Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

26 Juni 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pestisida Picu Parkinson

Satu lagi dampak buruk pestisida tersiar. Bahan pembasmi serangga dan berbagai hama tanaman lain itu ternyata berpotensi meningkatkan risiko penyakit parkinson di kalangan pria. Peningkatan risiko ini tak ditemukan pada kaum wanita. Keberadaan hormon estrogen diduga berada di balik kekebalan itu.

Temuan tersebut dikemukakan tim peneliti Mayo Cli-nic, Amerika Serikat, dalam jurnal Movement Disorders pekan lalu. Jim Maraganore, peneliti dan ahli saraf dari Mayo, mengatakan, temuan itu mengukuhkan peneliti-an sebelumnya bahwa paparan herbisida, insektisida, dan pestisida meningkatkan risiko Parkinson, penyakit gangguan sistem saraf yang mempengaruhi kontrol otot dan membuat organ tubuh gemetar tak terkendali.

Kaum lelaki lebih banyak terpapar pestisida lantaran lingkungan kerja mereka rawan bahaya pestisida, misal-nya di pertanian. Alasan genetik mungkin juga ikut andil dalam kemunculan parkinson.

Penelitian dilakukan terhadap pasien parkinson di Olm-sted County, Minnesota, daerah basis Mayo Clinic. Setiap pengidap parkinson diperbandingkan dengan orang lain yang usianya sebaya dan sama jenis kelaminnya tapi tak mengidap penyakit tersebut.

Penelitian melibatkan 149 penderita Parkinson dan 129 orang bukan pengidap. Sumber yang memungkinkan- ter-jadinya paparan pestisida ditelusuri, misalnya peker-jaan di lahan pertanian, nonpertanian, atau hobi. Seperti ditulis situs Medicalnewstoday, terbukti pria yang meng-idap Parkinson paparan pestisidanya hampir 2,5 kali lipat dibanding responden yang sehat.

Jus Pereda Nyeri Otot

Biasakan menenggak jus- ceri setelah berolahraga. Penelitian kecil yang dilakukan tim Universitas Vermont, di Burlington, Amerika Serikat menunjukkan jus buah ini bisa mengurangi nyeri otot. Penelitian melibatkan 14 sukarelawan selama tujuh hari.

Seperti dilansir HealthDay News pekan lalu, sebagi-an dari mereka diminta memilih dua jenis minuman: jus buah ceri atau tanpa ceri selama tiga hari sebelum ber-olahraga. Sebagian lainnya mengonsumsi minuman yang sama setelah berolahraga selama empat hari.

Sukarelawan di-minta melakukan ge-rakan mengendurkan dan meregangkan satu lengan sebanyak 20 kali. Dua minggu kemudian, gerakan serupa diulangi. Bedanya, su-karelawan yang se-belumnya minum jus ceri-berbahan 50-60 buah ceri-diminta me-nenggak minuman tanpa ce-ri-. Lengan yang mesti dikendur-regangkan juga diganti. Perintah sebaliknya berlaku bagi kelompok lainnya.

Berikutnya, mereka dimin-ta mengidentifikasi otot yang terasa sakit atau nyeri dalam skala 1-10. Hasilnya, seperti ditulis The British Journal of Sport Medicine, sukarelawan yang minum jus tanpa ceri kehilangan 22 persen kekuat-an ototnya. Sedangkan pe-nenggak jus ceri cuma kehilangan kekuatan sebesar 4 persen. Rata-rata timbulnya nyeri kelompok ini juga lebih kecil (2,4 persen) dibanding yang minum jus tanpa ceri (3,2 persen).

Menyelamatkan Ovum Pengidap Kanker

Wanita pengidap kanker, terutama yang berusia muda, bisa merasa lega karena tetap mungkin untuk menjadi ibu. Mereka tak perlu khawatir ovum alias sel telurnya rusak- akibat terapi pengobatan kan-ker seperti kemoterapi. Kuncinya, sebelum terapi di-lakukan, ovum mereka diambil, disimpan dan dibekukan.

Setelah kanker berhasil di-usir, ovum dimanfaatkan kembali dengan fertilisasi buatan, lalu disemai dalam rahim. Temuan ahli fertili-sasi Dr Masashige Kuwayama- dari Kato Ladies Clinic, Tokyo, Jepang, itu disebut metode cryotop.

Cara kerjanya, ovum di-ambil-, airnya dibuang, lalu -se-cara cepat dibekukan da-lam larutan khusus sebelum disimpan dalam cairan nitrogen. Tindakan itu mencegah terjadinya kristalisasi-se-per-ti es-yang bisa merusak struktur ovum.

Dalam forum European Society of Human Reproduction and Embryology (ESHRE) di Praha, Republik Cek, pekan lalu, Kuwayama dan timnya unjuk kinerja. Mereka membekukan 111 ovum dan berhasil mencairkan kembali hingga 94,5 persen. Dengan fertilisasi buatan, sebanyak 41,9 persen di antaranya berhasil tumbuh dalam rahim dan membuahkan kehamilan. Angka ini mendekati pembuahan dengan ovum segar yang mencapai 42,5 persen. "Metode cryotop sangat efektif," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus