Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Perbedaan Beras Porang dan Shirataki Rice

Beras Porang dan Shirataki Rice kerap kali dianggap sama meski sejatinya berbeda. Perbedaan kedua olahan porang ini pun sangat mendasar.

6 Agustus 2022 | 22.22 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Porang (Amorphophallus Muelleri) merupakan tumbuhan umbi-umbian yang mudah dijumpai di Indonesia. Tanaman dalam keluarga Aracae ini merupakan bahan dasar makanan yang punya banyak manfaat dan nutrisi.

Dua olahan terpopulernya adalah beras porang dan shirataki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ya, keduanya berbeda meski banyak yang menganggapnya sama. Beras porang atau lebih tenar dengan nama konjac rice merupakan beras artifisial sementara itu shiratake rice sebenarnya merupakan mie, bukan beras. Bentuk olahan yang berbeda ini tentu mempengaruhi cara masak serta cara menikmatinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Makanan yang disebut pertama baru populer dan sedang dikembangkan pula pengolahannya di Indonesia. Dr. Ir. Yusman Taufik, M. P., Dekan Fakultas Teknik Universitas Pasundan (UNPAS), mengatakan bahwa departemen teknologi pangan kampusnya sedang berusaha menciptakan beras analog porang dengan mengurangi kandungan sianida di dalamnya. Kandungan ini akan menyebabkan nyeri di lambung saat memakannya dan karena itu perlu diolah dengan kupas iris secara simultan (KISS). "Beras ini nantinya bisa menggantikan konsumsi nasi," tuturnya.

Semenatara itu, mie shirataki yang berarti "air terjun bening" adalah makanan khas Jepang yang berbentuk pipih tipis dari olahan tepung konjac. Hui Yui, penulis Handbook of food science and technology, menyatakan bahwa mie yang juga dikenal dengan nama ito konnyaku dan mie lidah iblis di daerah Kansai ini pada umumnya disajikan saat panas dalam semangkuk donabe.

Meskipun demikian, keduanya punya manfaat yang sama baiknya untuk menggantikan nasi. Dengan kadar serat glukomannan yang sanggup menyerap air lebih baik, olahan porang mampu memenuhi kebutuhan energi tubuh dalam jangka waktu yang lebih lama. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa glukomannan mampu mengurangi kadar kolesterol di badan.

Grethe Støa Birketvedt, dkk, kelompok peneliti dari Universitas Tronsø, Norwegia, menunjukkan bahwa glukomannan juga mampu menjadi suplemen diet. Dalam penelitian mereka, seseorang yang sehat dan berlebihan badan mampu menurunkan beratnya dalam waktu lima pekan.

Brandon Yew, praktisi Pengobatan Tradisional Cina dari Real Health Medical Clinic Singapura, menyatakan bahwa konsumsi konjac lebih baik dalam bentuk olahannya seperti mie shirataki ataupun beras porang. Ia pun mengingatkan bahwa setiap obat memiliki kadar bahaya.

PRAMODANA
Baca juga : BRIN Teliti Kemungkinan Umbi Porang Jadi Minuman Kesehatan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus