Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Industri mode mulai bergerak ke bahan yang ramah lingkungan. Sebab, industri ini menduduki peringkat kedua yang berkontribusi pada pencemaran, setelah minyak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu bahan ramah lingkungan yang dikenalkan pada acara Jakarta Fashion Week adalah bio-plastik buatan organisasi lingkungan Avani. Pendiri Avani, Kevin Kumala mengatakan bahan bioplastik dari pati tumbuhan sudah digunakan di sejumlah negara di Eropa sejak 1990. Di sana, industri mode membuat bahan bioplastik dari jagung dan serat bunga matahari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fashion show Glitz n Glam Divas in Music dari PURANA di Jakarta Fashion Week yang menghadirkan busana dari bahan bio-plastik, Minggu, 22 Oktober 2017. TEMPO | Astari P Sarosa)
"Tapi bahan dari pati jagung dan bunga matahari ini mahal," kata Kevin Kumala di acara Glitz n Glam, Jakarta Fashion Week, Minggu, 22 Oktober 2017. Avani, dia melanjutkan, membuat bahan bio-plastik dari pati tanaman yang mudah ditemukan di sekitar kita, yakni singkong.
KLE menunjukkan busana dari bahan bio-plastik di fashion show Glitz n Glam Divas in Music dalam acara Jakarta Fashion Week, Senayan City, Minggu, 22 Oktober 2017. TEMPO | Astari P Sarosa
Setelah bahan bio-plastik dari singkong ini selesai dibuat, tiga desainer dari tiga label berbeda mengolahnya menjadi busana siap pakai. Tiga desainer itu adalah Nonita Respati dari PURANA; Kleting dari KLE; dan Carline Darjanto dari Cotton Ink.
Para desainer ini menyulap bahan bioplastik menjadi jaket, celana, dan rok. Ada pula bio-box yang terbuat dari ampas tebu dan dijadikan tas oleh Cotton Ink. Proses pengolahan bahan bio-plastik menjadi produk fashion dimulai dari Juli 2017. Para desainer harus mencoba berkali-kali untuk membuat pakaian yang kokoh, karena bahan bioplastik mudah larut di air.
KLE menunjukkan busana dari bahan bio-plastik di fashion show Glitz n Glam Divas in Music dalam acara Jakarta Fashion Week, Senayan City, Minggu, 22 Oktober 2017. TEMPO | Astari P Sarosa
Desainer Carline dari Cotton Ink mengatakan beberapa tantangan saat mengolah bahan bioplastik dan perawatannya yang berbeda dari bahan pada umumnya. Menurut dia, tantangan dalam merancang busana dari bahan bioplastik adalah sangat lembut, sulit dijahit, dan tangan tak boleh berkeringat ketika mengolah.
Untuk perawatan, Carline menjelaskan, bahan bio-plastik ini tidak bisa disetrika dan di-steam. "Busana juga harus digantung dan tak boleh dilipat," katanya.