Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Sejarah Gultik Blok M, Tempat Kencan Ganjar Pranowo dan Istri

Meski berada di Jakarta, generasi awal pedagang gultik di Blok M rata-rata berasal dari Sukoharjo.

12 November 2023 | 13.23 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gulai tikungan merupakan masakan gulai yang berada di seputaran Blok M, dan digemari semua kalangan. Foto: @gultik_elpocoffee

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Generasi 90-an Jakarta tidak asing lagi dengan gultik alias gulai tikungan. Kuliner satu ini bisa ditemukan di sepanjang tikungan Bulungan Blok M, di Jalan Mahakam, dekat dengan bundaran SMA 6, GOR Bulungan, dan Blok M Plaza. Kawasan ini dulu merupakan tempat nongkrong kawula muda yang mencari makanan enak dan murah meriah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kuliner Jakarta ini rupanya menjadi salah satu makanan favorit calon presiden Ganjar Pranowo dan istri, Siti Atiqoh Supriyanti. Pasangan ini bernostalgia makan gultik di kawasan Blok M dan mengunggah foto-foto dan video di Instagram pada Sabtu, 11 November 2023. Selain makan gultik yang legendaris, mereka juga terlihat berinteraksi dengan warga yang berada di kawasan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di keterangan salah satu unggahan, dia mengatakan bahwa ini merupakan kencan ke sekian dengan istri di gultik. “Gultik Blok M, kuliner penuh kenangan yang selalu jadi favorit menghabiskan malam bersama kesayangan,” tulis Ganjar di keterangan.

Mencicipi gultik di Bulungan, Blok M. Tempo/Arimbimhp.

Asal mula gultik Blok M

Menurut Portal Informasi Indonesia, nama gultik sesuai dengan lokasi para pedagangnya yang berada di tikungan. Meski ada di Jakarta, rata-rata pedagangnya berasal dari Sukoharjo, Jawa Tengah.

Pedagang gulai di sini awalnya berjualan di Bulungan, sebelum pindah ke Mahakam. Mereka mulai berjualan akhir 1980-an dan mulai ramai di awal 1990-an. Bahkan, beberapa pedagang adalah generasi kedua yang meneruskan usaha orang tuanya.

Istilah gultik mulai populer di tahun 1997. Para pedagangnya berjualan dengan gerobak pikul yang dinaungi dengan payung warna-warni. Di sepanjang trotoar mereka memasang kursi dan meja kecil untuk pelanggan yang ingin makan di tempat.

Gulai ini tampak sederhana, berisi beberapa potong daging sapi dan tetelan dengan kuah santan yang encer. Cita rasa gultik mirip dengan gulai khas Solo yang berkuah encer dengan bumbu rempah-rempah seperti jahe, lengkuas, kunyit, cengkih, kemiri, jintan, pala, dan bawang merah bawang putih.  

Gulai ini biasanya disajikan dalam satu piring dicampur dengan nasi. Bisa dinikmati dengan tambahan sate jeroan dan kerupuk. Porsinya kecil, cukup untuk orang yang tidak terlalu lapar. Tapi jika perut sedang kosong, mungkin perlu tambah beberapa porsi sampai terasa kenyang.

Deretan pedagang gultik ini umumnya mulai buka pukul 17.00 hingga pukul 01.00. Banyak yang menikmatinya sebagai menu makan malam yang tidak terlalu mengenyangkan. Harga satu porsi gultik rata-rata Rp12.000, tergantung pedagangnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus