Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Pentingnya Peran Keluarga Mendukung Pemulihan Korban Kekerasan Seksual

KemenPPPA mengatakan keluarga korban dan sekolah harus mendukung upaya pemulihan korban kekerasan seksual dan tidak memberikan stigma kepada korban.

7 Agustus 2023 | 21.13 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi kekerasan seksual. Freepik.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus kekerasan seksual dilakukan oknum guru bimbingan konseling AG, 45 tahun, kepada dua muridnya di Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Kekerasan seksual diduga berulang kali dilakukan pelaku terhadap dua siswi tersebut di ruang bimbingan konseling. Korban pertama (19 tahun) adalah anak angkat pelaku yang telah lulus SMA sementara korban kedua (17) adalah murid pelaku.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AG telah ditangkap polisi dan ditetapkan sebagai tersangka kasus perkosaan terhadap anak dan orang dewasa. Atas perbuatannya AG dijerat Undang-undang Perlindungan Anak dan Undang-undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Nahar, mengatakan keluarga korban dan sekolah harus mendukung upaya pemulihan korban kekerasan seksual dan tidak memberikan stigma kepada korban.

"Keluarga korban serta lingkungan sekolah agar tidak memberikan stigma atau label negatif pada korban agar korban dapat berfungsi kembali di lingkungan sosialnya secara optimal," kata Nahar menanggapi kasus tersebut.

Dampak jangka pendak dan panjang
Untuk itu, diperlukan psikoedukasi pada keluarga korban kekerasan seksual serta guru, siswa, dan perangkat sekolah lain agar memiliki perspektif yang berpihak pada korban. Nahar mengatakan kasus perkosaan yang menimpa korban dapat memberikan dampak psikologis jangka pendek atau panjang.

"Dampak jangka pendek yang biasanya muncul ialah perasaan cemas, takut, merasa bersalah, rendah diri, serta tidak jarang menyalahkan dirinya sendiri," jelas Nahar.

Jika dampak jangka pendek ini tidak tertangani kemungkinan akan berkembang menjadi gangguan psikologis lanjutan seperti depresi hingga kecenderungan untuk bunuh diri.

"Peristiwa yang terjadi di lingkungan sekolah pun dapat memberikan efek psikologis tambahan seperti kemungkinan adanya stigma dari lingkungan sekolah," ujarnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus