Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENTEGA, kecap, dan odol adalah "obat-obat" darurat yang selalu di sambar seorang ibu bila anaknya mengalami luka bakar. Ibu itu tidak tahu bahwa ketiga "obat" tersebut justru memperburuk keadaan. Semestinya, lecet atau luka bakar diguyur air dingin yang bersih selama 10 menit. Kemudian baru si anak dilarikan ke rumah sakit. Tampaknya sederhana, tapi sangat membantu penyembuhan nantinya. Bahkan dalam kasus luka bakar yang luas, guyuran air bisa menyelamatkan -jiwanya. Yang mirip dengan itu misalnya pemberian cairan gulagaram atau oralit pada kasus diare atau muntaber. Dan sebetulnya masih banyak pertolongan darurat yang bisa diberikan kepada anggota keluarga yang kebetulan ditimpa penyakit atau kecelakaan di rumah. Rumah adalah lingkungan utama yang ikut menentukan kualitas hidup seseorang, termasuk kualitas kesehatannya. Jika fisik dan jiwa anak tumbuh dan berkembang optimal di rumah, ia akan memiliki mutu kesehatan yang bagus. Ini penting. Tak kurang dari 75 persen umur kita dilewatkan di rumah. Lebih-lebih bagi ibu dan anak - kecuali dalam beberapa kondisi - yang menghirup nyaris seluruh udara kehidupan di bawah atap rumah. Tapi dalam lingkungan rumah pula sejumlah penyakit dan kecelakaan datang bertamu. Maka, dalam sebuah seminar di Jakarta, Kamis pekan lalu, soal ini dibahas panjang lebar. Seminar diadakan oleh Departemen Kesehatan, dibantu PT Kimia Farma. Beberapa orang ikut bicara, termasuk Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (Binkesmas) dr. Suyono Yahya, M.P.H. dan Kepala Direktorat Peran Serta Masyarakat Dirjen Binkesmas, Depkes, dr. Sonja Roesma P.S.K.M. WHO memperkirakan, 80-90 persen penyakit yang terjadi di negara berkembang dapat dikaitkan dengan keteledoran, ketidakbersihan, kesalahan dalam lingkungan rumah. "Contohnya banyak. Umpamanya kompor yang tidak aman, air dan makanan yang tercemar, dan tak adanya pengamanan sekitar sumur dan tangga," kata Sonja. Dokter H. Sumarmo dari Bagian Anak FKUI/RSCM malahan ikut mempersoalkan peran orangtua dalam memberantas penyakit semacam demam berdarah. Misalnya dengan menyingkirkan sarang-sarang nyamuk seperti botol bekas, kaleng, ban bekas, dan tempat aki. Ternyata, topik ini sangat menarik, hingga Sumarmo dihujani banyak pertanyaan. Demam berdarah itu satu contoh jelas bahwa penyakit sering berawal dari rumah, bukan di jalan atau di sekolah. Demikian pula kecelakaan seperti luka bakar tadi. Dokter Sonja bisa mengatakan bahwa kini jumlah kematian anak karena kecelakaan di rumah kian meningkat. Di rumah-rumah di Amerika, misalnya, tercatat sekitar 4-5 juta orang mendapat kecelakaan setiap tahunnya. Dan 30 ribu di antaranya berakibat fatal. Di Jakarta dan Bogor, pada sebuah survei, sekitar 13% penduduk kota mengalami kecelakaan rumah tangga setiap tahunnya. Sering pada tiap kecelakaan kita tak punya banyak waktu untuk menunggu dokter atau ambulans. Tindakan cepat harus segera diambil. Sayangnya, menurut Sonja, banyak orang mengira rumahnya selalu aman, sembari beranggapan bahwa kecelakaan hanya akan terjadi pada orang atau keluarga lain. Memang ada kecenderungan bahwa orang selalu merasa kebal. Seminar menyimpulkan, perlunya dibentuk wahana-wahana yang bisa menambah kemampuan keluarga, untuk menolong diri sendiri. Dan ini satu usaha mendasar yang dampaknya cukup besar. Syafiq Basri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo