Krisis Ginjal Di Singapura

PEMERINTAH Singapura sekarang sedang menyelidiki kemungkinan memberi izin pencangkokan ginjal dengan ginjal dari donor yang masih hidup. Sebuah komite akan dibentuk, terdiri dari dokter dan kaum agama untuk mencari argumentasi menyetujui atau menolak pencangkokan macam itu. Negara tetangga itu sedang menghadapi kesulitan dengan adanya undang-undang yang melarang pencangkokan dengan menggunakan organ tubuh orang yang masih hidup. Yang diizinkan hanya donor orang mati. Sementara kebutuhan pencangkokan meningkat, kini terasa undang-undang tersebut tak cocok lagi. Diperkirakan sekitar 200 orang meninggal saban tahun gara-gara kerusakan ginjal di sana. Lembaga Ginjal Nasional, Singapura, mengalami kesulitan dalam mengumpulkan donor mati. Di samping larangan undang-undang, di kalangan masyarakat hidup persangkaan bahwa pencangkokan akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan dari orang yang jadi donor. Tetapi ini adalah perkiraan yang keliru menurut para dokter di sana. "Banyak sekali anak-anak yang lahir hanya dengan satu ginjal. Dan mereka hidup normal", kata mereka. Sejak tahun 1970 Singapura hanya melaksanakan 17 kali pencangkokan. Semuanya dengan menggunakan ginjal dari penyumbang yang sudah meninggal. Dari tujuhbelas pencangkokan itu 3 meninggal, 3 lainnya terpaksa dibongkar kembali karena ditolak tubuh. Selebihnya berfungsi normal.