Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Selamatkan Perempuan dari Rokok

7 Juni 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK ada lagi asap mengepul dari sebuah rumah di Pakuncen, Yogyakarta. Sejak Senin pekan lalu, lingkungan Rukun Warga 04 Pakuncen bersama empat kawasan sejenis ditetapkan sebagai daerah percontohan program rumah bebas rokok. ”Program ini pengembangan dari program kelurahan bebas asap rokok. Sebelumnya, dua kelurahan, Keparakan dan Kadipaten, ditetapkan sebagai kelurahan bebas asap rokok,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Choirul Anwar, bertepatan dengan Hari Tanpa Tembakau Sedunia, 31 Mei lalu.

Program ”rumah bebas asap rokok” itu hasil kerja sama Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dengan Quit Tobacco Indonesia. Bukan cuma program pemerintah, masyarakat wilayah tersebut juga mendeklarasikan tata cara merokok di rumah dan lingkungan sekitarnya, terutama untuk melindungi perempuan dari paparan asap rokok.

Aturannya adalah tak merokok di rumah, di luar rumah, dan dalam pertemuan warga atau kegiatan kampung lainnya; tidak menyediakan asbak di rumah atau di pertemuan warga; serta memasang stiker imbauan tidak merokok di dalam rumah, termasuk untuk tamu. ”Di rumah istri tak senang merokok, di luar juga muncul perasaan malu masih merokok,” ujar Sumiyarso, 47 tahun, warga Pakuncen.

Malu merokok memang harus dikembangkan. Berdasarkan hasil survei Quit Tobacco Indonesia pada rumah tangga di Kota Yogyakarta, diperoleh hasil yang cukup mengejutkan, yaitu 53 persen rumah tangga memiliki anggota keluarga yang merokok dengan rata-rata rokok yang diisap tiap hari 10 batang. Sebanyak 88 persen pria merokok di dalam rumah meskipun di dalam rumah tersebut terdapat perempuan dan anak-anak.

Data Indonesia secara menyeluruh lebih parah lagi, menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, 91,8 persen perokok merokok di rumah, tidak jauh dari istri dan anak-anak mereka. Akibatnya, lebih dari 50 persen anak-anak dan hampir 60 persen perempuan terpapar asap rokok yang diisap suami atau pria. Menurut Komisi Nasional Pengendalian Tembakau Indonesia, sekitar 70 juta perempuan Indonesia terpapar asap rokok orang lain atau menjadi perokok pasif.

Jumlah perokok aktif perempuan juga meningkat tajam. Pada 1995 hanya 17 persen, tapi sampai 2009 mencapai 44 persen. ”Jumlah ini tentunya sangat mengkhawatirkan jika tak ada penanganan atau mewaspadai bahaya ataupun epidemik rokok terhadap perempuan,” kata Ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau Profesor F.A. Moeloek. Kematian akibat kebiasaan merokok tercatat 427.948 ribu orang per tahun atau 1.172 orang per hari. Epidemi merokok di Indonesia semakin memprihatinkan. Jumlah konsumsi rokok mencapai 220 miliar batang per tahun.

Penyakit-penyakit yang menyertai perempuan yang terpapar ataupun merokok adalah bronkitis, paru, kanker usus, kanker hati, stroke, dan berbagai penyakit lain akibat menghirup asap rokok. Tingkatannya lebih parah ketimbang pada laki-laki. ”Jumlah perempuan yang terkena kanker, terutama payudara, juga meningkat tajam, salah satu penyebabnya merokok atau asap rokok,” ujar dokter ahli kanker Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Aru Wisaksono.

Konsumsi rokok yang meningkat pada perempuan diduga karena gencarnya iklan rokok yang ditujukan kepada wanita. Karena itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun ini menyatakan perang besar-besaran terhadap iklan rokok yang ditujukan kepada perempuan. ”Strategi beriklan rokok untuk menggaet perokok perempuan berdampak sangat luas. Jumlah perokok perempuan terus bertambah, ini masalah yang sangat serius,” ujar Direktur Antitembakau WHO Douglas Bettcher kepada kantor berita Reuters.

WHO juga telah merekomendasikan agar melarang iklan rokok. Sudah 160 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa meratifikasi rekomendasi itu. Tapi baru 26 negara yang melaksanakannya. Iklan rokok dinilai Douglas sangat agresif. Di Jepang, rokok dikemas dengan warna merah muda (pink), warna yang identik dengan perempuan. Adapun di Mesir, rokok ditambah dengan parfum.

AT

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus