PRESIDEN U Ne Win membuat kejutan. Dalam sidang terakhir Kongres
IV Partai Program Sosialis Birma (PPSB), ia mengumumkan akan
mengundurkan diri sebagai kepala negara Oktober mendatang. Ia
rupanya sadar kesehatannya sering terganggu dalam usia 70 tahun.
"Saya sengaja memilih saat yang istimewa ini meminta izin untuk
mengundurkan diri, demi lancarnya pergantian kekuasaan," ujar Ne
Win.
Sehari sebelumnya (7 Agustus) Ne Win masih terpilih kembali
sebagai Ketua Umum PPSB. Dengan kedudukannya di partai, ia
diduga akan tetap sebagai orang paling berkuasa di Birma
meskipun tanpa embel-embel kepala negara. Hal ini terlihat dari
kemenangan yang dicapainya dalam pemilihan ketua umum. la
berhasil merebut suara terbanyak. Keberhasilan Ne Win
mengadakan rekonsiliasi dengan lawan politiknya telah membuat
dirinya masih disukai.
Sejak diumumkannya pengampunan umum (Mei 1980) oleh Ne Win,
banyak lawan politiknya ataupun pemberontak yang menyerah.
Bahkan lawan utamanya, yaitu bekas PM U Nu, yang tinggal di
pengasingannya di India, juga kembali ke Rangoon tahun lalu
memenuhi panggilan Ne Win. Meskipun tanpa sambutan meriah,
kembalinya tokoh pejuang kemerdekaan Birma itu sempat
menimbulkan tanda tanya besar. Soalnya U Nu pernah memimpin
gerakan perlawanan di pengasingan, yang bermarkas di Bangkok,
untuk menggulingkan Ne Win.
Sikap terbuka ne Win ini ternyata mendapat sambutan hangat.
Menurut iaporan resmi, 2189 orang pemberontak (komunis maupun
nonkomunis) menyerah. Dan laporan Komite Sentral PPSB yang
dibacakan di kongres itu mengatakan bahwa kegiatan kaum
pemberontak semakin ciut ruang geraknya. Sementara itu
pemerintah juga berhasil mendesak sisa kelompok pemberontak
mendekati tapal batas. Namun yang mempersulit penyelesaian
adalah campur tangan negara asing yang melindungi pemberontak.
U Ne Win, lahir di Paunglade, Birma, Mei 1911. Ia juga dikenal
dengan nama Thakin Shu Maung. Belum lagi selesai studinya di
Universitas Rangoon, 1931, ia sudah bergabung dengan gerakan
nasionalis Dobama Asi-ayone (Persatuan Kami Birma). Dan tahun
1936, ia bergabung dalam gerakan kemerdekaan melawan Inggris.
Tapi ketika Jepang menduduki Birma selama Perang Dunia Il, Ne
Win bergabung dengan tentara Jepang. Ia sempat mendapat latihan
tentara Jepang di Taiwan bersama pemimpin kemerdekaan Birma,
Aung San. Sempat pula ia menjadi Panglima Tentara Nasional Birma
yang disponsori Jepang.
Namun dalam perkembangannya kemudian Ne Win mulai sadar bahwa
janji kemerdekaan yang ditawarkan Jepang hanyalah mimpi. Ia
sejak itu membantu perlawanan bawah tanah menentang Jepang.
Ketika Birma merdeka, 4 Januari 1948, Ne Win diangkat sebagai
Panglima Tentara Birma. Sejak itu ia menonjol tidak hanya di
kalangan militer tapi juga dl kalangan politik.
Maka ketika Kabinet U Nu Tumbang karena mosi tidak percaya di
parlemen, 1958, Ne Win muncul sebagai penjabat (caretaker)
perdana menteri. U Nu waktu itu dituduh bdak mampu menyelesaikan
masalah ekonomi dan sosial yang sedang gawat. Ne Win diharapkan
akan bisa menyelesaikan persoalan. Tapi setelah terbentuknya
pemerintahan parlementer yang baru, 1960, Ne Win mengundurkan
diri.
Kemudian ia rupanya tak sabar melihat cara yang ditempuh kabinet
parlementer dalam menyelesaikan berbagai masalah. Terutama
setelah meletusnya berbagai pemberontakan suku. Ia melakukan
kudeta tak berdarah terhadap pemerintahan U Nu, Maret 1962. Dan
dalarib pembersihan terhadap lawan politiknya ia sempat
memenjarakan U Nu selama 7 tahun. Ne Win kemudian mendirikan
Dewan Revolusi Persatuan Birma, yang sebagian besar anggotanya
dari angkatan bersenjata.
Ia juga kemudian mengumumkan berlakunya Sosialisme a la Birma,
yaitu program nasionalisasi perusahaan asing di bawah
kepemimpinan militer. Sebagai tindak lanjut dari nasionalisasi
itu, ia juga berhasil menghancurkan dominasi ekonomi perantau
Cina dan India. Berhasil pula ia mengusir sekitar 300.000
keturunan asing dari Birma.
Di samping tindakan ekonomi yang legitu radikal, ia juga
membubarkan partai-partai. Satu-satunya partai politik yang
boleh bergerak adalah Partai Program Sosialis Birma, yang
didirikannya setelah berlangsungnya kudeta 1962 itu.
Namun upaya Ne Win menumpas pemberontakan di dalam negerinya
ternyata tak mudah. Apalagi pemberontakan suku itu menuntut hak
otonomi, sementara ia menghadapi Partai Komunis Birma yang
berada di sekitar perbatasan dengan Muangthai.
Suatu tantangan berat dihadapinya ketika tahun 1979 terjadi
pengungsian besar-besaran orang Islam Birma ke Bangladesh. Waktu
itu sekitar 200.000 orang Islam lari ke Bangladesh karena merasa
tertindas.
Mungkin karena itu pula Ne Win yang dulunya terkenal dengan
garis keras mulai memperlembut tindakannya. Ia bahkan memberikan
santunan berupa pensiun terhadap bekas lawan politiknya. Bekas
PM U Nu, 74 tahun, yang sekarang akti dalam kegiatan agama
Budha mendapat pensiun sebesar Rp 16.325 sebulan. Suatu jumlah
yang cukup lumayan buat orang Birma dengan pendapatan per kapita
hanya US$ 134 setahun. Ne Win tak melupakan mereka yang pernah
berjasa terhadap Birma.
"Usia suatu zaman bisa berlangsung beratus-ratus tahun, tapi
masa hidup manusia terbatas sekali," ujar Ne Win. Maka, bagaikan
menasihati rekan-rekannya, ia mengingatkan: "Lebih baik
melaksanakan pergantian kekuasaan pada saat yang anda pilih
sendiri tanpa menunggu keadaan yang memaksa anda harus
melakukannya." Suatu nasihat yang baik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini