Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Umumnya masyarakat Indonesia, terutama anak laki-laki, melakukan sunat atau khitan di usia ketika mereka beranjak remaja. Namun ada juga yang melakukan khitan di usia lebih muda maupun lebih tua, karena alasan tertentu. Bagi sebagian orang tua yang hendak menyunatkan anaknya, mungkin bertanya-tanya kapan sebaiknya waktu yang tepat untuk melakukannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum membahas lebih lanjut, perlu diketahui bahwa sunat atau khitan sendiri merupakan tradisi turun-temurun dari zaman sebelum Masehi. Dalam dunia medis, sunat disebut juga dengan sirkumsisi atau circumcision, yaitu operasi ringan untuk membuang sebagian dari kulit terluar di ujung kelamin laki-laki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sunat sendiri memiliki beberapa manfaat seperti mengurangi sejumlah risiko kesehatan seperti infeksi Penyakit Menular Seksual atau PMS, infeksi saluran kencing, dan menghindari sejumlah penyakit lainnya. Selain itu, sunat juga dapat menjaga kebersihan alat kelamin.
Melansir dari laman rspermata.co.id, sejumlah penelitian telah dilakukan untuk menentukan kapan waktu terbaik melakukan disunat. Salah satu penelitian yang dilakukan di Erzincan University of Medical Sciences, Turki pada tahun 2014, terhadap 603 anak disunat.
Populasi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok di bawah 1 tahun, kelompok antara 1 hingga 7 tahun, dan kelompok di atas 7 tahun. Faktor-faktor yang dinilai dalam penelitian ini yaitu penggunaan obat bius, waktu untuk bangun setelah pembiusan, komplikasi, durasi perawatan dan biaya.
Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa usia di bawah 1 tahun (saat bayi) merupakan waktu yang paling baik untuk sunat. Meskipun hampir semua anak kurang dari 1 tahun dapat dibius dengan midazolam saja, sebagian besar anak usia lebih dari 1 tahun memerlukan ketamin atau anestesi umum.
"Melakukan sunat ketika anak berusia kurang dari 1 tahun mengurangi risiko komplikasi akibat anestesi dan menurunkan biaya dibandingkan dengan melakukan prosedur pada anak yang lebih besar,” begitu bunyi laporan penelitian yang diunggah di laman ncbi.nlm.nih.gov tersebut.
Sunat di usia tersebut dapat mengurangi risiko saluran kemih yang sering terjadi pada anak yang belum disunat, oleh karena itu semakin cepat anak disunat, maka risiko tersebut semakin berkurang. Selain itu, sunat di usia dini juga dapat mengurangi risiko penyakit kulit, yang mungkin terjadi akibat kelamin tidak bersih karena belum disunat.
Bagi masyarakat Indonesia, sunat di usia sedini itu dianggap terlalu berisiko, padahal faktanya malah sebaliknya. Sunat di usia di bawah satu tahun dapat mengurangi risiko fimosis, yaitu kondisi di mana kulit kepala alat kelamin tidak dapat ditarik yang kerap terjadi pada anak di usia 3 tahun.
Meskipun kondisi ini kerap dialami oleh anak laki-laki, jika dibiarkan akan menyebabkan penis nyeri dan bengkak. Fimosis dapat dicegah dengan melakukan sunat di bawah usia tiga tahun.
Menyunatkan anak ketika masih bayi juga tidak harus menunggu mental si anak siap, apalagi biaya perawatan lebih hemat serta penanganannya tidak terlalu sulit. Tak sedikit anak di usia sekolah yang merasa takut dan belum siap untuk disunat. Drama ini dapat dilewati jika anak telah disunat ketika ia masih bayi.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga: Manfaat Sunat Dewasa, Cegah Penyakit Menular