Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Piring terbang, ada ?

Piring terbang atau unidentified flying objects (ufo) memang ada. menurut keterangan joseph allen hynek. berhasil dipotret di lepas pantai karawang. piring terbang berasal dari tata surya lain. (ilt)

12 Februari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRESIDEN Carter baru-baru ini mengaku pernah melihat "piring terbang", itu pesawat mahluk angkasa luar yang mulai dihebohkan sejak akhir 1940-an. Tapi benarkah ada mahluk angkasa luar dan piring terbang? "Benar", kata Prof. Joseph Allen Hynek (60 tahun) dalam wawancara di TVRI stasion Jakarta akhir tahun lalu. Hynek adalah sarjana atrofisika AS yang selama 24 tahun menyelidiki fenomena piring yang bisa terbang itu. Selain menjadi penasihat Dinas Intelijen Angkatan Udara AS, ia juga memimpin Pusat Penyelidikan UFO. Di kalangan ilmiah, piring terbang memang disebut sebagai UFO Unidentified Flying Objects), benda terbang yang tak dikenal. Meski bentuknya ada yang berupa cerutu, tapi lebih banyak berwujud piring atau cakram, hampir persis seperti dalam cerita komik Flash Gordon. Sampai saat ini, menurut Hynek, sudah tercatat 60.000 kasus pendaratan piring terbang di bumi. Yang menarik, cerita tentang piring terbang di Indonesia konon sudah menjadi buah bibir sejak seabad lalu. Dan sejak gunung Krakatau meletus, kabar-kabar tentang piring terbang amat sering terdengar. Pada zaman Jepang pun, kendaraan angkasa tak dikenal itu pernah pula menampakkan diri ketika pesawat B-29 AS membom tambang minyak Plaju. AS mengira itu senjata rahasia Jepang, sementara Jepang pun menduga sebagai senjata rahasia AS. Ini adalah salah satu contoh yang dituturkan oleh Laksda (U) J. Salatun, ketua LAPAN (Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional). Malah paling akhir, Nopember 1976 itu piring yang suka terbang berhasil dipotret di lepas pantai Karawang oleh Ir. Tony Hartono Rusman dari Atlantic Richfield Indonesia. Ketika itu film Kodak color Asa 80 dalam kamera Olympus Om-1 punya Tony tinggal satu-satunya. Ia sedang berfikir, apa yang sebaiknya dijepret. Jam 15.00 sore itu, ia berada di ketinggian 16 meter di atas permukaan laut, hingga bisa memandang ke arah luas. Perhatiannya tertambat pada tanker LP Arjunn Sakti yang mengapung di laut. Ketika ia lagi asyik membidikkan kamera, tiba-tiba sebuah titik tampak terbang dari arah laut ke arahnya dengan gerak sangat cepat tapi tanpa bunyi. Benda yang semakin mendekat itu, yang semula dikiranya pesawat terbang, ternyata tak bersayap. Dengan cepat ia setel speed menjadi 500 dengan diafragma 4. Lalu: jepret. Kini negatif foto Tony sudah disimpan oleh Prof. Hynek di Houston, AS, di antara koleksi foto-foto lain untuk penyelidikan. "Antara waktu datang dan menghilang, ada kira-kira cuma semenit" ungkap Tony kepada Said Muchsin dari TEMPO. Dan 10 hari kemudian, piring terbang itu muncul lagi di tempat yang sama. Sementara itu Salatun menyatakan bahwa data-data pengamatan para ahli membuktikan bahwa benda-benda aneh itu biasanya muncul pada jamjam 14.00-15.00 atau 19.00-21.00. "Yang jelas, itu pasti bukan pesawat biasa", tutur Marsekal Salatun yang juga ketua Perhimpunan Antariksa Indonesia (PAI). "Apabila pesawat biasa berani melakukan gerakan zigzag, pasti tubuh awak pesawatnya terkoyak-koyak". Sistim belokan pesawat yang lazim disebut G-Sorce itu, kecepatan belokan maksimumnya 6 G. Dan menurut analisa NASA (Lembaga Antariksa AS), belokan benda-benda aneh itu bisa mencapai ribuan G, tapi toh baik awak maupun pesawatnya tidak cidera. "Baik awak pesawat mengenakan pengaman atau tidak, itu tetap membuktikan bahwa teknologi mereka sudah luar biasa tinggi. Sedang kita bisa dibilang masih terlalu primitif", tambah Salatun. Lalu dari mana piring terbang itu datang? Sampai sekarang, para ahli belum mampu menduganya. Tampaknya akal manusia memang belum dibolehkan menjangkau. Tapi Prof Hynek berspekulasi: kalau tidak dari "dimensi lain" dari bumi kita, mungkin dari tatasurya yang lain. Mungkinkah manusia menelitinya? Jarak dari satu planet ke planet lain dalam tatasurya Bimasakti saja (tempat bumi, bulan dan matahari kita berada) sudah teramat jauh, apalagi antara tatasurya Bimasakti dengan tatasurya yang lain. Benar-benar gila. Sebab sebagai misal, jarak 'terdekat' antara matahari kita dengan planet Proxima Centauri adalah 4,3 tahun cahaya (kecepatan cahaya 300.000 kilometer/detik). Andai kita mengirim astronot ke Proxima, itu akan makan waktu 5.000 tahun. Beberapa piring terbang yang pernah mendarat di AS, dikabarkan bisa terbang lagi dengan amat cepat lalu lenyap dan sebentar kemudian tampak berada di tempat lain. Beberapa ahli berspekulasi, kecepatan yang luar biasa menakjubkan itu mungkin dicapai dengan cara 'menghilang' atau merubah diri dalam bentuk lain. Misteri seperti itu sangat menggoda Salatun. Ia menduga, "jangan-jangan yang kita hadapi adalah bayangan dari suatu kecerdasan yang diproyeksikan, tapi entah dari mana asalnya". Tapi kalau benar itu hanya sebuah proyeksi, mengapa tempat-tempat yang pernah dilandasi berubah warnanya menjadi keabubuan dan tak lagi bisa ditanami? Menyerap air pun tak bisa: air itu menambang seperti di daun keladi. Malah disinyalir tanah seperti itu mengandung radioaktif. Tapi kenapa pula udara kita tidak tercemar karenanya? Piring terbang, ternyata juga mampu menerobos wilayah-wilayah instalasi nuklir AS dan Rusia yang dijaga 24 jam terus-menerus. Demikian pula pangkalan-pangkalan militer dan tempat-tempat yang tergenang air seperti waduk, danau atau laut. Dari beberapa kasus pendaratan piring jenis itu, ternyata ada beberapa tempat yang rupanya menarik mahluk-mahluk angkasa luar itu. Misalnya pertambangan uranium dan pangkalan-pangkalan militer. Dan yang paling sering didatangi adalah instalasi atom. Tapi menurut Salatun, sampai kini belum tampak maksud-maksud tertentu dari mereka, kecuali maksud-maksud penelitian. Keajaiban lain ialah kemampuannya menyerap enerji sebuah benda. Misalnya apabila piring terbang berada di atas sebuah perahu motor, mendadak mesin perahu motor itu mati. Setelah piring terbang lenyap, mesin hidup kembali. Kemampuan seperti itu barangkali ada hitannya dengan keajaiban di laut Karibia, khususnya di "segitiga Bermuda". Berkali-kali pesawat atau kapal yang masuk ke sana, mesinnya mati lalu hilang tanpa bekas. Mungkinkah mahluk-mahluk angkasa luar itu memusatkan perhatiannya di laut Karibia?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus