Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kedelai Cegah Kepala Botak
Takut mengalami kebotakan? Rajin-rajinlah makan kedelai. Tahu, tempe, serta kecap pun mestinya menjadi makanan favorit Anda. Ini tentu saja jika Anda percaya atas hasil penelitian terbaru di Colorado State's College, Amerika Serikat.
Juru bicara tim peneliti, Robert Handa, mengatakan bahwa mereka menemukan molekul khusus yang diproduksi usus saat mencerna kedelai. Molekul yang disebut equol inilah yang bisa membendung dihydrotestosterone (DHT)hormon pemicu kebotakan dan kanker prostat pada kaum pria.
Equol memang tak menghentikan produksi hormon DHT. Tapi, menurut tim peneliti itu, equol bisa membuat hormon DHT tak berkutik. "Kalau saja hormon DHT punya tangan, equol-lah yang memborgolnya," kata Handa.
Menulis di jurnal Biology of Reproduction edisi terakhir, tim peneliti itu mengungkapkan, temuan mereka pun bisa menjelaskan mengapa pria Jepang yang banyak makan soya lebih jarang terkena kanker prostat ketimbang pria Amerika. Sayangnya, tim peneliti itu tak merinci berapa banyak konsumsi ideal kedelai bagi setiap pria.
Bir Penyebab Encok
Bir tak hanya memabukkan, tapi juga membuat encok. Karena itu, tim peneliti dari Massachusetts General Hospital, Amerika Serikat, menyarankan, kalaupun ingin menenggak minuman beralkohol, lebih baik memilih anggur daripada bir.
Menurut Hyon K. Choi, juru bicara tim itu, kebiasaan meminum bir dua sampai empat gelas per minggu saja bisa meningkatkan risiko encok hingga 25 persen. Pada pria peminum dua gelas bir per hari, risiko bahkan melonjak hingga 200 persen. "Semakin banyak meminum bir, semakin berat serangan encok yang bisa Anda alami," ujar Hyon.
Peminum jenis minuman keras lainnya pun harus siap-siap terkena encok. Jangankan orang yang ketagihan minum saban hari, mereka yang minum sekali sebulan saja masih bisa terkena encok. Karena itu, tim peneliti tersebut menyarankan, orang yang telanjur terkena encok lebih baik total menjauhi bir dan minuman keras lainnya.
Alkohol sebenarnya telah lama dicurigai sebagai salah satu pemicu encok. Namun penelitian Hyon dan kawan-kawan menjadi kajian pertama yang membenarkan kecurigaan itu. Hasil penelitian itu dimuat dalam The Lancet edisi 17 April ini.
Perokok Rawan Serangan Dingin
Ada orang yang terbiasa merokok ketika kedinginan. Maksudnya mungkin menghangatkan badan. Tapi itu keliru besar. Penelitian terakhir di Amerika menyimpulkan, di samping rentan terkena kanker dan serangan jantung, perokok lebih rentan terkena "radang dingin" (frostbite).
Kichang Lee dan koleganya dari Yale University, Connecticut, menggelar penelitian sederhana. Sukarelawan perokok dan bukan perokok diminta mencelupkan tangan mereka ke dalam air bersuhu 5 derajat Celsius selama 40 menit. Setelah dicabut dari air, kulit tangan perokok lebih lamban menjadi hangat kembali ketimbang tangan bukan perokok.
Menurut Lee, ini terjadi lantaran reaksi biologis pembuluh darah perokok lebih lamban ketimbang bukan perokok. Ibarat tungku yang lamban panas, pembuluh darah perokok tak bisa menghangatkan tubuh dengan segera. Efek serupa masih terjadi ketika uji coba dilakukan terhadap perokok yang telah "puasa" merokok selama 16 jam.
Pangkal masalahnya nikotin pada tembakau. Zat ini memperlambat reaksi tubuh terhadap suhu dingin. Gara-gara nikotin, pembuluh darah perokok lamban berkembang ketika ujung-ujung tubuh menggigil kedinginan. Lee memaparkan temuannya dalam konferensi American Physiological Society, di Washington, awal pekan lalu.
BBCNews, Reuters, WebMD
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo