Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Saran Pakar untuk Tekan Kasus Kanker Serviks, Salah Satu Penyebab Kematian Tertinggi

Kanker serviks bisa dideteksi dan dicegah dengan melakukan pap smear secara rutin. Berikut penjelasan pakar ginekologi onkologi.

6 Oktober 2024 | 13.32 WIB

Ilustrasi Kanker Serviks. Cancerbox.org
Perbesar
Ilustrasi Kanker Serviks. Cancerbox.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Penderita kanker serviks sering datang dengan stadium lanjut karena tidak terdeteksi sebelumnya. Konsultan ginekologi onkologi Eka Hospital BSD, Muhammad Yusuf, mengatakan kanker serviks merupakan salah satu penyebab utama kematian pada wanita dan menempati urutan kedua di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Kanker serviks saat ini masih menjadi momok menakutkan bagi kaum perempuan di negara berkembang, termasuk Indonesia," kata Yusuf, Minggu, 6 Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Padahal, kanker serviks bisa dideteksi dan dicegah dengan melakukan pap smear secara rutin. Manfaat pap smear adalah untuk melihat adanya kelainan atau tidak di sel mulut rahim sebelum berkembang menjadi kanker. 

"Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan secara berkala agar kanker serviks dapat dideteksi dan ditangani sejak dini," ujarnya.

Perlu diketahui pada kebanyakan kasus hampir tidak ditemui gejala apapun pada pasien kanker serviks. Namun, wanita harus tetap waspada jika memiliki keluhan keputihan berulang dan berbau, pendarahan di luar siklus haid, dan ada pendarahan atau bercak saat berhubungan intim.

Idealnya pap smear dilakukan oleh semua wanita yang telah menikah dan melakukan aktivitas seksual. Wanita yang aktif secara seksual dianjurkan melakukan pap smear tiga tahun sekali apabila tidak ditemukan gejala, keluhan, ataupun pada deteksi awal.

"Namun, jika dokter menemukan gejala dengan risiko tinggi disarankan melakukan pap smear setiap tahun. Sementara untuk wanita hamil jika tidak ada kelainan boleh melakukan pap smear setelah melahirkan, minimal tiga bulan pascalahiran," jelasnya.

Co-testing pap smear
Pada saat melakukan pap smear, dokter kandungan akan memeriksa dengan cara mengambil sedikit sampel jaringan dari leher rahim kemudian diperiksa di laboratorium. Hasil pemeriksaan hampir 90 persen adalah normal. Pada kasus pap smear abnormal, tidak selalu menandakan orang tersebut mengidap kanker namun perlu pemeriksaan lanjutan.

Sejalan dengan perkembangan teknologi kedokteran, Eka Hospital saat ini sudah menyediakan pemeriksaan kanker serviks secara dini melalui pemeriksaan co-testing pap smear.

"Ini merupakan versi terbaru dari pemeriksaan pap smear konvensional yang dapat memberikan hasil lebih akurat dan sudah banyak digunakan di negara berkembang, termasuk di Indonesia," ujarnya.

Co-testing pap smear merupakan bentuk baru pemeriksaan yang menggabungkan pemeriksaan pap smear dan tes DNA HPV. Dengan tes DNA HPV, orang bisa mendeteksi keberadaan virus HPV di dalam tubuh sedangkan pemeriksaan pap smear berguna mendeteksi keberadaan sel-sel abnormal pada leher rahim yang berpotensi berubah menjadi sel kanker.

"Dengan demikian, metode co-testing pap smear dapat membantu dokter mendeteksi kanker stadium awal lebih dari tes pap smear saja," paparnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus