Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Sebab Orang Indonesia Gampang Tertipu Transaksi Online

Sebuah eksperimen membuktikan mayoritas masyarakat masih rentan terjebak penipuan dan transaksi online. Ternyata ini penyebabnya.

1 Desember 2023 | 14.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi belanja online / e-commerce. freepik.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Orang Indonesia sangat gampang tertipu transaksi online. Eksperimen sosial yang dilakukan VOMO, platform daring hasil kolaborasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), dan Blibli menemukan empat dari lima orang Indonesia mudah tertipu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Eksperimen ini membuktikan mayoritas masyarakat masih rentan terjebak penipuan online,” ujar Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kemenkominfo, Septriana Tangkary, pada peluncuran VOMO di Jakarta, Kamis, 30 November 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada September 2023, VOMO melakukan eksperimen sosial dengan serangkaian iklan daring fiktif yang menggiring masyarakat ke laman www.vomoshop.com untuk mengetahui seberapa rentan masyarakat Indonesia terkena penipuan. Hasilnya cukup mencengangkan, dari total 63.196 pengunjung Vomoshop ditemukan empat dari lima pengunjung situs memutuskan checkout belanja terhadap penawaran fiktif yang menggiurkan tersebut.

Dampak FOMO
Berdasarkan temuan itu, laman VOMO pun akhirnya diluncurkan dengan tujuan sebagai panduan edukasi untuk melakukan transaksi daring yang aman. VOMO merupakan singkatan dari Verifikasi, Observasi, Mudah akses informasi, dan Ofisial yang berarti resmi dan terjamin.

“Saat ini, salah satu tantangan industri yang harus dibenahi segera adalah berkembangnya promosi fiktif dan penipuan online. Eksperimen sosial ini menjadi salah satu bentuk tanggung jawab industri dan diharapkan mampu menjadi edukasi yang mencerdaskan konsumen,” kata direktur eksekutif Idea, Arshy Adini.

Maraknya masyarakat Indonesia yang terkena kasus penipuan online juga didasari fenomena fear of missing out (FOMO) atau kekhawatiran tertinggal momen-momen besar tertentu atau yang sedang banyak dibicarakan orang, termasuk promosi besar-besaran di internet. Laporan Risiko Global 2022 dari Forum Ekonomi Dunia menyebut 95 persen insiden keamanan siber di dunia disebabkan kesalahan manusia, termasuk fenomena FOMO.

Edukasi e-commerce tersebut digagas dari keresahan akan budaya FOMO dalam belanja masyarakat yang menyebabkan mereka sering lalai dan menjadi sasaran penipuan. Bahkan, akhir-akhir ini modusnya juga kian berkembang, mulai dari tawaran pekerjaan berbayar hingga komisi tugas yang menawarkan keuntungan berlipat ganda.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus