MUSIM kemarau panjang sekarang ini tidak saja membuat tanaman
kering meranggas. Di berbagai daerah terjadi pula serangan
penyakit muntah berak dan demam berdarah yang mengambil banyak
korban. Jangan dikata pula batuk-pilek. Di kota Pontianak, dari
awal Agustus sampai awal September tercatat 1.100 penderita
muntah berak yang masuk rumah sakit. Enam di antaranya
meninggal.
Buat Pulau Jawa, penyakit muntah-muntah dan berak-berak ini
berjangkit menurut arus lalu lintas paling ramai-yaitu di
sepanjang pantai utara. Menurut Kepala Seksi Pengamatan Penyakit
Menular, Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Jawa Tengah,
Sukamto, sumber penyakit itu berasal dari daerah Jawa Barat dan
Jakarta.
Kata Sukamto, muntah berak yang .mulai mengganas sejak Maret,
mula-mula menggerayangi mangsanya di Brebes. Penularannya
mengikuti arus lalu lintas menuju ke timur sampai ke perbatasan
Jawa Tengah -- Jawa Timur. Dari sini penyakit itu membelok ke
selatan, mengambil korban di Solo, Yogyakarta dan Cilacap. April
tahun ini saja di Kota Semarang tercatat hampir 500 orang yang
kena. Enam belas mati.
Musim kemarau sekali ini juga membawa tantangan baru buat
penduduk Desa Semoyong, Kecamatan Praya Timur, Lombok Tengah.
Daratan mengering di sana. Anak-anak dan orang tua antre panjang
untuk menunggu kesempatan menampung air yang jatuh menitik-nitik
ke dalam sebuah sumur tua di desa itu. Dan sekarang ini timbul
dugaan sumur tua itu menjadi sumber penyakit yang aneh.
Gadis bernama Cemun, 20 tahun, kabarnya mati setelah minum air
dari sumur tadi. Gejala-gejalanya cukup dramatis. Telapak
kakinya mati rasa. Tulang sckujur tubuh ngilu dan perut kejang.
Sudah tiga orang mati dengan didahului penderitaan serupa.
Terakhir seorang guru SD terserang. Tapi untung dia sempat
ditolong dokter.
Tetapi wabah penyakit apa yang disebarkan sumur itu, sampai
sekarang belum diketahui penduduk setempat. Untuk mengetahui
jenis penyakit tadi sudah 11 penderita yang dikirim ke
laboratorium Rumah Sakit Umum Mataram.
Buat pemerintah sendiri kelihatannya ancaman muntah berak yang
berpangkal pada persediaan air yang tercemar kuman itu kurang
begitu gawat dibandingkan demam berdarah. Sebab ternyata
sekarang yang sedang populer adalah taburan bubuk racun serangga
Temephos merk Abate, di hampir seluruh provinsi.
Kebijaksaan ini diambil Departemen Kesehatan karena persentase
kematian demam berdarah lebih tinggi dari muntah berak (6% lawan
0,7%) . Tempat berkecamuknya demam berdarah adalah daerah
perkotaan. Ini terutama disebabkan padatnya penduduk kota yang
mcmudahkan nyamuk Aedes Aegypti sebagai agen yang menyebarkan
penyakit itu, lebih gampang menularkan virus penyakit dari
seorang penderita kepada orang lain. Karena itu Jakarta,
Yogyakarta, Semarang dan Medan sekarang sedang giat membasmi
nyamuk tersebut.
Jakarta sebagai kota pertama ditemukannya penyakit demam
berdarah tahun 1968 (bersama Surabaya) kelihatannya memperoleh
perhatian lebih besar. Bisa dimaklumi, karena menurut catatan
dalam Agustus yang lalu saja ditemukan 1.200 penderita. Dua
puluh dari jumlah itu mati tak tertolong. Jumlah korban di
Ibukota itu jauh lebih tinggi dibandinkan dengan Jawa Barat
yang penduduknya 5 kali Jakarta. Di daerah Aang Kunaefi ini
dalam 8 bulan terakhir jumlah penderita tercatat sekitar 2.000.
Tersebar di 300 desa.
Untuk membasmi nyamuk Aedes Aegypti di Jakarta sejak 12
September lalu dilaksanakan penaburan bubuk Abate ke rumah-rumah
penduduk. Hari itu dihabiskan 20 ton bubuk racun serangga itu.
Minggu berikutnya Abetisasi itu diulangi lagi untuk mencapai 20%
rumah penduduk yang belum terjangkau pada minggu pertama. Untuk
menaburkan bubuk Abate dikeluarkan biaya Rp 160 juta. Hampir
50.000 sukarelawan yang terutama terdiri dari pemuda-pemudi ikut
diterjunkan ke lapangan.
SOEKARDJONO, Kepala Urusan Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular, Kanwil Depkes DKI, kelihatan agak kecewa,
karena su karelawan tadi hanya memberikan penjelasan mengenai
bubuk Abate. Tidak menyinggung masalah kebersihan lingkungan,
seperti kalen-kaleng bekas atau bejana lain yang mungkin bisa
menjadi tempat beranak pinak nyamuk demam berdarah.
Pekerjaan para sukarelawan memang tidak begitu mudah. Sulit buat
mereka untuk meyakinkan bahwa bubuk Abate itu bisa bertahan
sampai 3 bulan di dinding bak mandi dan tempat-tempat persediaan
air yang lain. Asal tidak dikuras dengan menyikatnya. Dan
kelihatannya semakin sulit lagi buat mereka untuk meyakinkan
bahwa obat yang mematikan jentik-jentik itu "aman untuk diminum
apalagi hanya untuk mandi."
Thomas Suroso, Kepala Sub Direktorat Arbovirosis Depkes, dalam
sebuah makalah tentang pemberantasan demam berdarah menyebutkan,
dalam dosis seperti yang dilaksanakan sekarang (1 gram Abate
untuk 10 liter air) tidak akan terjadi keracunan untuk
penggunaan jangka pendek. "Untuk pemakaian jangka panjang masih
perlu diteliti akibat-akibat sampingnya," katanya.
Karena itu banyak yang berharap Abatisasi ini hanya berlangsung
sekali ini saja. Jangan sampai diulang-ulang lagi, untuk
menghindari kemungkinan keracunan.
Di pasar bebas pembasmi jentik-jentik ini belum bisa dibeli.
Sekalipun Departemen Kesehatan, sebagaimana dikemukakan dr.
Arwati, Kepala Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber
Binatang, berusaha menjualnya secara bebas, lewat apotek atau
Puskesmas.
Usia nyamuk Aedes Aegypti sekitar satu setengah bulan. Jadi
diperhitungkan dengan rlaya bunuh jentik-jentik oleh Abat- yang
bulan itu, nyamuk tadi akan punah. Nyamuk penyebab demam
berdarah itu sendiri agak gampang dikenali. Pergelangan kaki dan
tangannya berbintik-bintik. Begitu pula perutnya.
Kalau menggigit posisi badannya mendatar tidak menukir seperti
malaria. "Dia punya jam kerja khusus. Antara pukul 6 sampai 9
pagi dan sore dari pukul 6 sampai 8," kata Athur Debataradja,
Kepala Sub Pemberantasan Vektor, Dinas Kesehatan Kotamadya
Medan.
Bekas gigitannya juga berbeda dengan nyamuk biasa. Bekas gigitan
nyamuk demam berdarah kalau direnggangkan tetap berwarna merah.
Sedangkan bekas gigitan nyamuk biasa kalau direnggangkan warna
merah bekas gigitan akan hilang.
Disebutkan demam berdarah karena setelah terserang demam, pada
tubuh si penderita yang kebanyakan terdiri dari anak-anak di
bawah 15 tahun, akan muncul bercak-bercak merah di bawah kulit.
Ini terjadi karena virus tadi mengakibatkan membekunya darah.
Darah beku menghambat suplai oksigen ke organ-organ tubuh yang
vital. Jika ini terjadi si penderita bisa mati.
Kalau bulan depan hujan sudah muli turun, nyamuk-nyamuk penyebar
penyakit ini akan tergencet. Karena udara yang dingin dan
genangan genangan air yang kotor bukanlah tempat berkembang biak
yang nyaman buat nyamuk jenis ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini