Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Social Smoker Merokok Hanya Saat Nongkrong, Benarkah Awal Mula Menuju Kecanduan ?

Social smoker ialah orang yang merokok hanya saat berkumpul. Misalnya di pub, bar, klub malam, atau acara musik dibandingkan saat sendirian.

26 Januari 2023 | 16.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Foto remaja putri merokok di Instagram Ridwan Kamil. Instagram.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Social smoker ialah istilah untuk orang yang merokok hanya saat beramai-ramai. Situasi dimana seseorang berada menjadi pemicu penggunaan tembakau. Misalnya saat nongkrong bresama teman-teman di pub, bar, klub malam, atau acara musik dibandingkan saat sendirian.

Dilansir dari umt.edu, sebagian besar dari social smoker ialah dewasa muda. Mereka mungkin tidak menganggap diri mereka perokok dan tampaknya tidak kecanduan nikotin. Para social smoker cenderung percaya diri dengan kemampuan mereka untuk berhenti.

Berbeda dengan perokok aktif yang memang kecanduan menghisap rokok setiap hari, social smoker mampu hidup tanpa rokok berhari-hari hingga berminggu-minggu.

Baca: Cukai Rokok Naik, Ini Fasilitas yang Bisa Dibangun Pakai Duit Pungutan Tembakau 

Namun saat ada momen berkumpul dengan rekan-rekannya yang perokok, di sanalah mereka juga membakar rokoknya. Bagi social smoker, mereka lebih baik merokok dibandingkan termenung diam saat berkumpul bersama kawan-kawannya. 

Social smoker cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menghabiskan sebungkus rokok. Bisa satu minggu, satu bulan, hingga beberapa bulan tergantung intensitas waktu berkumpul bersama teman-temannya. Tidak jarang pula, social smoker sebatas meminta sebatang rokok ke temannya.

Banyak perokok aktif yang lahir dari social smoker. Ada saat dimana mereka tidak dapat membatasi atau berhenti merokok kapan pun mereka mau. 

Penelitian terbaru menunjukkan social smoker tidak menutup kemungkinan kecanduan dan menjadi perokok aktif. Sebuah studi oleh University of Wisconsin pada 2004 yang diterbitkan dalam jurnal American Psychological Association Health Psychology menemukan, hampir 90 persen mahasiswa yang merupakan perokok harian dan 50 persen social smoker masih merokok empat tahun kemudian. 

Artinya dapat disimpulkan salah bahwa kebanyakan orang remaja yang merokok dapat dengan mudah berhenti menggunakan tembakau dalam beberapa tahun kedepan.

ANNISA FIRDAUSI 

Baca: 3 Fakta di Balik Larangan Penjualan Rokok Batangan 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus