Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Ramuan Musik Para Disjoki Perempuan

Disjoki perempuan ikut menggairahkan lantai-lantai dansa di pesta rumahan, diskotik, dan klub malam di Tanah Air. 

4 Februari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAMBIL mengarahkan headphone ke telinganya, DJ Pixiee terlihat asyik memainkan peralatan disjoki yang ditata di atas sebuah meja di Naaga Bar, 12 Januari 2024. Malam itu, suasana bar yang berlokasi di Menteng, Jakarta Pusat, itu ramai dipadati pengunjung. Meja-meja terisi penuh. Ada tiga-empat orang di setiap meja. Sesekali mereka menoleh ke arah disjoki yang punya nama asli Rhenna Gautama itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di balik kepulan asap rokok, muda-mudi di bar tersebut mengangguk-anggukan kepala mengikuti irama musik yang dimainkan DJ Pixiee. Pelan-pelan irama musik merambat. Lagu “(It Goes Like) Nanana” milik disjoki asal Korea Selatan, Peggy Gou, yang berirama rancak mulai terdengar mengentak, mengiringi para pengunjung yang menikmati malam di bar tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rhenna Gautama alias DJ Pixiee adalah salah satu disjoki perempuan Indonesia yang sudah lama malang melintang menggairahkan lantai dansa klub-klub malam di Tanah Air. Sejak 2015, disjoki 30 tahun itu memainkan electronic dance music di berbagai tempat di Indonesia. Tidak sampai satu tahun berkiprah, Rhenna menyabet penghargaan bergengsi dari Paranoia Hard Rock FM sebagai Uprising DJ of the Year 2015. 

“Ketika mendengar kabar itu, aku sedang perform di Padang, Sumatera Barat. Tidak menyangka, baru mulai pada 2015 dan di tahun yang sama langsung mendapat penghargaan itu,” kata DJ Pixiee ketika berbincang dengan Tempo sebelum beraksi di Naaga Bar.

Sejak itu, perempuan yang lahir di Cirebon, Jawa Barat, 22 Mei 1993, ini makin intens memainkan ramuan musik dari meja disjoki. Di lantai dansa klub malam dari satu kota ke kota lain, Rhenna turut menggairahkan dunia gemerlap malam.

Sebelum menjadi disjoki, Rhenna banyak menikmati sajian permainan musik di klub malam. Dari situlah ketertarikan Rhenna menjalani pekerjaan sebagai disjoki mulai tumbuh. Dengan memanfaatkan jejaringnya, ia mulai belajar meramu musik. “Karena sering main ke klub-klub, sudah banyak relasi. Jadi dari situ mulai belajar,” tuturnya.

Rhenna tidak langsung jatuh hati pada electronic dance music. Mula-mula ia lebih banyak mendengarkan musik R&B dan hiphop. Di awal perjalanan kariernya, Rhenna kerap membuat musik yang diramu dari sampling cakram padat. Menurut dia, jika langsung mempelajari electronic dance music, prosesnya lebih rumit lantaran ketukannya lebih cepat. “Baru setelah itu aku mulai masuk ke musik yang ketukannya lebih cepat,” katanya.

Memasuki 2016, Rhenna merilis single perdananya berjudul “Bang!” bersama DJ Adhie Flow. Dari situ, perjalanan Rhenna sebagai disjoki terus berlanjut. Panggung demi panggung ia jajaki. Lantai dansa di berbagai klub menjadi gelanggang Rhenna. 

Rhenna mengungkapkan, hal yang sulit ia lakukan sebagai disjoki adalah menguasai kerumunan di lantai dansa, kapan harus menyuguhkan daftar lagu dari momen ke momen. Karena itu, ia selalu memposisikan diri sebagai penikmat musik setiap kali tampil. “Membaca kerumunan sebagai seorang penikmat musik itu lebih menarik. Dalam arti kita memposisikan diri sebagai kerumunan,” ujarnya.

Sepanjang menjadi disjoki, ada satu pengalaman paling berkesan yang selalu diingat oleh Rhena. Suatu ketika, pada 2017, saat sedang berpentas di sebuah klub malam di Jakarta, ia mendapat kejutan. Ada seorang pengunjung yang tiba-tiba menghampirinya ke atas panggung. Tanpa basa-basi, pengunjung itu langsung memeluknya. 

“Pada momen itu aku benar-benar kaget. Itu momen paling gokil, sih, jadi salah satu cerita yang tak terlupakan,” tutur Rhenna, kemudian tertawa mengingat lagi peristiwa tersebut.

Momen yang juga selalu Rhenna ingat adalah, setiap kali memasuki pengujung tahun, jadwal tampilnya biasanya sangat padat. Banyak klub malam yang rutin menggelar pertunjukan disjoki. Selama Desember 2023, misalnya, Rhenna banyak mengisi panggung di klub malam di Jakarta dan beberapa kota lain di Tanah Air.

DJ Katty Buterfly saat pentas di W Super Club MAG Kelapa Gading, 19 Januari 2024/Dok Pribadi

Jadwal yang begitu padat membuat Rhenna pun hanya punya waktu libur sedikit. “Disjoki itu malah sibuk saat pergantian tahun, sibuk pentas memainkan musik buat orang-orang,” ucapnya.

Sebagai disjoki yang sudah delapan tahun berkiprah, Rhenna mengakui citra disjoki perempuan di Indonesia masih lekat dengan sesuatu yang seksi. Menurut dia, permainan seorang disjoki, khususnya perempuan, tidak harus dilihat dari penampilannya saja. Ada hal-hal lain yang bisa dilihat, seperti kemampuan menyuguhkan lagu dan menghibur kerumunan di lantai dansa.

Sepanjang pengalaman Rhenna, kultur klub-klub malam di Jakarta boleh dibilang berbeda. Orang-orang yang datang ke klub dan turun ke lantai dansa umumnya memang murni bertujuan menikmati pertunjukan disjoki.

“Pada akhirnya semua itu kembali ke kita sendiri, bagaimana mem-branding diri sebagai seorang disjoki," tutur Rhenna. “Justru seorang disjoki, baik perempuan maupun laki-laki, harus menunjukkan skill-nya.”


•••

DISJOKI—disc jockey dalam bahasa Inggris, biasa disingkat DJ—adalah seseorang yang mahir memilih, menyusun, dan memainkan rekaman lagu atau musik. Seorang disjoki memutar satu lagu dan menyusulnya dengan lagu lain menggunakan teknik yang membuat seakan-akan lagu-lagu itu bersambung.

Awalnya DJ adalah penyiar radio yang memutarkan lagu lewat cakram piringan hitam atau vinil—makanya disebut disc jockey. Istilah disc jockey pertama kali diperkenalkan oleh Martin Block, penyiar radio di Amerika Serikat, pada akhir 1930-an.

Dalam perkembangannya, disjoki tampil di pesta rumahan, diskotek, dan klub malam, bahkan pesta besar seperti di stadion. DJ mulai masuk ke Indonesia pada 1970-an seiring dengan mulai munculnya pesta-pesta kecil atau party yang digelar di rumah. Sejak itu, di sejumlah kota di Indonesia bermunculan diskotek dan klub malam yang menghadirkan musik DJ sebagai sajian utamanya.

Pekerjaan DJ pun tak dimonopoli kaum laki-laki. Belakangan, banyak pula disjoki perempuan yang turut menggairahkan lantai-lantai dansa di sejumlah klub malam di Indonesia. Jumlahnya terus bertambah.

Selain Rhenna Gautama alias DJ Pixiee, disjoki perempuan yang menyemarakkan lantai dansa klub malam dan diskotek di Indonesia adalah DJ Una. Perempuan bernama lengkap Putri Una Thamrin ini menjadi disjoki sejak 2012. 

Sepanjang kariernya, Una sudah melahirkan sejumlah single. Di antaranya “Moving On” pada 2016, “Stupid Doll” (2020) yang merupakan hasil kolaborasi dengan Eitaro Nonaka, dan “Shake Your Body” (2024). Di single terbarunya itu, Una juga menggandeng Adieh Flowz dan Ronny Sky. 

Jauh sebelum itu, Una telah menelurkan single bertajuk “Save Our Sound” pada 2013, berkolaborasi dengan disjoki asal Kanada, Korina Dahl. "Waktu itu saya pernah bergabung dengan salah satu manajemen DJ yang memiliki jalur untuk berkolaborasi," kata Una ihwal single-nya itu kepada Tempo, 1 Februari 2024.

Kecintaan DJ Una pada dunia disjoki berawal dari ketertarikannya pada genre musik electronic dance yang naik daun pada sekitar 2012. Perempuan yang lahir di Medan, Sumatera Utara, 24 Oktober 1987, itu makin tertarik lantaran kakak laki-lakinya menjalani pekerjaan itu lebih dulu. 

Una kerap mengikuti sang kakak apabila ada jadwal pentas. Alasannya sederhana, dia ikut ke klub dan turun ke lantai dansa hanya untuk menikmati musiknya. "Dari situ saya minta diajari nge-DJ oleh kakak,” ujarnya.

Selain mendapat bimbingan sang kakak, Una meluaskan jaringan dengan belajar kepada sejumlah disjoki lain yang lebih senior, dari DJ Ricky DMC hingga DJ Dudut. Untuk gaya aksi di panggung, ia banyak merujuk pada permainan disjoki mancanegara, seperti DJ Afrojack dari Belanda dan DJ David Guetta asal Prancis.

DJ Vitta Alshean/Dok Pribadi

Perjalanan karier Una sebagai disjoki boleh dibilang moncer. Pada 2015, ia menduduki peringkat ke-29 dalam daftar 100 disjoki perempuan TOP 10 Djanes 2015 UK. Saat itu Una mengungguli Paris Hilton, selebritas terkenal dari Amerika Serikat, yang juga menggeluti bidang disjoki. Paris bercokol di posisi ke-71. 

Pada tahun yang sama, Una berhasil menempati posisi nomor dua di Djette 2015 dan peringkat ketiga di Female DJS Asia 2015. Una juga berhasil mencapai peringkat keenam di Top 100 Female DJ Asia serta posisi ke-62 di Top 100 Female DJ Worldwide. 

“Sekarang DJ sudah sangat banyak dan persaingannya makin ketat. Sebagai orang Indonesia, saya bangga bisa menduduki posisi tersebut,” ucap Una.

Menurut Una, salah satu hal menarik dalam pekerjaan disjoki adalah adanya kesempatan berkeliling Indonesia. Dalam satu bulan, sedikitnya ada 20 panggung untuk Una. Sepanjang Desember 2023, misalnya, ia tampil di berbagai kota di Indonesia, seperti Solo, Jawa Tengah; Surabaya dan Malang, Jawa Timur; serta Tanjungpinang, Kepulauan Riau. 

Bahkan jadwalnya sepanjang Februari 2024 juga sangat padat. Sejumlah tempat menjadi lokasi tur Una, baik di dalam maupun di luar negeri, dari Pekanbaru, Batam, Medan, hingga Johor Bahru, Malaysia. 

“Sampai-sampai banyak yang bertanya kapan saya tidur karena saya selalu bekerja di malam hari,” kata Una. “Biasanya saya akan mencuri-curi jam tidur siang.”

Disjoki perempuan yang juga moncer dan turut menggairahkan lantai dansa lewat permainan musik adalah DJ Katty Butterfly. Kiprah pemilik nama asli Santy Pontree itu di gelanggang lantai dansa berlangsung sejak 2014, saat usianya 26 tahun. 

Seperti halnya DJ Una, Katty, kini 35 tahun, menjadi salah satu disjoki dengan jadwal pentas sangat padat akhir-akhir ini. Sepanjang Januari 2024, beberapa klub lintas kota dijajaki Katty sebagai panggung pertunjukan, dari Jakarta, Tulungagung (Jawa Timur), Pekanbaru, hingga Medan. 

Sedangkan pada Februari 2024, setidaknya ada empat panggung di Jakarta yang menjadi tempat Katty berpentas. Dia juga mempunyai jadwal tampil di kota lain, seperti di Solo dan Surabaya.

Katty bercerita, kini dia tidak menerima semua tawaran pentas yang datang. Sementara sebelumnya dia bisa tampil penuh dalam satu bulan, kini maksimal ia hanya mengambil setengahnya. 

“Delapan sampai 14 kali saja dalam sebulan. Sekarang aku lebih memprioritaskan kesehatan dan anak. Jadi sekarang aku lebih sedikit perform dalam satu bulan,” tutur Katty kepada Tempo, 23 Januari 2024. 

Perjalanan Katty sebagai disjoki bermula ketika dia hijrah dari Thailand ke Indonesia. Dia lebih dulu mengawali karier sebagai model dan bergabung di berbagai agensi. 

Lambat laun, perhatiannya pada dunia pertunjukan di klub malam dan lantai dansa mulai tumbuh. Perempuan yang lahir pada 29 Oktober 1988 itu melihat pekerjaan disjoki menjanjikan. 

“Awalnya cuma main ke Indonesia sama teman, terus ada yang ajarin aku nge-DJ dan langsung dapat show," ucap Katty, yang menggemari disjoki asal Swedia, Alleso.

Bagi Katty, sebagai disjoki, ada hal menarik dari setiap peristiwa di lantai dansa. Disjoki yang merilis single “Sawadeeka” ini bisa menjumpai banyak kerumunan yang selalu berbeda di setiap klub dan kota. Sembari berkeliling Indonesia, dia juga begitu menikmati sajian kuliner di setiap kota. 

Namun Katty enggan membeberkan tarifnya untuk sekali pentas. Menurut dia, penghasilannya sebagai disjoki cukup untuk menghidupi dia dan anaknya sehari-hari. “Dan bisa biayain semua kebutuhan keluarga aku di Thailand,” ujar pemilik tato bergambar kupu-kupu ini.


•••

AKSI para disjoki perempuan juga menghidupkan lantai dansa klub-klub di Pulau Dewata. Salah satunya di Balai Banjar Taman Sari, Tabanan, Bali. Suasana riuh menyeruak ketika DJ Berlin Bintang, disjoki perempuan yang berkiprah di Bali, tampil di hadapan muda-mudi pada 24 Desember 2023.

Suara teriakan pengunjung dari lantai dansa terdengar susul-menyusul: “Let’s to the party, let's to the party!” Di atas panggung yang dilengkapi seperangkat peralatan disjoki, DJ Berlin Bintang memutar lagu berjudul “Baby” milik Justin Bieber versi remix sebagai nomor pembuka. 

Malam itu, suasana acara bertajuk “Bazzar” tersebut makin semarak ketika Berlin memainkan lagu “It’s My Life” milik Bon Jovi versi remix. Kerumunan anak-anak muda di Balai Banjar Taman Sari seolah-olah menyatu dengan sorot temaram lampu dan kepulan asap rokok yang pekat. Selebihnya adalah dansa-dansi.

Ditemui Tempo sebelum pertunjukan, Berlin menyebut ego seorang disjoki tidak bisa dikedepankan ketika sedang tampil menghibur orang-orang di lantai dansa. Menurut dia, disjoki tidak bisa menilai mana lagu yang bagus atau jelek untuk diputar ketika pertunjukan sedang berlangsung. “Memang tidak bisa idealis soal pilihan lagu. Tidak ada lagu yang bagus atau jelek, semua soal selera,” katanya.

