang tidak memadai, seperti kalium, kalsium, atau magnesium yang diperlukan untuk kontraksi otot normal," jelasnya.

Keadaan ini melibatkan neuron motorik bawah, sel saraf di sumsum tulang belakang, dan otak. Sederhananya, neuron ini mengumpulkan impuls saraf dari sistem saraf pusat dan mengirimkannya ke otot-otot di tubuh untuk menciptakan gerakan. 

Fisioterapis di Core Concepts, Ernie Goh, mengatakan kram otot disebabkan neuron motorik bawah yang memiliki pelepasan saraf yang hiperaktif, berfrekuensi tinggi, dan tidak disengaja. Meski demikian, Zachary Poon Qi Jing, fisioterapis senior di Rumah Sakit Umum Sengkang di Singapura, mengatakan para ahli tidak sepenuhnya yakin mengapa beberapa orang sehat mengalami kram otot dan yang lainnya tidak.

Sifat kram kaki yang spontan membuat pengamatan dan penelitian mengenai masalah ini susah dilakukan. Namun menurut Poon, ada dua hipotesis utama mengenai penyebab kram otot kaki, yakni kelelahan otot dan ketidakseimbangan elektrolit. Dia juga menjelaskan mekanisme di balik kram pada malam hari berbeda dengan kram yang terjadi siang hari, seperti kelelahan otot dan ketidakseimbangan elektrolit akibat aktivitas.

"Hipotesis utama untuk kram otot di malam hari adalah transisi dari tidur gerakan mata cepat (REM) ke tidur non-REM. Selama tidur REM, hipotesisnya kita memiliki tonus otot yang rendah (ketegangan pada otot saat istirahat) dan selama fase transisi ke tidur non-REM. Peningkatan tonus otot secara tiba-tiba dapat mengakibatkan kram otot," papar Poon.

Ia menjelaskan usia juga berpengaruh karena orang yang lebih tua cenderung memiliki gangguan yang berkaitan dengan sistem saraf dan metabolisme dan lebih mungkin mengonsumsi banyak obat, yang semuanya dapat meningkatkan kemungkinan munculnya kram otot. Sementara itu, menurut pengamatan Ang, seiring bertambahnya usia, massa otot sering kali menurun dan kemampuan otot untuk merespons sinyal saraf juga menurun.

"Selain itu, lansia sering memiliki sirkulasi yang lebih buruk dan mungkin mengalami penurunan fleksibilitas dan tingkat hidrasi, yang semuanya berkontribusi terhadap kram yang lebih sering terjadi," jelasnya.

Tak ada perawatan khusus
Goh mengatakan menurut hasil penelitian, tidak ada perawatan khusus yang direkomendasikan untuk mengatasi kram otot. "Namun kami biasanya memaksakan peregangan berkelanjutan pada otot yang terkena untuk menghentikan kontraksi yang tidak disengaja. Biasanya, jika kram disebabkan kelelahan, Anda harus menghentikan aktivitas dan beristirahat sejenak," ujarnya.

Poon menyarankan peregangan otot yang kram ke arah yang berlawanan. Misalnya, jika betis yang kram memaksa kaki ke posisi jinjit, maka tarik kaki kembali ke posisi jari kaki. Selain itu, Ang mengatakan menggunakan panas dapat membantu mengendurkan otot dan kemudian mengompresnya dengan es secara berkala dapat mengurangi rasa sakit.

Goh mengatakan mengisi kembali elektrolit tubuh dengan makan pisang untuk memenuhi asupan kalium atau minum minuman isotonik juga dapat membantu. Meskipun terasa nyeri dan tidak nyaman, Poon mengatakan kram otot tidak menyebabkan kerusakan pada otot yang terkena dan struktur di sekitarnya.

"Sensasi kaku, nyeri, terbakar, atau bahkan kesemutan setelah kram mereda merupakan akibat kurangnya aliran darah ke area tersebut, yang menyebabkan titik pemicu atau simpul pada otot," papar Goh.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus