Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
OBAT pelonggar napas (bronchodilator) adalah penolong paling baik bagi penderita asma ketika serangan napas sesak menyerbu. Obat ini akan bekerja efektif bila dihirup dari tempat kosong yang longgartempat obat ditaruh. Namun, bagi sebagian penderita, tempat obat yang longgar itu mungkin cukup mahal. Itu sebabnya ada yang berimprovisasi menggunakan botol plastik untuk menempatkan obat hirup untuk melonggarkan napas yang sesak. Ternyata alat bantu alternatif ini cukup efektif. Hal ituseperti dilaporkan BBCdibuktikan Dokter Heather Zar dan koleganya, para dokter ahli anak dari Universitas Cape Town, Afrika Selatan.
Mereka meneliti 88 anak penderita asma berusia 5-13 tahun. Para peneliti juga membandingkan tempat kosong untuk obat hirup antara yang konvensional, yang terbuat dari polistirena, botol minum plastik 500 mililiter yang tertutup, dan botol plastik yang tanpa tutup. Ternyata botol yang terbuat dari polistirena terbukti yang paling kurang efektifkecuali untuk anak-anak penderita asma yang sedang. Sedangkan botol tanpa tutup punya kemampuan lumayan. Adapun botol plastik dengan penutup dinyatakan layak dijadikan sebagai alternatif pengganti alat konvensional.
Risiko Asma Bayi Besar |
BAYI yang ketika lahir tinggi besar belum tentu lebih sehat daripada bayi yang lebih kecil. Soalnya, semakin besar bayi ternyata makin besar pula kemungkinannya terkena asma dan gangguan-gangguan karena alergi. Begitu menurut sebuah studi yang menghubungkan bobot bayi lahir dengan penyakit pada bayi dan anak-anak. Para peneliti di Selandia Baru menemukan kenyataan bahwa bayi-bayi yang ketika lahir punya badan dan kepala lebih besar lebih berisiko menderita asma dan alergi.
Para peneliti di Fakultas Kedokteran Wellington mengikuti perkembangan 734 anak dari lahir hingga berusia 13 tahun. Anak-anak yang ketika lahir punya panjang tubuh lebih dari 56 sentimeter memiliki enam kali lebih besar kemungkinan menampakkan tanda-tanda menderita asma begitu mereka berusia sepuluhan tahun dibandingkan dengan anak yang ketika lahir hanya punya panjang tubuh 50-55 sentimeter. Sedangkan anak yang ketika lahir punya lingkar kepala lebih dari 36 sentimeter tiga kali lebih besar mengalami peningkatan kadar substansi sistem imunitasmuncul sebagai reaksi alergiketika usia mereka mendekati 11 tahun. Penelitian yang dipublikasikan dalam British Medical Journal ini juga menghasilkan temuan bahwa bayi yang lahir dengan berat kurang dari 3 kilogram ternyata lebih kecil risikonyo menderita asma dan alergi. Namun, para peneliti tidak dapat menjelaskan kenapa bayi yang lebih besar punya risiko lebih tinggi.
Meski begitu, ada satu dugaan, nutrisi yang makin baguslah yang memicu asma dan alergi. Nutrisi bagus bukan hanya membuat bayi tumbuh lebih besar. Jika dalam diet itu terkandung bahan-bahan pemicu alergi, ini akan memengaruhi bayi hingga menderita alergi. Pemaparan dini terhadap bahan pemicu alergi selama kehamilan ternyata membuat tubuh ''menawarkan" efek perlindungan. Dalam teori evolusi, alergi merupakan hal yang menunjukkan suatu kondisi kesehatan yang baik pada tahap perkembangan manusia awal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo