Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Sebuah rumah untuk cuci darah

Di bandung diresmikan klinik dialisis untuk penderita gagal ginjal. suasananya membetahkan. gratis bagi yang tak mampu. berdaya tampung 120 pasien dengan 28 mesin cuci darah.

11 September 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KLINIK ginjal yang menempati gedung berlantai tiga di Jalan Tubagus Ismail No. 46, Bandung, itu sekilas bukan seperti tempat perawatan orang sakit. Tak ada bau obat yang menyesakkan, dan juru rawatnya tidak mengenakan seragam putih. Singkatnya, klinik itu terkesan seperti rumah, dan memang dirancang dengan tujuan itu. Mengapa? Tak lain agar pasien bisa menikmati suasana tanpa berpikir tentang perawatan. Apalagi tentang biaya cuci darah, yang sejak dulu paling bisa merobek kocek. Adapun suasana rumah diwakili oleh setiap sisi dan setiap ruang di klinik itu. Di situ ada dapur khusus untuk pasien, yang bisa digunakan untuk memasak, menyeduh teh, atau menghangatkan makanan. Dindingnya dicat hijau-krem dan seprei tempat tidur pasien tidak berwarna putih. Perawatnya pun berpakaian bebas. ''Dengan cara ini diharapkan agar secara moril pasien tidak selalu merasa sebagai orang sakit,'' kata Sri Soedarsono, Ketua Yayasan Pembina Asuhan Bunda yang membawahkan klinik ginjal ini. Tak kurang penting adalah perlakuan khusus bagi penderita tidak mampu. Mereka tidak dikenai biaya pengobatan alias gratis. Kini ada lima pasien yang beruntung bebas biaya, seorang di antaranya Agus Wardana. Sehari-hari bekerja sebagai penjual koran, Agus merasa betah di klinik itu. Bukan karena tak dikenai biaya Rp 175 ribu sekali cuci darah, tapi lantaran, ''Suasananya di sini lebih bebas dan seperti di rumah sendiri,'' sanjungnya. Suasana itulah yang mewarnai klinik yang diberi nama: Pelayanan Dialisis Ny. R.A. Habibie. Merupakan klinik ginjal pertama di Indonesia, peresmiannya Selasa pekan lalu dilakukan oleh Menteri Kesehatan Sujudi, dan dihadiri antara lain oleh Menteri Riset dan Teknologi B.J. Habibie dan Menko Kesra Azwar Anas. Sengaja nama Ny. R.A. Habibie diabadikan di sana demi menghormati jasa wanita yang tak lain adalah ibunda B.J. Habibie. Almarhumah mempunyai andil besar dalam membantu penderita ginjal. Ia juga memberikan dana bagi Klinik Ginjal Bandung didirikan tahun 1988 yang merupakan cikal-bakal pusat dialisis tersebut. Hal itu sering dilakukannya, sebelum meninggal dunia tiga tahun lalu. Adapun pendirian pusat dialisis itu terutama dimotivasi oleh rasa prihatin dokter dan tokoh masyarakat akibat 85% penderita ginjal di Jawa Barat tidak tertolong. Sebab utamanya karena biaya cuci darah terlalu tinggi dan transplantasi ginjal masih langka. Padahal dua alternatif itulah yang harus dipilih kalau ingin bebas dari rongrongan ginjal. Sebagian pasien memang hanya bisa pasrah, apalagi karena biaya cuci darah per bulan bisa mencapai Rp 1,5 juta. Perhitungannya, darah mesti dibersihkan 23 kali seminggu dengan biaya Rp 150 ribuRp 200 ribu sekali cuci. Tak mengherankan bila angin segar terasa bertiup bagi penderita ginjal yang kurang mampu. ''Sistem pengelolaan di sini berdasarkan subsidi silang. Kelebihan uang yang didapatkan dari pasien mampu dipakai untuk membantu pasien yang tidak mampu,'' kata Sri Soedarsono. Pusat Dialisis Ny. R.A.Habibie terletak di atas tanah seluas 2.400 meter persegi, menelan biaya Rp 2 miliar, dan biaya peralatan sekitar Rp 1,5 miliar. Tahap pertama terbatas pada pelayanan cuci darah, tapi kelak akan mengarah ke transplantasi ginjal. Adapun daya tampungnya mencapai 120 pasien dengan jumlah mesin dialisis 28 buah. Namun, karena masih terbatasnya tenaga medis, yang operasional baru 21 buah. ''Sampai Agustus lalu, kami telah melayani 62 pasien. Sebanyak 21 pasien sebagian ongkosnya disubsidi, sedangkan lima orang pasien gratis,'' kata Dokter Rully Roesli. Menurut ahli ginjal yang juga Direktur Bidang Pelayanan Umum ini, di Jawa Barat kini ada sekitar 200 pasien yang sedang menjalani cuci darah. Data Pusat Registrasi Nasional Dialisis menunjukkan, di Jakarta ada 52 penderita baru tiap tahun per satu juta penduduk. Di Jawa Barat jauh lebih sedikit, hanya bertambah 6 pasien baru per satu juta penduduk tiap tahun. Berdasarkan analisa statistik, penderita gagal ginjal kronis akan mencapai 100 pasien per satu juta penduduk pada akhir Pelita ini. Maka, secara teoretis, di Jawa Barat diperkirakan akan terdapat 2.000 pasien potensial gagal ginjal. Bahkan, menurut ahli ginjal Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Profesor Jose Roesma, hasil survei menyebutkan, penderita gagal ginjal dan hipertensi telah menduduki peringkat keempat pasien rawat inap di seluruh Indonesia, setelah penderita tifus, TBC, dan diare. Bagi Jose Roesma, kehadiran klinik dialisis di Bandung tersebut merupakan langkah yang baik. Kelebihan tempat ini, menurut ahli penyakit dalam tersebut, secara resmi membuka kesempatan bagi pasien yang tidak mampu. ''Tindakan ini suatu langkah yang berani,''katanya. Apa bedanya dengan tempat dialisis di rumah-rumah sakit yang sudah ada selama ini? ''Dalam segi cuci darahnya tidak berbeda. Hanya klinik ini memberikan pelayanan yang dibuat seperti rumah sendiri. Dan cara ini barangkali cocok untuk orang kita,'' kata Jose Roesma, yang sempat hadir di Bandung melihat klinik ginjal tersebut. Cuci darah memang bukan upaya menyembuhkan gagal ginjal secara total. Untuk tindakan menghilangkan derita ginjal, diperlukan transplantasi. Langkah itu tampaknya sudah dikuasai dokter di sini. Buktinya, sejak tahun 1977 hingga kini, menurut Jose Roesma, sudah ada 200 pasien yang sukses menjalani pencangkokan ginjal. Gatot Triyanto, Ida Farida (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus