PUASA di bulan Ramadan, menurut berbagai riset, berguna bagi kesehatan. Bahkan, menurut Lukman Husin, ahli penyakit dalam dari Rumah Sakit Islam Jakarta, puasa justru disarankan untuk memperbaiki kondisi pasien penyakit yang sudah menahun. Hanya, "Saran ini tak berlaku untuk semua jenis pasien," kata Lukman di tengah seminar bertema puasa, dua pekan lalu, di Jakarta.
Pasien gangguan saluran pencernaan, misalnya, termasuk yang disarankan berpuasa. Alasannya, puasa membuat lambung yang sedang meradang punya waktu untuk beristirahat sekaligus memperbaiki diri. Namun, Lukman tidak menganjurkan puasa bagi pasien tukak lambung yang sudah parah. Sebab, cairan asam lambung sudah melukai dinding lambung sehingga puasa berisiko memperparah luka.
Lukman menambahkan, pasien penyakit jantung ringan pun perlu puasa. Melalui puasa, kerja jantung jadi ringan karena tak harus memompa darah ke wilayah saluran pencernaan. Namun, bila ada keluhan ringan seperti sesak napas, berdebar-debar, dan cepat lelah, pasien perlu membuat batasan tertentu. Misalnya, jangan mengagetkan irama tubuh dengan makan dan minum terlalu banyak saat berbuka. Makanan terlalu berlemak juga sebaiknya dihindari karena lemak adalah zat yang paling sulit dicerna sehingga memperberat kerja jantung.
Sementara itu, puasa tak dianjurkan bagi pasien penyakit kronis yang organnya—hati, ginjal, atau jantung—sudah mencapai tahap gagal berfungsi. Istilah gagal menunjukkan organ sudah berada di batas maksimal. "Sedikit saja perubahan akan sangat berbahaya bagi penderita," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini