Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Sel Otak Janin untuk Parkinson

Transplantasi dengan sel yang diambil dari otak janin ternyata berhasil membuat sel saraf penderita parkinson bisa berfungsi kembali.

26 Desember 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENYAKIT parkinson adalah penyakit saraf yang paling banyak ditemui pada orang-orang tua. Yang bisa menolong penyakit yang juga menyerang bekas petinju perkasa Muhammad Ali itu ternyata adalah janin. Suatu transplantasi dengan menggunakan sel-sel otak janin manusia yang lahir sebelum waktunya karena abortus terbukti bisa menolong penderita penyakit yang membuat penderita bergerak tak terkontrol itu. Hingga 10 tahun setelah dicangkokkan, sel cangkokan dari otak si jabang bayi ternyata tetap berfungsi. Terapi kontroversial itu diungkapkan dalam jurnal Nature Neuroscience, yang memublikasikan suatu studi terhadap seorang pasien yang satu dekade lalu menerima cangkok dari sel otak yang diambil dari janin. Para peneliti, seperti dilaporkan BBC Online, akhir November lalu, menggunakan teknik pemindaian untuk melihat otak baru hasil transplantasi. Ternyata sel-sel cangkokan tak hanya bisa bertahan hidup, tapi juga mampu menghasilkan substansi kimia yang disebut dopamin. Sukses ini membuat metode transplantasi lebih unggul dalam mengobati parkinson dibandingkan dengan metode lain yang hanya mengatasi gejala. Terapi transplantasi terbukti mengobati dengan mekanisme yang lebih mendasar karena mampu memasok dopamin yang sangat kurang pada parkinson. Dopamin adalah salah satu substansi yang digunakan sel-sel untuk mengantarkan impuls yang diproduksi di bagian otak yang mengontrol gerakan otot. Pada penderita penyakit parkinson, sel-sel saraf di bagian otak itu mengalami penurunan yang progresif. Dan itu menyebabkan berkurangnya jumlah dopamin sehingga sel-sel saraf tidak dapat mengantarkan pesan dengan baik. Akibatnya, fungsi otot pun menghilang. Namun, kenapa sel-sel otak mengalami penurunan fungsi, hingga kini para ahli belum mampu menyingkapnya. Selama ini, pengobatan penyakit yang dideskripsikan James Parkinson di Inggris sejak 1817 itu sebenarnya masih belum mapan. Terapi yang dilakukan hanyalah untuk mengontrol gejala-gejalanya. Pengobatan untuk mengontrol gejala dilakukan dengan membuat keseimbangan antara pengantar-pengantar impuls. Pengobatan penyakit yang diperkirakan menyerang dua dari setiap 1.000 orang itu sendiri ada berbagai macam, tergantung pada kasusnya. Tipe, dosis, waktu pengobatan, atau kombinasi pengobatan disesuaikan dengan perubahan-perubahan gejala yang dialami pasien. Bila penurunan fungsi saraf masih belum parah, dokter mungkin memberikan Deprenil dan tidak terlalu banyak memberi obat-obatan lain. Jika tremor juga masih ringan, pasien biasanya mendapatkan Amantadine dan atau obat-obatan antiklorigenik. Bila pasien mendapat Levodopa, itu adalah obat-obatan yang oleh tubuh akan diubah menjadi dopamin. Jadi, obat ini untuk meningkatkan pasokan dopamin. Obat lain yang biasa diberikan dokter kepada pasien adalah Carbidopa, yang selain mengurangi efek samping juga membuat kerja Levodopa lebih baik. Karena selama ini obat-obatan itu hanya untuk mengatasi gejala, para ahli berusaha melakukan sejumlah terobosan, antara lain dengan pembedahan, untuk menghancurkan jaringan yang bertanggung jawab terhadap tremor. Eksperimen semacam itu pada beberapa orang bisa menolong mengurangi gejala. Transplantasi jaringan kelenjar adrenalin dan otak janin juga merupakan beberapa eksperimen para ahli yang hasilnya ternyata berbeda-beda. Transplantasi sel otak janin tampaknya menjanjikan prospek yang lebih baik. Setidaknya, metode ini—seperti ditunjukkan studi yang komprehensif—telah berhasil menolong seorang penderita parkinson selama 10 tahun. Menurut salah satu anggota tim peneliti, Dr. Paola Piccini dari Imperial College School of Medicine, AS, studi itu terutama telah mendukung usaha transplantasi saraf neuron yang tidak hanya berguna meringankan penderita parkinson, tapi juga bisa membuat saraf mereka kembali berfungsi. Hasil gemilang yang dicapai Piccini memang agak berbeda dengan pengalaman sekelompok peneliti lain di AS, yang juga melakukan penelitian serupa tapi belum dipublikasikan. Berbeda dengan yang dilakukan Piccini, mereka meneliti grup pasien yang lebih besar. Hasilnya, secara umum hanya dikategorikan dengan penilaian "cukup berhasil". Hal itu tak mengejutkan Piccini. Ia yakin bahwa itu bukan karena metode transplantasi tidak cukup efektif, tapi lebih karena tingginya tingkat kesulitan teknik transplantasi. Karena itu, ia tak akan surut langkah. Menurut dia, langkah berikut yang harus dilakukan untuk menangani parkinson adalah menemukan sumber-sumber sel dopamin baru untuk transplantasi yang tidak sekontroversial seperti sekarang—yakni ketika sel diambil dari janin manusia. Gabriel Sugrahetty

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus