Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie (SSMA) Kota Pontianak, dr. Eva Nurfarihah, menjelaskan penanganan gangguan pendengaran saat ini belum menjadi prioritas utama seperti penanganan kanker, penyakit jantung, stroke, dan uronefrologi yang menyebabkan kematian. Ia turut memberikan edukasi kepada masyarakat pentingnya mencegah gangguan pendengaran agar semua panca indera tetap sehat sehingga produktif dalam banyak hal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Namun pasien dengan gangguan pendengaran cukup banyak terjadi di masyarakat, yang bisa menimpa siapa saja di segala usia sehingga perlu perhatian semua pihak. Wajar saja Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan peringatan Hari Pendengaran Sedunia," katanya, Jumat, 15 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menjelaskan gangguan pendengaran sangat mengganggu bila mempengaruhi kemampuan untuk mendengar dengan jelas atau bahkan tidak mendengar sama sekali. "Penyebabnya banyak hal, mulai dari kebiasaan mengorek telinga sehingga menyebabkan infeksi, paparan suara yang bising dalam jangka panjang, mendengarkan lagu dengan headset lebih dari 60 menit dan volume di atas 60 persen, hingga gangguan pada sistem saraf pendengaran," jelasnya.
Hilangkan kebiasaan buruk
Eva menambahkan masalah itu sebetulnya ada yang bisa dicegah dengan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang menyebabkan gangguan pendengaran, seperti kebiasaan memasukkan alat untuk membersihkan telinga.
"Kotoran telinga sebetulnya tidak perlu dibersihkan kecuali pada orang-orang yang produksi kotorannya banyak sehingga kebiasaan mengorek telinga adalah mitos, apalagi membersihkan dengan menggunakan sesuatu yang bisa menyebabkan infeksi pada telinga," jelasnya.
Ia juga mengimbau tidak menggunakan earphone yang berlebihan tetapi cukup dengan 60 banding 60, yaitu waktunya maksimal 60 menit dan volume 60 persen dari maksimal volume yang ada. "Salah satu gangguan pendengaran juga bisa karena terpapar suara yang keras secara terus menerus seperti bunyi mesin di pabrik," imbuhnya.
Ia berharap melalui peringatan Hari Pendengaran Sedunia setiap 3 Maret semakin banyak masyarakat yang memahami dan tidak menganggap sepele kebiasaan yang menyebabkan gangguan pendengaran. "Segera berkonsultasi ke dokter spesialis THT apabila mengalami gangguan pendengaran agar segera dapat diatasi dan mendapatkan solusi," tegasnya.