Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Antara Cangkok Ginjal dan Cuci Darah |
Operasi cangkok ginjal memang lebih berisiko mengundang kematian dibandingkan dengan cuci darah. Namun, bila berhasil, operasi cangkok ginjal membuat penderitanya berusia 10 tahun lebih panjang ketimbang pasien yang hanya menjalani cuci darah. Begitulah menurut sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal kedokteran New England, seperti dilaporkan AP Desember lalu.
Studi yang dipimpin Robert Wolfe dari Universitas Michigan itu meneliti 288.552 orang yang didiagnosis menderita penyakit ginjal stadium paling gawat, pada kurun 1991-1997. Dari mereka, 46.164 orang ditempatkan dalam daftar tunggu operasi cangkok ginjal, dan 23.275 orang pasien yang menunggu itu mendapatkan organ dari orang-orang yang meninggal. Hanya sebagian kecil yang mendapatkan organ dari donor hidup, biasanya dari anggota keluarga mereka sendiri.
Para peneliti kemudian membandingkan pasien dalam daftar tunggu yang telah mendapat cangkok organ dan yang menjalani cuci darah. Perbandingan itu dilakukan pada pasien yang usia, jenis kelamin, dan penyebab serta tingkat keganasan penyakitnya sama. Rata-rata pasien yang sudah menerima cangkok ginjal bertahan hidup hingga 20 tahun, sedangkan pasien yang menjalani dialisis sembari menunggu organ hanya bertahan hidup 10 tahun.
Meningkatnya harapan hidup itu rata-rata mencapai 13 tahun pada bayi, anak-anak, dan remaja. Dalam kelompok usia 20-39 tahun, harapan hidupnya meningkat 17 tahun, dalam kelompok 40-59 tahun, meningkat 11 tahun, sedangkan untuk pasien berusia 60-74 tahun, harapan hidupnya meningkat 4 tahun.
Menurut tim peneliti, risiko kematian pada pasien yang menjalani operasi memang tiga kali lebih besar daripada pasien yang memilih menjalani cuci darah. Risiko itu terutama paling besar pada hari-hari setelah operasi. Namun, jika satu bulan pertama setelah operasi dapat dilaluiketika penolakan organ sudah tidak terjadirisiko ekses operasi pun tak ada lagi.
Bayi Perempuan Lebih Merepotkan? |
Anak perempuan, biasanya, lebih manis dan mudah diatur daripada anak laki-laki. Akan tetapi, ketika di kandungan, bayi perempuan lebih membuat repot ibunya daripada janin laki-laki. Ketimbang bayi laki-laki, bayi perempuan lebih sering membuat sang ibu "mabuk" dan mual-mual pada pagi hari. Tak cocok dengan pengalaman Anda? Tapi, itulah penelusuran para peneliti dari Karolinska Institute, Stockholm, Swedia, terhadap lebih dari satu juta kasus kehamilan di negaranya selama 1987-1995.
Mual-mual dan muntah pada pagi hari sebenarnya umum dialami ibu hamil selama bulan-bulan pertama kehamilan. Kondisi ini berhubungan dengan tingginya kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin). Kadar hormon ini pada wanita yang mengandung bayi perempuan juga diketahui meninggi menjelang kelahiran. Nah, para peneliti pun tergelitik mencari tahu hubungan antara kedua fakta itu.
Seperti dilaporkan Reuters Health, tim periset yang dipimpin Dr. Johan Askling kemudian menganalisis lebih dari satu juta kehamilan. Ditemukan bahwa rasio kelahiran bayi laki-laki dan perempuan adalah 51,4 dan 48,6. Tim itu kemudian melihat para wanita hamil yang dirawat di rumah sakit pada masa tiga bulan pertama kehamilan karena terlalu banyak cairan yang dimuntahkan. Pada kelompok ini rasio kelahiran bayi laki-laki dan perempuan adalah 44,3 dan 55,7.
Para peneliti, dalam kesimpulan mereka yang dimuat di jurnal kedokteran Lancet edisi Desember, menyebutkan bahwa wanita yang mengandung janin perempuan lebih sering mual-mual karena bayi perempuan menyebabkan tingginya kadar hormon HCG. Meski begitu, Askling tak berani menjamin bahwa parahnya morning sickness bisa dijadikan pegangan untuk menebak jenis kelamin janin. Untuk membuktikan teorinya, Askling dan timnya baru akan mengukur hormon HCG pada wanita hamil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo