Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Setelah Cacar Dan Kolera

Program imunisasi untuk anak-anak akan dilancarkan di Jakarta dan Bandung. Proyek-proyek imunisasi di tiap propinsi akan ditingkatkan. Di samping BCG akan ditambah TFT dan DPT.

12 Februari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENYAKIT nampaknya memang merupakan bagian kehidupan. Kemakmuran tidak menjamin bebasnya manusia dari gangguan berbagai macam penyakit. Satu negara sudah bebas dari serangan rupa-rupa penyakit infeksi yang berkecamuk di kalangan penduduk, tapi sertamerta dia membuka pula peluang bagi serangan penyakit baru. Amerika Serikat suatu ketika misalnya sudah bebas dari malaria, cacar dan kolera. Tapi berbarengan dengan itu harus berhadapan dengan jenis penyakit yang menyusul. Hilang penyakit rakyat, datanglah polio. Presiden Roosevelt sendiri lumpuh karena sengatan tersebut. Pengalaman getir AS itu jadi guru yang sangat berharga bagi negara berkembang. Indonesia misalnya, sejak sekarang ini (meskipun kolera dan malaria masih berkecamuk) sudah berniat menghindari ledakan polio, andainya nanti jumlah penderita penyakit menular sudah dapat ditekan sekecil-kecilnya. Ya, satu waktu, entah kapan. Direktorat Jenderal Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Menular, Departemen Kesehatan, sudah mempersiapkan rencana menghadapi- kemungkinan tersebut. Di Jakarta dan Bandung sejak sekarang ini dilancarkan sebuah program imunisasi polio untuk anak-anak. Kedua kota besar ini dipilih karena menurut perkiraan, polio kemungkinan besar menyerang kota-kota besar. Dari angka-angka survei yang masuk diperhitungkan 9 dari 10.000 anak-anak terserang kelumpuhan. Sementara itu proyek-proyek imunisasi yang ada di tiap propinsi sekarang akan ditingkatkan lagi. Ini hasil dari seminar imunisasi yang dilangsungkan di Ciloto, Jawa Barat akhir Januari yang lalu. Imunisasi yang selama ini baru mencakup BCG, sekarang akan diperbanyak dengan 2 macam vaksin lagi: Tetanus Formol Toxoid (untuk wanita hamil) dan Dipteri Pertusis Tetanus (untuk anak-anak). Rencana Direktorat Jenderal P3M yang dipimpin dr Bahrawi Wongsokusumo itu nampaknya memang cemerlang, meskipun seluruh program pemberantasan dan pencegahan kelihatan masih pincang. Untuk vaksinasi TFT dan DPT masih ada daerah yang belum bisa melaksanakannya karena dihalangi kesulitan perhubungan. "Padahal vaksin tersebut hanya tahan disimpan sampai 3 hari", kata dr Nyoman Kumara Rai yang mengurusi bagian pelaporan di Ditjen P3M. Daerah itu meliputi Irian Jaya. Sedangkan Kalimantan Barat, Selatan dan Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah & Utara, Aceh, Bengkulu, Jambi, Lampung dan Riau tidak melakukan imunisasi dengan DPT. Sementara Nusa Tenggara Barat tidak mendapat TFT.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus