DERETAN risiko penyebab penyakit jantung bertambah satu lagi. Berdasarkan penelitian mutakhir, ditemukan bahwa kelebihan zat besi bisa meningkatkan risiko penyakit jantung. Zat ini dapat mendorong pembentukan plaque (semacam kerak) di dinding pembuluh arteri, hingga terjadi aterosklerosis, yaitu dinding pembuluh darah arteri menjadi tebal dan mengeras. Dokter Jukka T. Salonen dan koleganya dari Universitas Kuopio, yang melakukan penelitian ini di Finlandia Timur, melibatkan sekitar 1.900 lelaki berusia 42-60 tahun. Mereka tak mempunyai fakta berpenyakit jantung ketika penelitian ini dimulai tahun 1984. Lima tahun Salonen meneliti hubungan langsung antara penyakit jantung dan tingginya kandungan zat besi yang mereka konsumsi. Dan belum lama ini hasil penelitian itu dilaporkan dalam jurnal American Heart Association. Dalam studi itu ditemukan bahwa 1% pertambahan kandungan zat besi dalam darah akan meningkatkan risiko serangan jantung 4%. "Hasil penelitian ini sangat penting," kata Dokter Claude J. Lenfant, Kepala Institut Jantung, Paru-Paru, dan Darah. Tapi ahli lain menyebutkan, penelitian ini masih dini untuk mengubah cara praktek medis. Pada penelitian ini dijumpai pria yang berpenyakit jantung mempunyai kandungan zat besi di atas 200 mikrogram per liter darah. Padahal, kandungan zat besi sebesar itu, atau lebih, cenderung mengatrol serangan penyakit jantung. Tampaknya hasil penelitian ini mampu menjawab hipotesa, kenapa wanita sebelum menopause lebih kecil terserang penyakit jantung dibanding pria dewasa. Di Finlandia Timur, misalnya, penderita penyakit jantung antara pria dan wanita itu enam banding satu. Ternyata hormon estrogen yang dimiliki wanita diduga mampu melindungi serangan jantung. Hormon itulah, antara lain, yang membuat wanita mengalami menstruasi. Proses menstruasi secara alamiah akan menguras kandungan zat besi dalam darah. Kandungan zat besi dalam tiap liter darah pada wanita yang menstruasi sekitar 25 sampai 50 mikrogram, dan pada pria dewasa 100-150 mikrogram. Proses alamiah ini agaknya salah satu yang membuat wanita hidup lebih panjang dibandingkan dengan pria. Penelitian tadi menyimpulkan, hormon estrogen yang datang pada saat wanita menstruasi menolong melindungi mereka dari penyakit jantung. Baru setelah tiba saat menopause, tingkat estrogen itu berkurang, sehingga penyakit jantung mulai menerjang dirinya. Dalam darah, zat besi melakukan interaksi dengan oksigen atau melakukan oksidasi. Ketika diteliti, ditemukan bahwa zat besi ternyata ikut berperan mempercepat proses oksidasi kolesterol jahat atau low density lipoprotein (LDL). Proses ini mempermudah terjadinya aterosklerosis. Namun, pasti tidaknya hubungan ini, menurut Dokter Neal Stone dari Universitas Northwestern yang juga ketua komite Asosiasi Nutrisi Nasional, baru dapat diketahui setelah adanya perawatan intensif dari beberapa penderita penyakit jantung maupun yang bukan penderita. Bila zat besi berbahaya, langkah untuk mengerem kebutuhannya tak boleh gegabah. Dalam sel darah merah, unsur besi terikat pada molekul hemoglobin yang bertugas membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Sebab, kekurangan zat ini juga berakibat fatal, yakni muncul anemia: berkurangnya kadar hemoglobin dalam darah -- menurut orang awam disebut "kurang darah". Untuk mengatasinya, penderita biasanya diminta mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi, seperti daging, hati, kuning telur, ikan, beberapa jenis kacangkacangan, dan sayuran hijau. Gatot Triyanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini