Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sabun dengan busa yang banyak memberi kesan bersih dan segar ketika penggunaanya. Padahal, jumlah busa yang dihasilkan sabun belum tentu berimbas positif terhadap kebersihan tubuh. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari sabun tidak dibutuhkan busa dengan jumlah yang banyak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Justru pada sabun dengan busa yang sedikit, lebih baik untuk kulit. Pakar kesehatan menyarankan untuk mencari sabun yang tidak memproduksi banyak busa dan memiliki kandungan pelembab agar kulit agar terjaga kesehatan dan kecantikannya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Umumnya busa yang dihasilkan sabun didapat dari bahan kimia surfaktan, contohnya Sodium Lauryl Sulfate atau SLS dan sodium laureth sulfate. Menurut penelitian, SLS dapat merusak sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mengakibatkan pemisahan lapisan kulit dan peradangan kulit.
Surfaktan ini fungsinya adalah untuk mengurangi tegangan permukaan air, sehingga bisa memecah minyak atau sebum pada kulit sehingga tubuh menjadi bersih.
Menurut seoarang ahli, sabun yang memiliki banyak busa dengan hasil yang kesat sangat baik menghilangkan minyak pada kulit. Namun, tidak semua orang membutuhkan sabun dengan jenis yang seperti itu.
Produk sabun dengan kandungan SLS dapat menggerus minyak alami yang ada di permukaan kulit. Akibatnya, lama-kelamaan akan membuat kulit menjadi mudah iritasi.
Produk sabun dengan banyak busa, ketika menggunakannya bila tidak dibilas dengan sempurna, maka bahan kimia pembuat busa akan menempel di kulit dan akhirnya menumpuk.
Jika kulit kerap terkena bahan kimia secara berlebihan setiap hari, seperti sabun dengan kandungan busa yang sangat banyak, dikhawatirkan akan menganggu kesehatan kulit.
Sabun mandi memiliki komposisi asam alkali. Asam alkali tersebut dibuat dari asam lemak dan deterjen yang menghasilkan busa.
Busa pada sabun juga dapat dihasilkan dari asam lemak, namun dengan jumlah busa yang sedikit. Asam lemak dapat dihasilkan dari bahan alami seperti minyak kelapa sawit. Selain dapat menjadi pengganti busa, sabun berbahan dasar minyak juga memberi efek kelembaban sekaligus.
Berdasarkan jurnal Universitas Udayana, sabun yang berkualitas baik mempunyai kandungan total asam lemak minimal 70 persen, hal ini berarti bahan-bahan yang ditambahkan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan sabun kurang dari 30 persen. Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi proses pembersihan kotoran berupa minyak atau lemak pada saat sabun digunakan.
Disarankan membeli produk pembersih tanpa SLS atau yang ditandai dengan sebutan SLS-free. Meskipun busa yang dihasilkan akan jauh lebih sedikit bahkan tidak ada sama sekali, namun keamanan dan kesehatan kulit akan lebih terjaga.
WILDA HASANAH