Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pesan Di Monas

Olah raga kesegaran jasmani di lapangan monas semakin ramai. Setiap pagi ribuan orang melakukan senam, jalan atau lari-lari. kini, yayasan jantung dewi sartika telah memasang rambu aerobik untuk mereka.(ksh)

25 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN keringat mengucur dan jantung masih berpacu kencang, Sjamsoe Soegito, pejabat tinggi Departemen Penerangan, menoleh jam tangannya. Ia baru saja berlari di lintasan bagian dalam Stadion Utama, Senayan. Suatu tingkat nilai aerobik ia capai pagi itu, satu kegemaran yang sudah sejak lama ia tekuni. Sementara itu di lapangan Monumen Nasional, Jakarta Pusat, sekitar 1000 orang saban pagi berolahraga, seperti bersenam, jalan atau lari-lari untuk mencapai kesegaran jasmani. Di sini, sejak minggu lalu para penggemar olahraga pagi sedikit banyak sudah terbantu dengan terpasangnya rambu aerobik, yang dipancangkan Yayasan Jantung Dewi Sartika dalam rangka peringatan hari ulang tahunnya yang ke 4. Tampak empat papan nilai aerobik yang didirikan pada tiang berukir di pinggir jalan. "Nilai aerobiknya memang untuk tingkat pemula, untuk menghindari risiko," ulas dr Dede Kusmana, ahli jantung dari YJDS. Aerobik sudah agak lama dikenal di sini. Sekalipun kurang begitu pasti sejak kapan program latihan kesegaran jasmani yang dipelopori Kenneth H. Cooper itu mulai dipraktekkan orang. Mungkin sejak tahun 1972, ketika Monas merapikan tamannya dan gelandangan yang bersarang di sana berhasil dienyahkan. Hingga orang bisa berolahraga dengan sip di situ. Cooper sendiri, dokter Angkatan Udara AS, tahun 1973 pernah berkunjung ke Jakarta dan memberikan serangkaian ceramah. Di beberapa kota besar lain kegemaran ini juga tumbuh dengan pengikut yang cukup besar. Sistim Cooper ini pada dasarnya adalah latihan untuk mencapai nilai 30 tiap minggu. Ia bisa dicapai melalui lari, berenang, jalan, bersepeda, tennis dan berbagai cabang olahraga yang membutuhkan gerakan. Untuk mencapai nilai 30 dalam tiap minggu itu misalnya seseorang bisa mengambil latihan lari 1 mil (1609 meter) tiap hari. Jika seseorang bisa menempuh jarak 1 mil dalam 6 setengah menit sampai 7 menit 59 detik ia telah mengumpulkan nilai 5. Tapi untuk turut dalam program tersebut orang harus memeriksakan kesehatannya dulu dan harus berangsur meningkatkan latihannya selama 3 bulan. Nilai 30 tiap minggu itu, suatu tingkat yang harus dipertahankan demi kesegaran Jasmani. Banyak orang menampik untuk secara tekun mencapai nilai 30 itu, dengan alasan bahwa kondisi tubuh orang Barat berbeda dengan orang Indonesia. Sebuah tulisan koran minggu malah menawar 5 sampai 10% dari program Cooper sudah cukup untuk orang di sini. Tapi dalam The Aerobics Way -- bukunya yang ke empat mengenai aerobik Cooper sama sekali tidak memberikan kesempatan penawaran untuk nilai 30 tadi. Agaknya satu-satunya yang bisa ditawar adalah soal cuaca yang memang panas di sini. Cooper sendiri tidak menganjurkan latihan di bawah terik matahari 39ø C. Tapi siapa pula yang mau lari-lari, bersepeda atau jalan kaki di bawah panas matahari seperti itu? Selain menggunakan sistim Cooper melalui buku aerobik (sebuah di antaranya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia), banyak orang melaksanakan gerak badan di luar sistim tersebut. "Saya latihan senam untuk kesegaran jasmani dan melatih disiplin," kata Zainal Ilyas, 29 tahun, sambil mengusap peluh yang membasuh tubuhnya di kaki Monas. Ketika ditanya sistim kesegaran jasmani jurus mana yang dia ikuti, pemuda ini menjawab "Nggak tahu, ada yang bilang campuran Kung Fu. Pokoknya saya ikuti saja aba-aba dari pluit yang ditiup di depan," Zainal menyambung. Agak jauh di depannya berdiri dengan tegap Le Seng Tjong, 50 tahun, yang sudah 6 tahun jadi pemimpin sukarela para peserta yang tak pernah tercatat. Pokoknya siapa yang mau ikut gerakannya yang diselang-seling dengan sempritan menjepit di mulutnya, boleh ikut tanpa syarat. Setelah bertahun-tahun orang berolahraga bebas tanpa pengarahan, maka Yayasan Jantung Dewi Sartika nampaknya mulai turun tangan dengan pemasangan rambu aerobik di lapangan Monas. "Supaya kesegaran jasmani orang yang berolahraga benar-benar cukup sesuai dengan sistim Cooper. Untuk rehabilitasi bekas penderita serangan jantung, aerobik juga dipakai," kata dr Dede Kusmana yang sehari-harinya dinas di Bagian Kardiologi, RSCM, Jakarta. Jantung Sehat Menurut dokter ini, bekas penderita serangan jantung, kalau tidak ada komplikasi, 3 minggu setelah meninggalkan rumah sakit, sudah boleh latihan jalan kaki. Pada minggu ke 6 misalnya mereka sudah boleh menempuh jarak 500 meter. "Sudah tentu aktivitas ini harus dibawah pengawasan dokter." Terbukti ada seorang yang terserang penyakit jantung tahun 1975, seorang pejabat tinggi DKI, sekarang ini sudah bisa berlatih sejauh 5 kilometer yang ditempuhnya dalam 40 menit," katanya. Dengan perhatian yang cukup besar dari ahli-ahli jantung yang berhimpun dalam YJDS, kegemaran olahraga pagi-pagi nampaknya akan terorganisir lebih baik. Tangal 19 Nopember, misalnya, yayasan tersebut menyelenggarakan lomba lari untuk bekas penderita jantung, satu kegiatan yang sudah ia mulai sejak tahun lalu. Atas inisiatif yayasan ini juga, di mana Ny Yoga Sugama dan Ny. Bustanil Arifin ikut memimpin, sudah terbentuk pula Club Jantung Sehat yang kegiatannya berpusat di gelanggang olahraga Kuningan. Siapa saja boleh masuk dalam organisasi ini, tanpa pungutan, kecuali modal ketekunan untuk berlatih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus