Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Daun Katuk Memang Berkhasiat |
Para ibu yang tengah menyusui pasti tidak asing dengan daun katuk. Sayuran yang biasa dimasak menjadi sayur bening itu biasa dianjurkan para orang tua untuk ibu menyusui agar produksi asir susu ibu (ASI) lancar. Memang tak salah. Bukan hanya secara tradisional, secara ilmiah pun bisa dibuktikan bahwa daun bernama latin Sauropus androgynus itu memang ampuh melancarkan ASI.
Adalah Mangestuti Agil, pengajar di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, yang meneliti khasiat daun katuk. Akhir Mei lalu, Mangestuti mempresentasikan penelitian yang merupakan disertasi doktornya. Percobaan yang dilakukan pada induk mencit memperlihatkan sel glandula mammae (kelenjar yang memproduksi cairan susu) induk mencit yang diberi daun katuk berkembang lebih maksimal. Selanjutnya, anak mencit yang induknya diberi ekstrak daun katuk berbobot lebih berat daripada anak mencit yang induknya tidak diberi katuk.
Dari uji laboratorium, Mangestuti menemukan senyawa steroid dalam daun katuk yang berfungsi meningkatkan hormon estrogen. Hormon inilah yang berperan menggenjot produksi air susu. Namun, Mangestuti belum bisa menentukan zat aktif dalam daun katuk. "Butuh penelitian lebih panjang," katanya kepada Zed Abidien dari TEMPO.
Sebenarnya ini bukan penelitian yang barumeski begitu tetap penting diketahui publik. Sebelumnya, 1994, Sardjono Santoso, guru besar farmakologi Fakultas Kedokteran UI, juga meneliti daun katuk. Selama 3 pekan, ekstrak daun katuk dimasukkan ke dalam lambung induk kambing melalui kateter. Terbukti, mutu air susu kambing tetap tapi kuantitasnya meningkat sampai 1,5 kali. Pada 1996, Sardjono mengemas ekstrak daun katuk dalam bentuk tablet. Sayangnya, ukuran tablet masih terlalu besar, diameternya 1,4 sentimeter. Bila senyawa aktif dapat ditemukan, tablet katuk mungkin bisa dikemas dalam ukuran yang jauh lebih kecil dan praktis.
Mencegah Si Pencuri Tulang |
Keropos tulang adalah the silent thief. Tanpa disadari pende-rita, penyakit yang disebut osteoporosis ini bakal menggerogoti atau mematahkan tulang paha, pergelangan tangan, atau punggung. "Kejahatan" osteoporosis itulah yang antara lain menjadi topik penting dalam Simposium Osteoporosis yang digelar Perkumpulan Menopause Indonesia (Permi), di Jakarta, awal bulan ini.
Sebenarnya, penduduk Indonesia relatif aman dari osteoporosis ketimbang penduduk negara empat musim. Limpahan sinar matahari yang bervitamin D menyumbang penguatan tulang. Namun, karena warga Indonesia masih jarang mengonsumsi sususumber kalsiumkeropos tulang banyak terjadi. Minimnya konsumsi susu akan jadi masalah bagi wanita menopause yang rentan terhadap serangan keropos tulang.
Selama ini, penanganan osteoporosis bersandar pada terapi hormon estrogen plus progesteron. Hormon, terutama estrogen, antara lain berfungsi menjaga kesinambungan pembentukan sel tulang. Dengan anjloknya kadar hormon, proses penghancuran jauh lebih cepat ketimbang pembentukan sel tulang. Alhasil, tulang meregang, rapuh, atau patah.
Apakah osteoporosis hanya bisa dilawan dengan terapi hormonal? Belakangan, ternyata banyak pula ditawarkan pil osteoporosis. Jenis yang baru masuk ke Indonesia adalah allendronate sodium. Obat ini meningkatkan kepadatan tulang dengan cara menghambat kerja sel penghancur tulang (osteoklas). Daya kerja obat ini, menurut Bambang, seratus kali lebih baik ketimbang obat generasi sebelumnya, yakni clodronate. Tapi, allendronate juga punya kelemahan. "Tingkat absorbsi paling tinggi 10 persen," kata Bambang Setiyohadi, reumatolog dari UI. Tapi kelemahan ini bisa diakali. Agar bisa terserap dengan bagus, allendronate harus diminum pagi hari saat perut kosong, sementara itu pasien tidak boleh banyak bergerak, dan posisi tubuh dalam keadaan tegak.
Tentu saja, kalau masih bisa, pencegahan lebih bagus ketimbang pengobatan. Cara paling mudah adalah olahraga dan mencukupi kebutuhan kalsium. Standar yang dipakai negara maju adalah 1.000 miligram kalsium per hari untuk usia pre-menopause dan 1.500 miligram untuk menopause. Kalau tak sanggup membeli atau tak suka minum susu, bisa memperbanyak makan makanan yang berkalsium. Misalnya, "Banyak-banyak makan ikan teri," kata Bambang kepada Adi Prasetya dari TEMPO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo