Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pernah merasa ngantuk berat atau lemas setelah makan besar? Fenomena ini dikenal sebagai food coma atau secara medis disebut postprandial somnolence. Dilansir dari Healthline, kondisi food coma sering terjadi setelah makan dalam jumlah besar, terutama saat menikmati hidangan kaya lemak, protein, atau karbohidrat, seperti pada perayaan hari besar. Meski umum dialami, food coma tetap menarik untuk dipahami lebih dalam. Apa penyebabnya, apakah berbahaya, dan bagaimana cara mengatasinya?
Apa Itu Food Coma?
Food coma adalah kondisi rasa kantuk atau kelelahan yang muncul setelah makan. Selain rasa kantuk, gejalanya meliputi lemas atau kelelahan fisik, penurunan konsentrasi, hingga tak punya energi. Meskipun disebut "coma," kondisi ini sama sekali tidak menyebabkan hilangnya kesadaran atau serius secara medis. Fenomena ini sering kali dialami di siang hari setelah makan siang, sehingga juga disebut sebagai post-lunch dip.
Meski sering dialami banyak orang, penyebab pasti food coma masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Namun, beberapa teori dapat menjelaskan mengapa rasa kantuk ini muncul:
1. Porsi Makan yang Terlalu Besar
Konsumsi makanan dalam jumlah besar, terutama yang tinggi kalori, sering dikaitkan dengan food coma. Sebuah penelitian menemukan bahwa orang yang makan hingga kenyang berlebihan cenderung mengalami rasa kantuk, kelelahan, dan kurang energi hingga empat jam setelah makan. Sebaliknya, mereka yang makan secukupnya tidak merasakan efek ini.
2. Komposisi Makanan
Makanan yang kaya protein, lemak, atau karbohidrat dapat memicu rasa kantuk. Hal ini terjadi karena:
- Karbohidrat: Meningkatkan kadar tryptophan, asam amino yang membantu produksi serotonin, hormon yang memengaruhi rasa kantuk.
- Protein tinggi tryptophan: Makanan seperti ayam, telur, keju, dan ikan dapat meningkatkan produksi serotonin.
- Lemak: Makanan tinggi lemak memicu pelepasan hormon seperti cholecystokinin, yang berkaitan dengan rasa kenyang dan kantuk.
3. Aktivitas Otak dan Hormon
Proses pencernaan melibatkan hormon dan neurotransmitter yang memengaruhi sistem saraf. Beberapa di antaranya mengaktifkan jalur saraf yang juga terlibat dalam rasa kantuk. Selain itu, hormon seperti melatonin (yang membantu tidur) diproduksi lebih banyak setelah makan, sementara oreksin (hormon kewaspadaan) ditekan, yang membuat tubuh lebih siap untuk beristirahat.
4. Ritme Sirkadian Tubuh
Tubuh manusia memiliki ritme alami yang disebut circadian rhythm. Ritme ini mencakup fase kantuk ringan yang terjadi di siang hari, biasanya antara pukul 2 hingga 4 sore. Jika makan siang dilakukan pada waktu ini, rasa kantuk alami dapat bertambah parah.
5. Faktor Evolusi
Rasa kantuk setelah makan juga ditemukan pada banyak spesies hewan, yang menunjukkan adanya adaptasi evolusi. Tidur setelah makan memungkinkan tubuh menyimpan energi untuk aktivitas di kemudian hari atau mencerna makanan dengan lebih optimal.
Dalam kebanyakan kasus, food coma adalah respons normal tubuh dan tidak berbahaya. Namun, ada situasi di mana rasa kantuk ini dapat menimbulkan risiko, misalnya saat mengemudi atau melakukan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi tinggi.
Bagi sebagian orang, rasa kantuk setelah makan dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan, seperti:
- Diabetes: Orang dengan diabetes atau resistensi insulin mungkin mengalami rasa kantuk setelah makan karena tubuh tidak mampu menggunakan gula darah secara efisien.
- Hipoglikemia: Pada penderita diabetes yang menggunakan insulin, kadar gula darah yang terlalu rendah dapat menyebabkan kantuk, pusing, dan kebingungan.
Jika rasa kantuk setelah makan sering terjadi dan disertai gejala lain seperti sering haus, buang air kecil, atau kelelahan kronis, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Dilansir dari Medical News Today, adapun beberapa langkah berikut dapat membantu mengurangi atau mencegah food coma:
- Batasi porsi makan: Hindari makan berlebihan, terutama pada waktu yang mendekati jam tidur.
- Pilih makanan seimbang: Konsumsi makanan yang kaya serat, protein, dan lemak sehat, serta kurangi karbohidrat sederhana.
- Jangan melewatkan sarapan: Melewatkan sarapan dapat membuat tubuh lebih lelah setelah makan siang.
- Hindari makanan tinggi lemak: Makanan berlemak tinggi membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna, sehingga meningkatkan risiko food coma.
- Bergerak setelah makan: Berjalan ringan setelah makan dapat membantu tubuh mencerna makanan lebih efisien.
HEALTHLINE | MEDICALNEWSTODAY
Pilihan Editor: Benarkah Makan Nasi Goreng Bisa Bikin Mengantuk?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini