Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Sumbangan Cempe bagi Pasien Kanker

Ekstrak timus kambing muda bisa digunakan untuk alternatif pengobatan kanker. Diberikan kepada pasien kanker stadium lanjut, ekstrak timus bermanfaat untuk mengurangi penderitaan pasien.

21 Oktober 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AREK Suroboyo dikenal paling doyan makan cempe. Santapan daging kambing muda itu biasanya disajikan berupa sate atau rawon. Nah, siapa sangka cempe tak hanya bisa diolah menjadi makanan yang lezat. Lebih dari itu, kambing muda (berusia sekitar 3 bulan) juga bisa dimanfaatkan untuk pengobatan alternatif kanker. Hal itu dibuktikan Koosnadi Saputra melalui serangkaian percobaan kepada sejumlah pasien. Menurut dokter yang juga praktisi pengobatan alternatif tersebut, pengidap kanker bisa diobati dengan ekstrak timus kambing muda. November mendatang, Koosnadi pun bakal menjual obat yang diolah dari ekstrak timus kambing muda itu. Sebenarnya apa yang disebut sebagai timus? Timus adalah kelenjar hormon (endokrin) yang terletak di tepi tenggorokan (trakea), yang terdapat pada setiap mamalia. Kelenjar itu berfungsi menangkal bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh mamalia di usia muda. Sebagaimana diketahui, sistem kekebalan tubuh mamalia (termasuk manusia) ada dua jenis: sistem kekebalan tubuh natural dan adaptif. Nah, timus adalah bagian dari sistem daya tahan tubuh natural. Pada saat mamalia baru lahir, ukuran timus mencapai puncaknya karena sistem daya tahan adaptifnya belum terbentuk. Lambat-laun, seiring dengan makin kuatnya daya tahan tubuh adaptif, ukuran dan fungsi timus menyusut dan akhirnya hilang sama sekali pada saat mamalia mencapai usia enam bulan. Namun, Koosnadi?yang juga ahli akupunktur dan menjadi penanggung jawab klinik pengobatan alternatif di Yayasan Wisnuwardhana, Surabaya, yang banyak mengembangkan terapi kanker alternatif?menyayangkan hilangnya sel-sel timus itu. Soalnya, kelenjar tersebut ternyata memiliki kesaktian membantai sel kanker. Rahasia kesaktian itu ada pada sel limfosit T di dalam timus yang berfungsi mempercepat pematangan sel darah putih. Sel itu juga berfungsi sebagai bala tentara untuk mencari dan memakan sel-sel asing (fagositosis) yang masuk ke dalam tubuh, termasuk sel kanker. Namun, jumlah sel limfosit T pada tubuh orang dewasa sangat terbatas. Karena itu, untuk memerangi kanker, tubuh manusia harus dirangsang dan dibantu menciptakan sel-sel limfosit T dalam jumlah berlipat ganda. Hal itu bisa dilakukan dengan mengonsumsi ekstrak timus. Di Amerika Serikat dan Cina, terapi kanker menggunakan timus juga sudah dikenal. Di sana, ekstrak dibuat dari timus sapi muda karena sapi pejantan biasanya memang dipotong ketika berusia di bawah enam bulan. Di sini, Koosnadi kesulitan menggunakan bahan yang sama karena tak ada sapi?baik jantan maupun betina?yang dipotong di usia muda. Koosnadi kemudian mengadaptasikannya dengan cempe yang biasa dikonsumsi masyarakat. Untuk mengumpulkan timus, Yayasan Wisnuwardhana menjalin kerja sama dengan berbagai tempat pemotongan hewan. Timus tersebut kemudian diolah dan menghasilkan ekstrak berisi protein berukuran mikro yang bisa langsung masuk tubuh. ?Dan tanpa mengundang penolakan dari tubuh sendiri karena ukurannya yang kecil,? ujar Koosnadi. Protein inilah yang kemudian akan merangsang tubuh memproduksi sel limfosit T sebanyak-banyaknya. Manfaat protein ini tak bisa diperoleh bila timus langsung dikonsumsi dalam bentuk sate atau rawon. Sebab, sel limfosit T tidak tahan panas sehingga akan rusak bila timus dimasak menjadi sate atau makanan lainnya. Di kliniknya, Koosnadi memberikan ekstrak timus itu kepada para penderita kanker stadium lanjut, yang sudah tak punya harapan lagi. ?Hasilnya bagus. Mereka bisa bekerja kembali dan tak lagi merasakan nyeri-nyeri,? kata Koosnadi. Ekstrak timus memang lebih pas bagi terapi kanker tahap lanjut yang pengobatannya bersifat paliatif, yang lebih bertujuan meringankan penderitaan ketimbang meyembuhkan. Meski begitu, ekstrak timus bisa pula diberikan kepada pasien kanker tahap dini sebagai obat pelengkap kemoterapi. Gunanya adalah meminimalisasi efek samping berupa rasa nyeri dan penurunan daya tahan tubuh akibat terapi itu. Di Surabaya, kata Koosnadi, sudah ratusan penderita kanker yang ia terapi dengan pem-berian ekstrak timus. ?Dengan sepuluh kali pemberian kapsul timus, masing-masing 2 miligram, rata-rata kondisi pasien membaik,? ujarnya. Namun, Koosnadi tak menampik bahwa ada sebagian pasiennya yang tidak menunjukkan perubahan berarti setelah mendapatkan pengobatan ekstrak timus. Keberhasilan terapi biologis memang sangat bergantung pada kondisi dan reaksi tubuh pasien. ?Kalau sel darahnya sudah tidak bisa dirangsang untuk memproduksi sel limfosit T, akhirnya pemberian timus pun sia-sia,? katanya. Menurut Sjamsuridjal Djauzi, Direktur Pelayanan Medis Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, obat alternatif semacam ekstrak timus dan sirip ikan hiu memang biasa digunakan pasien kanker kronis. Namun, obat alternatif itu sebetulnya tidak membunuh sel kanker, tapi hanya meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan selera makan, dan membuat pasien merasa lebih nyaman. Dengan demikian, kualitas hidup pasien diharapkan meningkat dan bisa menghadapi saat-saat akhir dalam kehidupannya dengan baik. Karena itu, di RS Dharmais pun Sjamsuridjal membolehkan pasien kanker tahap lanjut menggunakan berbagai obat alternatif seperti tanaman obat atau sirip ikan hiu. Nugroho Dewanto, Mardiyah Chamim, Wahyu Dhyatmika (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus