Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Lelang bunga di negeri keju

Negeri belanda, selain negeri keju, juga penghasil bunga yang merupakan barang ekspor bernilai tinggi. petani dan pedagang bunga tulip mengelola secara profesional, biro wisata ikut memanfaatkannya. (ils)

31 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEREKA yang pernah melancong ke negeri Belanda, pasti akan setuju bahwa Belanda adalah "lebih bunga ketimbang keju". Begitu pesawat terbang merendah menguak awan tebal yang memberati musim semi, maka melongok ke jendela terlihatlah sehampar kebun bunga yang melaut. Merahnya tulip diselang-seling yang kuning, oranye, putih ataupun ungunya hyacinth. Semua penumpang pesawat biasanya mendekat jendela sambil ber-ck-ck-ck -- tanpa mempedulikan pramugari yang berhalo-halo menerangkan perbedaan waktu dan cuaca di landasan Schiphol. Begitu jugalah agaknya yang dilakukan oleh Bondan Winarno yang menyumbangkan laporan ini. Bunga bagi negeri Belanda bukan saja merupakan barang ekspor yang menghasilkan bilyunan devisa, serta memadatkan kantong para petani serta pedagang. Tapi juga merupakan bisnis yang dimanfaatkan oleh para pengusaha paket wisata. Hampir semua biro perjalanan di sana mempunyai program mengunjungi kebun bunga Keukenhor atau tempat lelang bunga di Alsmeer. Keukenhof sendiri adalah sebuah kebun bunga di Lisse, terletak antara Haarlem dan Leyden. Dibuka hanya pada musim semi untuk umum. Dengan membayar 4 gulden seorang, kita bisa masuk mengunjungi surga bunga yang 70 akre itu (ñ 25 hektar). Di antara kerindangan pohon-pohon tua dan diseling beberapa kolam, terhampar 500 macam bunga tulip, macam-macam hyacinth dan arcissi, amaryllis, muscari, gladioli, begonia dan berbagai jenis lainnya. Rumah-kaca dalam ukuran "raksasa" didirikan di beberapa tempat untuk keperluan penelitian. Di situ orang menyilangkan tulip untuk lebih memperkaya variasinya. Bahkan tulip hitam pun terlihat di sana. Adapun Alsmeer ialah suatu perspektif yang sama sekali baru -- bagi mereka yang semula hanya melihat bursa anggrek di Rawabelong atau pasar kembang di Cikini. Setelah naik bus 10 menit dari Schiphol, melintasi kebun bunga yang mencakrawalai pandangan, kita akan sampai di sebuah bangunan besar. Didirikan tahun 1971 seluas 22 akre, 2 tahun kemudian bangunan itu sudah tak mampu lagi menampung seluruh kegiatan -- sehingga ekstensi seluas 50 akre dibangun buru-buru. Alsmeer adalah tempat pelelangan bunga terbesar di dunia. Tak perlu diragukan, karena konon total jenderal biaya pembangunannya meliputi 300 milyar gulden. Ribuan wisatawan yang datang ke sana setiap harinya, dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Diantarkan oleh pramuwisata yang selain cantik juga mampu bercakap tiga bahasa asing lainnya. Setelah dipersilaan mengambil minuman (n.b.: bayar sendiri), kita diantar keliling bangunan pelelangan itu. Pertama kita melihat ruang sortir. Jutaan kuntum bunga tulip yang baru dipotong pagi tadi disortir di sini, dan setelah diikat dalam jumlah tertentu dimasukkan dalam unit karton kemas yang lebih besar. Bukan hanya bunga tulip yang digarap. Bahkan macam-macam bunga lain yang didatangkan dari luar negeri. Anggrek dari Muangthai dan Hawaii, mawar dari Amerika dan bunga-bunga impor lainnya. Karton-karton penuh bunga itu kemudian dimuat ke lori-lori yang berjalan otomatis, dengan kontrol elektronis yang diprogram oleh komputer. Setiap lori mempunyai nomor dan keterangan tentang jenis bunga, jumlah karton dan jumlah bunga dalam setiap karton. Lori-lori tersebut satu per satu memasuki ruangan lelang. Ada 3 buah ruang lelang di situ. Setiap ruang mewah itu mempunyai deretan kursi-kursi seperti sebuah teater kecil, dan setiap kursi mempunyai mikrofon. Di depan terbentang suatu panel scoring board sebesar yang kita lihat di Greyhound Senayan atau pacuan kuda Pulo Mas. Di bawah panel tersebut terdapat platform dengan sebuah rostrum untuk juru lelang dan panitera. Para peserta lelang sudah sejak pagi duduk memenuhi kursi-kursi. Setiap lori masuk, di scoring board langsung terbaca digit yang menunjukkan nomor kereta, jenis bunga, jumlah karton, dan jumlah bunga dalam setiap karton. Lelang pun dimulai. Melalui mikrofon yang tersedia di depan kursi masing-masing, para peserta berusaha memenangkan perjuangan itu. Angka-angka terakhir dari lelang secara akumulatif tercatat di scoring board. Bila transaksi terjadi maka lori tersebut dikirim ke bagian ekspedisi. Sementara itu panitera langsung mengirim teleks ke opsir ekspedisi untuk memberikan instruksi pengiriman. Biasanya kurang dari setengah jam kemudian, bunga-bunga tersebut sudah sampai di Schiphol untuk dikirim lagi ke berbagai tujuan dalam peti kemas yang diatur suhunya. Kecepatan memang harus diusahakan semaksimal mungkin mengingat usia bunga yang pendek. Tulip hanya tahan 3 hari. Demikian hebatnya bunga menjadi bisnis di negeri Belanda. Bahkan boarding pass untuk naik ke pesawat juga biasa merupakan kupon di mana kita dapat memesan bunga, yang dapat langsung dikirim ke alamat yang kita inginkan. Sayangnya pesanan harus di atas 40 gulden (ñ Rp 6.000).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus