PENYAKIT nampaknya memang merupakan bagian kehidupan. Kemakmuran
tidak menjamin bebasnya manusia dari gangguan berbagai macam
penyakit. Satu negara sudah bebas dari serangan rupa-rupa
penyakit infeksi yang berkecamuk di kalangan penduduk, tapi
sertamerta dia membuka pula peluang bagi serangan penyakit baru.
Amerika Serikat suatu ketika misalnya sudah bebas dari malaria,
cacar dan kolera. Tapi berbarengan dengan itu harus berhadapan
dengan jenis penyakit yang menyusul. Hilang penyakit rakyat,
datanglah polio. Presiden Roosevelt sendiri lumpuh karena
sengatan tersebut.
Pengalaman getir AS itu jadi guru yang sangat berharga bagi
negara berkembang. Indonesia misalnya, sejak sekarang ini
(meskipun kolera dan malaria masih berkecamuk) sudah berniat
menghindari ledakan polio, andainya nanti jumlah penderita
penyakit menular sudah dapat ditekan sekecil-kecilnya.
Ya, satu waktu, entah kapan. Direktorat Jenderal Pemberantasan
dan Pencegahan Penyakit Menular, Departemen Kesehatan, sudah
mempersiapkan rencana menghadapi- kemungkinan tersebut. Di
Jakarta dan Bandung sejak sekarang ini dilancarkan sebuah
program imunisasi polio untuk anak-anak. Kedua kota besar ini
dipilih karena menurut perkiraan, polio kemungkinan besar
menyerang kota-kota besar. Dari angka-angka survei yang masuk
diperhitungkan 9 dari 10.000 anak-anak terserang kelumpuhan.
Sementara itu proyek-proyek imunisasi yang ada di tiap propinsi
sekarang akan ditingkatkan lagi. Ini hasil dari seminar
imunisasi yang dilangsungkan di Ciloto, Jawa Barat akhir Januari
yang lalu. Imunisasi yang selama ini baru mencakup BCG, sekarang
akan diperbanyak dengan 2 macam vaksin lagi: Tetanus Formol
Toxoid (untuk wanita hamil) dan Dipteri Pertusis Tetanus (untuk
anak-anak).
Rencana Direktorat Jenderal P3M yang dipimpin dr Bahrawi
Wongsokusumo itu nampaknya memang cemerlang, meskipun seluruh
program pemberantasan dan pencegahan kelihatan masih pincang.
Untuk vaksinasi TFT dan DPT masih ada daerah yang belum bisa
melaksanakannya karena dihalangi kesulitan perhubungan. "Padahal
vaksin tersebut hanya tahan disimpan sampai 3 hari", kata dr
Nyoman Kumara Rai yang mengurusi bagian pelaporan di Ditjen P3M.
Daerah itu meliputi Irian Jaya. Sedangkan Kalimantan Barat,
Selatan dan Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah &
Utara, Aceh, Bengkulu, Jambi, Lampung dan Riau tidak melakukan
imunisasi dengan DPT. Sementara Nusa Tenggara Barat tidak
mendapat TFT.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini