Pemberian bawang putih secara teratur menurunkan kadar gula dalam darah. Tak ada efek untuk yang normal. BAWANG putih, selain primadona di dapur, juga mampu melawan hipertensi dan sebagai antibiotik. Di tengah masyarakat Cina dan Jepang malah sudah ratusan tahun bawang putih dipakai untuk obat tradisional. Menurut Sardjono O. Santosa, 51 tahun, Ketua Kelompok Kerja Obat Tradisional di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, khasiat bawang putih sudah diteliti. Misalnya, efeknya sebagai antimikroba, pada 1950-an diteliti secara in vitro, di luar tubuh. Namun, data uji klinisnya langka pada manusia. Agar diakui kebenarannya, mesti ada uji klinik yang panjang. "Makanya, hasil penelitian pada hewan jangan diesktrapolasi begitu saja untuk manusia," ujar farmakolog itu. Spesiesnya berbeda. "Pemakaian obat tradisional adalah soal believe it or not," katanya. Biarpun terkadang berkhasiat, barangkali itu karena plasebo atau pengaruh sugesti. Kendati begitu, sebuah tim peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) kini menemukan secara ilmiah bahwa bawang putih punya kans mengobati kencing manis (diabetes mellitus). Hasil penelitian tujuh staf pengajar di Jurusan Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, itu dipresentasi Sabtu lalu dalam seminar di IPB. Memang, percobaan pada manusia belum dilakukan. Percobaan baru pada kelinci dengan menggunakan dua puluh sampel yang dibagi dua kelompok. Satu, dipilih kelompok normal, dan yang lain untuk penderita hiperglikemia, yang kadar gula darahnya tinggi. Setiap kelompok dibagi lagi, untuk membedakan antara yang tidak diberi ekstrak bawang putih dan yang diberi selama 18 hari. Untuk membuat ekstraknya, satu gram bawang putih diblender dan dicampur air hingga menjadi empat mililiter. Ekstrak yang diminumkan berdosis satu gram/ kilogram berat badan. Jadi, bila berat kelinci dua kilogram, diberi dua gram bawang putih, atau delapan mililiter ekstrak. Untuk membuat hiperglikemia, kelinci itu disuntik aloksan, yaitu zat yang sifatnya merusak sel pada pankreas, sehingga tak ada produksi hormon insulin. Tak berfungsinya kelenjar pankreas membentuk insulin, itu salah satu pangkal penyakit gula. Insulin berperan mengubah gula dalam darah (glukosa) menjadi glikogen, hingga diserap jaringan tubuh untuk membentuk energi. Kalau tak ada insulin, otomatis kadar glukosa dalam darah jadi tinggi. Setelah tiga hari diberi bawang putih, kadar gula tinggi pada kelinci itu berkurang. Perbedaan itu baru tampak pada hari ke-12. Pada hewan normal, efek itu tak terjadi: dengan atau tanpa diberi bawang putih, kadar gula tak banyak berubah. "Dari segi farmakologi, itu bagus," kata Hera Maheswari, 27 tahun, peneliti. Efek ini hanya pada penderita kencing manis, tidak bagi yang normal. Ini diperkuat dengan hasil analisa kinetik glukosa yang menunjukkan menurun laju pemakaian gula pada hewan normal. Itu berarti, bawang putih menahan pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh. Sebaliknya pada kondisi gula berlebihan. Bawang putih berperan meningkatkan pemakaian gula oleh jaringan tubuh. Bila banyak dipakai, kadar gula dalam darah malah turun. Yang menarik, menurut Hera, meski dapat menyebabkan kadar gula berkurang, bawang putih tidak meningkatkan insulin. "Diduga penurunan kadar gula terjadi karena kerja bawang putih seperti insulin," ujar alumnus IPB ini. Namun, bahan aktif dalam bawang putih (karena ada komponen minyak eterial) tidak bekerja pada sel pankreas, untuk meningkatkan sekresi insulin. G. Sugrahety Dyan K.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini