ARDIAN Angga Pramudya jauh lebih montok dari bayi normal yang berjejer di sebelah tempat ia dirawat. Beberapa ibu gemas melihat bayi berkulit putih dengan berat 6,87 kilogram dan panjang 69 sentimeter itu. Ukuran tersebut di atas rata-rata bayi normal yang lahir di Indonesia: biasanya 2,5- kg. Putra kedua Sri Kushardiati ini lahir lewat operasi Caesar, di RS Brayat Minulya, Solo, Selasa pekan lalu. Ardian disebut oleh ibu-ibu yang menjenguknya sebagai bayi raksasa (lihat juga Mini Berusia Setahun). Bayi ini, menurut Dokter Tedjo Danudjo Oetamo yang menangani proses kelahirannya, bukan menderita gigantisme penyakit yang membuat pertumbuhan tubuh menjadi seperti raksasa. Ia ini "jumbo" karena pengaruh diabetes yang diderita ibunya. Pada bayi gigantis, lazimnya, organ kepalanya tak proporsional dengan pertumbuhan anggota tubuhnya yang lain. Ardian tumbuh normal. Ibu yang mengidap diabetes, menurut Prof. Slamet Suyono, berpengaruh bagi pertumbuhan janin di kandungannya. Penyakit itu mengakibatkan gula darah dalam tubuh si ibu berlebihan, sehingga produksi insulin yang berfungsi mengubah gula darah menjadi energi menjadi kurang. Dengan sendirinya gula darah yang berlebihan dari seorang ibu hamil itu akan tersalur ke janinnya, lewat plasenta. Gula darah yang masuk ke tubuh janin tadi, menurut dokter ahli diabetes dari FK Universitas Indonesia itu, merangsang pankreas janin memproduksi insulin secara berlebihan. Berarti gula darah yang masuk bisa dimanfaatkan maksimal oleh janin, dan kemudian dengan bantuan insulin, bahan tadi diubah menjadi energi. Tumpukan energi itu akan menyebabkan timbunan protein, lemak, dan otot yang berlebihan dalam tubuh janin. "Akibatnya, pertumbuhan janin di rahim jadi luar biasa pesat," kata ahli penyakit dalam ini kepada wartawan TEMPO Taufik Alwie. Bayi yang lahir jumbo, menurut Slamet, tak hanya karena ibunya menderita diabetes. Kemungkinan lain karena masa kehamilannya lama, lebih dari 9 bulan 10 hari. Atau, si ibu mempunyai kelainan hormon pertumbuhan, serta faktor keturunan. Jumbo itu bisa juga karena si ibu amat rakus ketika hamil. Ardian nongkrong 9 bulan 20 hari dalam kandungan ibunya. Di saat hamil, ternyata kebiasaan makan Sri Kushardiati, 32 tahun, biasa-biasa saja. "Menurut hasil pemeriksaan dokter, saya ini mengidab diabetes," katanya. Kadar gula darahnya di atas 200 mg persen. Bayi yang lahir dari ibu diabetes, menurut Slamet, biasanya kekurangan kadar gula darah (hipoglukemia) dan kegagalan bernapas (respiratory distress syndrome). Hipoglukemia muncul karena bayi itu tidak mendapat suplai gula darah lagi dari ibu. Padahal, produksi insulin, ketika janin, telanjur berlimpah. Sedangkan terjadinya kegagalan bernapas adalah sebagai efek membanjirnya insulin, dan akan menghambat kematangan jaringan paru-paru janin. Setelah lahir, bayi raksasa sering mengalami kejang dan sesak napas. "Jika kedua efek tersebut tidak cepat diantisipasi, bisa mengakibatkan kematian," Slamet menambahkan. Hingga kini kondisi Ardian tampaknya membaik. Menginjak hari keempat, berat badannya berkurang 170 gram. Gula darahnya juga menaik. Kondisi gula darahnya, menurut Subagyo, kini mencpai 69 mg persen. Normalnya: 50-110 mg persen. "Ini bukti bahwa pertumbuhan Ardian bisa normal," kata dokter yang merawat bayi tersebut. Lima tahun lalu di RS dr. Sutomo Surabaya juga pernah lahir bayi raksasa. Beratnya 6,4 kilogram (TEMPO, 3 Oktober 1987). Bayi itu hingga kini tumbuh sehat seperti anak normal lainnya. Gatot Triyanto dan Kastoyo Ramelan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini