Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Pasar Kangen Yogya kembali dihelat berpusat di Taman Budaya Yogyakarta 27 Juli hingga 5 Agustus 2023. Bertajuk Gandeng – Gendong, Pasar Kangen bisa menjadi obat kangen wisatawan yang merindukan jajanan dan kerajinan khas, unik, dan juga langka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua panitia Pasar Kangen, Ong Hari Wahyu, mengatakan tahun ini peserta pendaftar berjumlah 1.800 stand.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Namun yang masuk dalam kurasi atau peserta Pasar Kangen tahun ini hanya berjumlah 170 peserta," kata Ong, Rabu, 26 Juli 2023.
Dari jumlah stand itu, 85 peserta di antaranya penjaja kuliner, 85 peserta penjual barang-barang lawasan, kerajinan dan komunitas seni yang akan menampilkan aktivitas workshop keseniannya.
Ong mengatakan peserta telah dipilih melalui kurasi yang berdasarkan atas kriteria Pasar Kangen, yakni kuliner berbasis lokal, dan kreativitas pengolahan pangan berbasis bahan lokal.
"Meski jajanan itu jadul, higienisitas makanan tetap harus dijaga," kata dia.
Ong melanjutkan, ada ketetapan dalam Pasar Kangen yang mengharuskan kemasan-kemasan makanan wajib menggunakan bahan yang tidak membahayakan kesehatan. Misalnya, peserta tidak diperkenankan menggunakan kemasan styrofoam, dan memaksimalkan penggunaan bahan yang bisa didaur ulang seperti daun pisang.
Ong mengatakan jumlah tenant kuliner tahun ini memang lebih sedikit dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena berkurangnya area (tempat) berjualan.
Namun pengunjung jangan khawatir karena di sekitar area Pasar Kangen juga terdapat tenant-tenant kuliner yang lain mulai dari selasar hingga Taman Pintar Yogyakarta.
Untuk mengantisipasi lonjakan dan penumpukan pengunjung di satu titik, pintu akses Pasar Kangen pun ditambah mulai pintu utara hingga pintu keluar di Taman Pintar.
Kepala Seksi Penyajian dan Pengembangan Seni Budaya Padmono Anggoro Prasetyo mengatakan, Pasar Kangen hadir di tengah isu sampah yang merebak di Yogya.
Hal ini menjadi perhatian utama penyelenggara dengan bekerja sama dengan tenant untuk mengurangi sampah dengan berbagai cara.
"Salah satunya, pihak tenant diwajibkan menggunakan papan nama dengan bahan ramah lingkungan, dan itu pun ditulis tangan seperti tampah, bambu, dan lainnya," kata dian
Peserta juga dilarang menggunakan bahan digital printing.
"Kami juga bekerjasama dengan warga sekitar untuk menangani persoalan sampah tersebut," katanya.
Selain wisata kuliner, selama 10 hari perhelatan, pengunjung juga bisa menyaksikan berbagai pertunjukan tradisional dari berbagai daerah di Yogyakarta serta performance art dari seniman-seniman di Yogyakarta.
Peserta tidak dipungut biaya sewa stand dan pengunjung gratis masuk area ini mulai pukul 14.00 hingga 22.00 WIB.
PRIBADI WICAKSONO