Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kegemukan Mengundang Asma
Satu lagi dampak buruk kegemukan terungkap. Menurut Dr. E. Rand Sutherland dari The National Jewish Medical and Research Center di Denver, Colorado, Amerika Serikat, mereka yang berat badannya melebihi batas normal berisiko terkena asma 50 persen lebih besar dibanding kalangan yang normal.
Sutherland dan koleganya mengkaji dan mendalami tujuh penelitian berbeda yang melibatkan 333.102 pasien. Seperti dilansir Reuters, yang mengutip The American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine edisi April, para responden didiagnosis mengidap asma dan mendapat pengobatan dokter. Menurut tim peneliti, dari para responden ini didapati bahwa obesitas telah mengakibatkan gangguan pada fungsi paru.
Sebelumnya, obesitas sering dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes, tekanan darah tinggi, dan jenis kanker tertentu. Kini, berdasarkan hasil penelitian itu, penurunan berat badan dipercaya merupakan salah satu cara menghindari serangan asma. n
Nyeri Akibat Tidur Terganggu
Berbahagialah mereka yang bisa tidur nyaman tanpa gangguan. Sebaliknya, mereka yang sering mengalami gangguan tidur, seperti insomnia, rentan terkena nyeri. Itulah penelitian terbaru Dr. Michael T. Smith dan kawan-kawan dari Johns Hopkins University, Baltimore, Amerika Serikat.
Seperti dipublikasikan dalam jurnal Sleep, edisi April, penelitian itu melibatkan 32 wanita sehat. Kualitas tidur mereka dipantau dalam sepekan. Hasilnya, mereka yang mengalami gangguan tidur lebih dari tiga hari menunjukkan adanya perubahan persepsi tentang nyeri. Kemampuan tubuh mencegah tanda-tanda munculnya nyeri merosot. Buntutnya, mereka sering terserang nyeri tiba-tiba, terutama nyeri punggung dan kram perut.
Hasil berbeda dialami responden yang tidur nyenyak, meski cuma beberapa jam dalam semalam. Persepsi mereka tentang nyeri tidak berubah, begitu juga kemampuan tubuh dalam menghadapi tanda-tanda nyeri. "Bolak-balik terbangun dari tidur mempengaruhi bagian otak yang memproses rasa nyeri," kata Smith, seperti dilansir Reuters Health, pekan lalu.
Keuntungan Ganda Vaksin Pneumokokal
Satu vaksin beragam manfaat. Itulah kabar paling anyar tentang vaksin pneumokokal. Semula orang hanya memanfaatkan vaksin ini untuk mencegah penyakit berbahaya pada bayi akibat bakteri Streptokokus, seperti meningitis (radang selaput otak) dan pneumonia (radang paru). Penelitian yang dilakukan Katherine Poehling, dokter spesialis anak dari Brenner Children's Hospital, Wake Forest University Baptist Medical Center, Winston-Salem, Carolina Utara, membuktikan vaksin itu bisa juga dimanfaatkan untuk mengurangi risiko bayi terkena infeksi telinga kronik.
Hasil penelitian Poehling dan kawan-kawan ini dilansir jurnal Pediatrics edisi April, yang kemudian disebarluaskan HealthDay News pekan lalu. Poehling melibatkan 37 ribu bayi dari Tennessee dan 7.000 dari New York sebagai subyek penelitian. Mereka dibagi dalam empat kelompok berdasarkan tahun kelahiran: 1998-1999, 1999-2000, 2000-2001, dan 2001-2002. Lalu, tim membandingkan angka terkena infeksi telinga dan tindakan pembedahan yang diperlukan.
Hasilnya, bayi-bayi yang mendapat vaksin lengkap, yakni yang lahir pada 2000 dan tahun-tahun sesudahnya, risiko terkena infeksi telinga menurun 17 persen di Tennessee dan 28 persen di New York. Keperluan pemasangan pipa pembuangan cairan juga anjlok hingga 16 persen di Tennessee dan 23 persen di New York. Penderita infeksi telinga kronik terkadang memang memerlukan pembedahan untuk memasang pipa saluran pembuangan cairan telinga.
Vaksin pneumokokal sendiri mulai dipasarkan pada 2000 untuk kebutuhan bayi di bawah usia dua tahun. Vaksinasi diberikan dalam beberapa tahap, masing-masing satu dosis, yakni pada saat bayi berusia dua bulan, empat bulan, enam bulan, dan 12-15 bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo