PRESIDEN Carter baru-baru ini mengaku pernah melihat "piring
terbang", itu pesawat mahluk angkasa luar yang mulai dihebohkan
sejak akhir 1940-an. Tapi benarkah ada mahluk angkasa luar dan
piring terbang?
"Benar", kata Prof. Joseph Allen Hynek (60 tahun) dalam
wawancara di TVRI stasion Jakarta akhir tahun lalu. Hynek adalah
sarjana atrofisika AS yang selama 24 tahun menyelidiki fenomena
piring yang bisa terbang itu. Selain menjadi penasihat Dinas
Intelijen Angkatan Udara AS, ia juga memimpin Pusat Penyelidikan
UFO. Di kalangan ilmiah, piring terbang memang disebut sebagai
UFO Unidentified Flying Objects), benda terbang yang tak
dikenal. Meski bentuknya ada yang berupa cerutu, tapi lebih
banyak berwujud piring atau cakram, hampir persis seperti dalam
cerita komik Flash Gordon. Sampai saat ini, menurut Hynek, sudah
tercatat 60.000 kasus pendaratan piring terbang di bumi.
Yang menarik, cerita tentang piring terbang di Indonesia konon
sudah menjadi buah bibir sejak seabad lalu. Dan sejak gunung
Krakatau meletus, kabar-kabar tentang piring terbang amat
sering terdengar. Pada zaman Jepang pun, kendaraan angkasa tak
dikenal itu pernah pula menampakkan diri ketika pesawat B-29 AS
membom tambang minyak Plaju. AS mengira itu senjata rahasia
Jepang, sementara Jepang pun menduga sebagai senjata rahasia AS.
Ini adalah salah satu contoh yang dituturkan oleh Laksda (U) J.
Salatun, ketua LAPAN (Lembaga Antariksa dan Penerbangan
Nasional).
Malah paling akhir, Nopember 1976 itu piring yang suka terbang
berhasil dipotret di lepas pantai Karawang oleh Ir. Tony Hartono
Rusman dari Atlantic Richfield Indonesia. Ketika itu film Kodak
color Asa 80 dalam kamera Olympus Om-1 punya Tony tinggal
satu-satunya. Ia sedang berfikir, apa yang sebaiknya dijepret.
Jam 15.00 sore itu, ia berada di ketinggian 16 meter di atas
permukaan laut, hingga bisa memandang ke arah luas. Perhatiannya
tertambat pada tanker LP Arjunn Sakti yang mengapung di laut.
Ketika ia lagi asyik membidikkan kamera, tiba-tiba sebuah titik
tampak terbang dari arah laut ke arahnya dengan gerak sangat
cepat tapi tanpa bunyi. Benda yang semakin mendekat itu, yang
semula dikiranya pesawat terbang, ternyata tak bersayap. Dengan
cepat ia setel speed menjadi 500 dengan diafragma 4. Lalu:
jepret.
Kini negatif foto Tony sudah disimpan oleh Prof. Hynek di
Houston, AS, di antara koleksi foto-foto lain untuk
penyelidikan. "Antara waktu datang dan menghilang, ada kira-kira
cuma semenit" ungkap Tony kepada Said Muchsin dari TEMPO. Dan
10 hari kemudian, piring terbang itu muncul lagi di tempat yang
sama. Sementara itu Salatun menyatakan bahwa data-data
pengamatan para ahli membuktikan bahwa benda-benda aneh itu
biasanya muncul pada jamjam 14.00-15.00 atau 19.00-21.00.
"Yang jelas, itu pasti bukan pesawat biasa", tutur Marsekal
Salatun yang juga ketua Perhimpunan Antariksa Indonesia (PAI).
"Apabila pesawat biasa berani melakukan gerakan zigzag, pasti
tubuh awak pesawatnya terkoyak-koyak". Sistim belokan pesawat
yang lazim disebut G-Sorce itu, kecepatan belokan maksimumnya 6
G. Dan menurut analisa NASA (Lembaga Antariksa AS), belokan
benda-benda aneh itu bisa mencapai ribuan G, tapi toh baik awak
maupun pesawatnya tidak cidera. "Baik awak pesawat mengenakan
pengaman atau tidak, itu tetap membuktikan bahwa teknologi
mereka sudah luar biasa tinggi. Sedang kita bisa dibilang masih
terlalu primitif", tambah Salatun.
Lalu dari mana piring terbang itu datang? Sampai sekarang, para
ahli belum mampu menduganya. Tampaknya akal manusia memang belum
dibolehkan menjangkau. Tapi Prof Hynek berspekulasi: kalau tidak
dari "dimensi lain" dari bumi kita, mungkin dari tatasurya yang
lain. Mungkinkah manusia menelitinya? Jarak dari satu planet ke
planet lain dalam tatasurya Bimasakti saja (tempat bumi, bulan
dan matahari kita berada) sudah teramat jauh, apalagi antara
tatasurya Bimasakti dengan tatasurya yang lain. Benar-benar
gila.
Sebab sebagai misal, jarak 'terdekat' antara matahari kita
dengan planet Proxima Centauri adalah 4,3 tahun cahaya
(kecepatan cahaya 300.000 kilometer/detik). Andai kita mengirim
astronot ke Proxima, itu akan makan waktu 5.000 tahun.
Beberapa piring terbang yang pernah mendarat di AS, dikabarkan
bisa terbang lagi dengan amat cepat lalu lenyap dan sebentar
kemudian tampak berada di tempat lain. Beberapa ahli
berspekulasi, kecepatan yang luar biasa menakjubkan itu mungkin
dicapai dengan cara 'menghilang' atau merubah diri dalam bentuk
lain. Misteri seperti itu sangat menggoda Salatun. Ia menduga,
"jangan-jangan yang kita hadapi adalah bayangan dari suatu
kecerdasan yang diproyeksikan, tapi entah dari mana asalnya".
Tapi kalau benar itu hanya sebuah proyeksi, mengapa
tempat-tempat yang pernah dilandasi berubah warnanya menjadi
keabubuan dan tak lagi bisa ditanami? Menyerap air pun tak
bisa: air itu menambang seperti di daun keladi.
Malah disinyalir tanah seperti itu mengandung radioaktif. Tapi
kenapa pula udara kita tidak tercemar karenanya? Piring terbang,
ternyata juga mampu menerobos wilayah-wilayah instalasi nuklir
AS dan Rusia yang dijaga 24 jam terus-menerus. Demikian pula
pangkalan-pangkalan militer dan tempat-tempat yang tergenang air
seperti waduk, danau atau laut.
Dari beberapa kasus pendaratan piring jenis itu, ternyata ada
beberapa tempat yang rupanya menarik mahluk-mahluk angkasa luar
itu. Misalnya pertambangan uranium dan pangkalan-pangkalan
militer. Dan yang paling sering didatangi adalah instalasi atom.
Tapi menurut Salatun, sampai kini belum tampak maksud-maksud
tertentu dari mereka, kecuali maksud-maksud penelitian.
Keajaiban lain ialah kemampuannya menyerap enerji sebuah benda.
Misalnya apabila piring terbang berada di atas sebuah perahu
motor, mendadak mesin perahu motor itu mati. Setelah piring
terbang lenyap, mesin hidup kembali. Kemampuan seperti itu
barangkali ada hitannya dengan keajaiban di laut Karibia,
khususnya di "segitiga Bermuda". Berkali-kali pesawat atau kapal
yang masuk ke sana, mesinnya mati lalu hilang tanpa bekas.
Mungkinkah mahluk-mahluk angkasa luar itu memusatkan
perhatiannya di laut Karibia?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini