Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Self love adalah kondisi ketika diri merasa layak untuk dicintai dan diprioritaskan. Psikolog klinis Inez Kristanti membagikan sejumlah kiat konkret yang bisa dilakukan dalam keseharian untuk melatih self love atau mencintai diri sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika orang belum mampu merasakan kelayakan tersebut, paling tidak ia memiliki kemauan untuk memotivasi diri sendiri untuk merasakan hal tersebut. Inez mengakui konsep self love tampak mudah ketika dibicarakan namun lebih sulit dan menjadi tantangan tersendiri ketika dijalankan setiap hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Siapa pun kita, apapun latar belakang, masa lalu, bentuk badan, kita semua itu berharga dan layak untuk dicintai,” ujar psikolog lulusan Universitas Indonesia itu.
Ia menegaskan self love merupakan perjalanan dalam hidup manusia yang akan selalu berproses dan tidak pernah selesai. Konsep mencintai diri sendiri hendaknya tidak dijadikan sebagai tujuan hidup.
“Ada masanya mungkin kita merasa down, butuh teman-teman untuk lebih menyemangati, atau butuh hal-hal lain untuk bisa membuat kita melihat diri sendiri secara lebih positif dan mengapresiasi. Kadang itu susah, tapi tidak apa-apa,” katanya.
Pada dasarnya, manusia mustahil untuk selalu merasa dan berpikir positif, bahkan ada kalanya menjadi sulit untuk melihat hal-hal positif di dalam diri sendiri
“Jadi, yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan usaha, misalkan langkah-langkah apa yang bisa dilakukan untuk mengingatkan kepada diri sendiri bahwa kita berharga,” tutur psikolog yang berpraktik di Angsamerah Institution itu.
Berikut empat hal konkret yang bisa dilakukan untuk belajar dan melatih self love menurut Inez.
Mendengar kebutuhan diri sendiri
Untuk memberi gambaran perihal ini, Inez menganalogikan tubuh dan jiwa manusia seperti ponsel yang kadang kala mengalami kondisi kehabisan daya sehingga membutuhkan waktu untuk mengisi ulang energi dan mengistirahatkannya.
“Kalau baterai handphone low-bat, kita panik, kan? Kenapa kalau diri sendiri low-bat dibiarkan? Kita juga dalam tanda kutip ada baterainya, butuh di-charge juga dengan hal-hal yang mungkin bisa meningkatkan energi dan membuat kita jadi lebih beristirahat,” katanya.
Ia menegaskan pentingnya mendengarkan kebutuhan diri sendiri dan mampu memenuhi kebutuhan tersebut, dimulai dengan hal yang paling sederhana, seperti kualitas tidur harian. Selain itu, ia juga menyarankan agar orang bisa memisahkan dan mengatur lebih bijak antara jam kerja dengan jam istirahat.
“Memisahkan mana jam kerja dan istirahat itu adalah salah satu contoh mendengarkan kebutuhan diri sendiri yang bisa didisiplinkan di kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Berani bilang tidak
Menurut Inez, berkata “tidak” atau menolak permintaan bantuan dari orang lain bukan berarti mengindikasikan seseorang jahat atau tidak baik. Ada kalanya kita memberi batasan pada diri sendiri ketika merasa tidak mampu untuk menolong atau memenuhi permintaan orang lain. Ia mengingatkan ketika hendak menolak permintaan orang lain sebaiknya menggunakan komunikasi yang lebih asertif dengan sopan dan tegas sehingga lawan bicara tidak merasa tersinggung.
Pentingnya me time
“Me time ini sebetulnya tidak membutuhkan waktu yang lama dan panjang. Boleh beberapa menit saja untuk melakukan sesuatu yang memang untuk diri sendiri. Yang dilakukan itu memang karena kita mau, bukan karena harus,” kata Inez.
Me time bisa dilakukan dalam bentuk apapun. Setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda untuk menikmati waktu. Menurut Inez, me time bermanfaat untuk kesehatan mental diri sendiri sebab tidak selamanya hidup hanya dilakukan untuk orang lain.
Memisahkan hal-hal yang bisa diubah dan tidak
Biasanya, banyak kasus orang mengalami overthinking atau berpikir berlebihan terkait hal-hal yang tidak bisa diubah atau di luar kendali diri sendiri.
“Misalkan, situasi pandemi ini. Pandemi selesainya kapan, kita juga tidak bisa ubah, tidak bisa kendalikan. Tapi, kita bisa melakukan hal-hal apa yang bisa diubah, lalu kita pisahkan,” jelas Inez.
Ia menyarankan untuk menuliskan dalam kolom terpisah daftar apa saja apa yang berada di bawah kendali pada sisi kolom kiri dan apa saja yang ada di luar kendali pada sisi kolom kanan.
“Pisahkan kedua hal itu dan fokus ke hal-hal yang ada di bawah kendali. Kalau misalkan kita tidak memisahkan ini, kepala jadi ruwet sehingga tidak terlalu merasa bahagia. Dengan memisahkan keduanya, ini juga bisa jadi bentuk self love,” ujar Inez.