DJ Berlin Bintang pentas di Denpasar, Bali/Dok Pribadi

Berlin tidak hanya tampil di Balai Banjar Taman Sari. Dia juga mengisi acara yang diadakan anak-anak muda di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Dalam sepekan, tutur Berlin, pasti ada acara yang diselenggarakan anak-anak muda dengan menampilkan disjoki. 

Dia menyebutkan genre funky kota atau funkot lebih populer bagi masyarakat di Bali. Sedangkan kalangan ekspatriat atau orang-orang asing yang tinggal di Bali banyak menyukai electronic dance. “Jika main di klub atau kawinan orang asing, mainnya techno atau melodic,” ujarnya.

Pemilik nama lengkap Berlin Chintia Bintang itu mulai tertarik menjadi disjoki ketika masih duduk di bangku kuliah pada sekitar 2018. Saat itu ia banyak mengisi waktu akhir pekan dengan turun ke lantai dansa di sejumlah klub di Bali. 

Alumnus Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Denpasar ini juga menjadi vokalis sebuah band. Terbiasa bermain musik, Berlin lantas menjelajah ke ranah yang lebih luas. Dia tertarik menjadi disjoki, bahkan sampai belajar secara privat. “Sudah terbiasa dengan musik sehingga belajar tidak sulit,” ucapnya.

Berlin mengungkapkan, dia sampai berhenti dari pekerjaan sebelumnya sebagai asisten manajer di sebuah toko surfing fashion demi menekuni dunia disjoki. Penampilan pertamanya sebagai disjoki berlangsung pada 2011. Dia mendapat tawaran tampil di Papua selama tiga bulan. Tawaran itu langsung ia terima. “Paling jauh di Timika. Pindah-pindah klub,” tuturnya. 

Sebagai disjoki, Berlin mempunyai banyak cerita yang berkesan. Pernah suatu ketika ia nyaris terjebak di Timor Leste setelah manggung karena pandemi Covid-19. Namun dia bisa pulang ke Bali sehari sebelum Indonesia menerapkan pembatasan. 

Selain itu, dalam satu kesempatan tampil, dia mendapat saweran dari penonton. “Paling berkesan di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, dapat saweran hingga Rp 15 juta,” kata Berlin.   

Berlin juga sudah merambah pentas di Malaysia, Singapura, dan India. Selama menjalani pekerjaan di dunia gemerlap malam ini, dia mengaku pernah mendapat perlakuan jail penonton. Bahkan dia pernah mendapat lemparan botol yang hampir mengenainya. “Tapi perlakuan yang menjurus ke pelecehan seksual tidak pernah,” ucapnya.

Disjoki perempuan lain yang berkiprah di Bali adalah DJ Vitta Alshean. Perempuan 25 tahun yang mengawali karier sebagai disjoki pada 2019 itu sering menerima tawaran pentas di Balai Banjar. Dalam pentasnya, Vitta kerap menyuguhkan musik bernuansa funkot, tentunya dengan daftar putar yang tepat. Menurut dia, telinga penikmat lantai dansa di Bali lekat dengan nuansa musik tersebut. “Hampir 80 persen suka funkot,” tutur Vitta. 

Sepanjang menjadi disjoki, Vitta mempunyai sejumlah pengalaman menarik. Suatu ketika, ia mendapat tawaran tampil di kawasan Kintamani, Bangli. Di tengah pertunjukan, saat Vitta memainkan alunan musik dengan nuansa angklung Bali, sejumlah penonton berdansa mengikuti irama. Ketika musik terus dimainkan, beberapa penonton itu kesurupan. 

Akibat peristiwa itu, Vitta diamankan ke belakang panggung oleh pecalang. “Yang kesurupan lebih dari satu orang sambil menari. Ini pengalaman paling aneh,” ujarnya. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Made Argawa dari Bali berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus