JUMLAH perokok bukannya menurun dengan adanya kampanye anti
merokok yang berkepanjangan. Kebiasaan yang kabarnya membawa
risiko terhadap kesehatan ini mendapat angin pula dengan
diperdagangkannya rokok-rokok bersaringan. Dan belum lama ini
seorang berkebangsaan Israel telah berhasil membuat rokok yang
katanya bebas nikotin. Rokok baru ini terbuat dari daun slada
dicampur sedikit tembakau. Dalam tiga bulan mendatang rokok
slada ini sudah akan beredar dengan merek "Long Life". Berikut
ini seorang wanita, dr Myrnawati S menelaah kecanduan yang
banyak menulari kaum pria tersebut.
Di seluruh dunia sekarang sedang dilancarkan kampanye
anti-rokok. Dicari dalil yang serem-serem dan slogan yang
dramatis untuk menggambarkan bahaya rokok. Belum lama berselang,
Ketua Dewan Penasehat Kesehatan Nasional AS, Emerson Foote
menandaskan: "Rokok berarti kematian bagi manusia dan ternyata
telah begitu banyak meminta korban. Hal tersebut dikuatkan oleh
pendapat para ahli di seluruh dunia. Diakui, kehidupan memang
kadang-kadang meminta risiko berat, tetapi dalam keadaan damai,
kiranya tidak ada risiko yang melebihi besarnya kebiasaan
merokok".
Lebih lanjut Dinas Kesehatan Rakyat AS mengungkapkan, tiap
tahunnya tidak kurang dari 125.000 hingga 300.000 penduduk
negara tersebut yang harus membayar kebiasaan merokok dengan
jiwanya.
Kampanye yang drastis itu memang ada hasilnya. Menurut laporan
sejak tahun 1962, seorang dari tiap delapan perokok sudah
menghentikan kebiasaan yang merugikan itu. Sayang hasil tersebut
tidak dapat dipertahankan, terutama disebabkan usaha tandingan
para produsen rokok yang dilakukan secara efektif. Satu di
antaranya, dengan dikeluarkannya rokok berfilter istimewa, yang
dikatakan dapat menyerap segala bahaya yang dapat ditimb ulkan
oleh rokok. Penjualan rokok kembali meningkat dan Amerika
menduduki tempat teratas. Pukul rata, tiap penduduk di sana
menghabiskan 3.860 batang tiap tahun. Itupun belum terhitung
cerutu dan hasil tembakau lainnya.
Macam-macam usaha kampanye anti merokok dilancarkan. Di beberapa
negara dilakukan semacam pembatasan reklame dan propaganda
rokok, di antaranya pelarangan penggunaan televisi untuk iklan
rokok. Termasuk TVRI. Tetapi para pengusaha tidak tinggal diam.
Berbagai cara kampanye tandingn dilakukan dan hasilnya pun
cukup lumayan. Ambillah contoh Inggeris yang sejak beberapa
waktu yang lalu berlaku ketentuan wajib tempel tanda bahaya pada
tiap bungkus rokok. Tapi Inggeris ternyata masih merupakan
negara nomor tiga di dunia yang penduduknya paling banyak
mengisap rokok. Setelah Amerika Serikat dan Kanada. Ratarata
orang Inggeris tiap tahunnya menghabiskan 2.830 batang.
Dunia pengobatan modern sudah agak lama mengetahui, rokok
merupakan penyebab kanker paru-paru, di samping banyak
mendatangkan gangguan pada pernafasan, peredaran darah, jantung
dan penglihatan. Lebih dari itu kebiasaan merokok juga membawa
berbagai bahaya psikologis.
Umumnya para perokok ingin kelihatan gagah, jantan dan
pemberani. Padahal sebenarnya tindakannya itu hanya sekedar
kompensasi untuk menutupi kekurangannya. Hal ini dibenarkan oleh
Dr. John Pflaum yang secara mendalam telah melakukan penelitian
ihwal pecandu-pecandu rokok. "Pria yang banyak merokok pada
pokoknya mempunyai dasar pembawaan keputeri-puterian. Dengan
merokok mereka mengharapkan dapat memiliki perasaan he-man yang
dapat menyembunyikan sifat keputeriannya yang laten", lapor Dr.
Pflaum.
Bukti-bukti menunjukkan katanya lebih jauh, pecandu rokok
umumnya membutuhkan he-man imge sebagai imbangan kehidupannya
yang kurang bahagia sewaktu masih kecil. Perokok memiliki daya
vitalitas yang lebih kurang. Mereka tidak tertarik pada olahraga
yang berat-berat. Akhirnya oleh sarjana tersebut ditandaskan:
"Orang-orang bukan perokok, umumnya merupakan suami-suami yang
lebih baik".
Lebih lanjut dari kalangan wanita-wanita modern terdengar
bisikan bahwa cinta modern tidak dapat dihubungkan dengan candu
rokok. Pria yang selalu berbau asap rokok, dianggap kurang sexy.
Terasing Dari Pergaulan
Sebuah laporan yang diketengahkan pada Sidang Komisi
Pemberantasan Bahaya Rokok di AS, antara lain menyebutkan:
"Batuk-batuk kecil antara dua kali mengisap rokok dan larangan
siaran reklame rokok pada tivi, serta segala macam ancaman
medis, ternyata tidak memberikan latar belakang psikologis pada
pecandu rokok. Orang masih tetap merokok dan merokok. Dan
jumlahnya masih tetap besar, terutama setelah munculnya rokok
berfilter khusus".
Agaknya masih diperlukan waktu yang lebih lama untuk dapat
menyadarkan perokok-perokok yang sudah keranjingan itu. Orang
harus lebih dapat menemukan motivasi psikologis yang lebih
meyakinkan dan argumen yang lebih dapat diterima daripada
ancaman ancaman bahaya kesehatan yang sudah terlalu biasa.
Sekedar ilustrasi, ada baiknya diketahui hasil-hasil penelitian
Institut Tavistock di Londen yang telah melakukan penelitian
terhadap 2500 pecandu rokok dari berbagai tingkatan.
Pria-pria antara umur 21-34 tahun yang tiap hari mengisap 16
batang rokok, atau lebih, umumnya berasal dari kalangan rendahan
yang tengah berjuang mengatasi berbagai ketegangan dalam
usahanya mencapai, atau mempertahankan tingkat kehidupan yang
lebih tinggi. Pecandu-pecandu hebat pada usia 35-49 tahun,
umumnya terdiri dari mereka yang memiliki posisi baik dan
memiliki latar belakang pendidikan cukup. Mereka telah
memperoleh kepuasan dalam kedudukannya, tetapi kemungkinan
tergelincir tetap ada. Karena selalu diselimuti perasaan tegang.
Golongan wanita dewasa yang berusaha menghentikan kebiasaan
merokok, umumnya terdiri dari mereka yang pernah mengalami
gangguan neurotis, terasing dari pergaulan, atau banyak
mengalami depressi.
"Adalah tidak tertutup kemungkinan bahwa faktor-faktor
psikologis memiliki daya pendorong untuk merokok banyak-banyak.
Dalam kehidupan modern yang serba merangsang ini umumnya orang
lebih mudah meraih sebatang rokok meskipun diketahui banyak
mengandung bahaya -- daripada meraih buah-buahan yang terang
banyak membawa faedah", kata lembaga tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini